Ketika perempuan
bicara, ada banyak cerita yang terbagi.
But, overall,
this book is nice. Saya kasih tiga bintang.
Buku ini
merupakan hasil dari sebuah writing course yang diadakan oleh majalah MORE
Indonesia. Ada 25 peserta dalam writing course ini. Setiap minggu semua peserta
diminta untuk menulis satu cerpen untuk di-review pada minggu depannya. Hmmmm,
sounds familiar ya :))) Begitu juga kan yang kita lakukan di Monday
FlashFiction ini :D
Di buku ini ada
16 karya cerita pendek yang ditulis oleh orang yang berbeda, namun semuanya
punya satu benang merah. Tentang perempuan. Perempuan memang memendam sejuta
cerita, dari yang bahagia hingga yang miris mengiris-iris.
Ada satu yang
sangat menarik perhatian saya. Cerita yang berjudul Jadha. Membacanya membawa
saya mengelus dada. Ada ya yang begitu. Kisah perempuan yang teraniaya secara
fisik dan mental. *Geleng-geleng kepala* Entahlah jika saya menjadi dia T__T ga
bisa terbayangkan. Akhir ceritanya bikin jantung saya serasa berhenti. Oh, ada
catatannya, bahwa latar belakang cerita ini adalah sebuah tradisi yang hingga
sekarang masih dilakukan oleh komunitas masyarakat di pedalaman India. *OH
GOD!* Semoga Tuhan memberkati mereka semua! Cerita ini cocok banget menjadi
cerita pembuka di buku ini. Tendangannya luar biasa.
Beberapa cerita
lain yang juga menarik untuk saya adalah Kembang Sang Janda dan Viola.
Sebenarnya Seto juga menarik, tapi sepertinya tokoh sentralnya bukan perempuan
sih. Walaupun sang perempuan juga mengambil peranan yang sangat penting di
cerita ini.
Yang paling lemah
di antara cerita-cerita yang ada di sini adalah Untuk Ariqa. Kenapa? Terlalu
banyak hal yang ga penting *maksudnya kalaupun dihilangkan juga ga akan
mengubah cerita*. Hahahaha... mungkin ini karena saya kebanyakan bergumul sama
FF sih :P tapi ga ada salahnya kan, menulis cerita yang padat gitu :) Si
Penulis sepertinya berusaha menampilkan keseharian dan berusaha menunjukkan
karakter si tokoh. Tapi... kurang pas gitu kalo menurut saya. Ga ada esensi
dalam cerita-cerita sampirannya ini.
Selain banyak
sampiran, ada ketidakkonsistenan PoV. Cerita ini ditulis dari sudut pandang
orang ketiga, yaitu Atika. Tapi ada satu bagian yang tiba-tiba dia menggunakan
PoV orang pertama (halaman 38 baris ke-17). Pun di halaman berikutnya ada satu
kalimat yang agak mengganjal.
"Lagian kamu
itu kenapa sih pakai pulang segala. Padahal di perjalanan pulang dari kampus
tadi, pikiranku sudah tenang gara-gara telepon kamu tadi pagi...."
Seperti ada
kontradiksi. Dia terganggu oleh telepon adiknya pagi-pagi ketika dia sedang
bekerja. Rasanya kalimat itu menjadi janggal gitu..
Di bagian yang
ini juga...
"Ariqa kamu
pikir dong, memangnya apa sih yang telah aku lakukan untukmu? Sampai aku harus
menerima Idris...."
Sepertinya akan
lebih tepat kalau "Ariqa, kamu pikir dong, memangnya apa sih yang KAMU
sudah lakukan untukku, sampai aku harus menerima Idris?" ... Gitu deh
kayaknya baru bener :D
Dan dari sisi
kelogisan cerita juga agak aneh ketika diceritakan Ariqa harus membiayai hidup
kakaknya, yang lalu dilanjutkan terkuaknya penyakit Atika. Menurut saya,
konfliknya kurang indah.
Tapi, setelah
mengingat kembali bahwa buku ini merupakan hasil pelajaran dalam sebuah writing
course, tentu saya juga sedikit maklum dengan bolong-bolong yang ada. Tapi
rasanya jadi rada nge-gap gitu antara cerita Untuk Ariqa ini dengan Jadha :D
Judul Buku:
Celoteh Perempuan - Kumpulan Cerpen
Penulis: Angly,
Anita Dhewayani, Asita Suryanto dkk
Desain Sampul:
Marcel A.W.
Tebal: 200
halaman
Penerbit: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Reviewer: Carolina Ratri |
smoga MFF juga bisaaa *kalobisapenerbitnyajugagramediaaaaa :D
ReplyDeleteamin.
ReplyDelete