Wednesday, 6 May 2015

Karya Terpilih Prompt #76 : Pupus

sumber foto : internet
oleh Aulia Rahman

Meltendera Stonia…!!
Dari sekian banyak peruntungan yang ada di dunia Gar, ini nasib terburuk bagi para gargoyle. Sedari awal, pencampuran biji Oak yang tak genap berusia 243 hari membuatku tak sempurna. Alih-alih sayap, sepasang tulang mirip tanduk bergelambir yang justru tumbuh di tempat seharusnya sayapku berada. Jika saja kutemukan kurcaci laknat yang melakukan pencampuran keliru itu, akan kusembur ia dengan bara api. Meski semua sudah terlambat.
Kusaksikan perubahan perlahan tapi pasti yang terjadi. Mantera perusak anyaman batu yang menjadi sisik pelindungku telah bekerja. Sebentar lagi aku akan jadi seonggok batu yang memiliki nyawa. Kulirik kurcaci keperakan yang masih dengan asal-asalan mengayunkan tongkatnya padaku. Ia pasti telah melakukan hal ini pada banyak kasus. Kurasakan kebosanannya dan untuk sesaat aku merasa bahagia.
Gullet Enlargo…!!!
Kupejamkan mata. Prosesi ini masih lama. Lebih baik aku bangun saat aku sudah menempel sempurna di Kastil Town Hall. Semoga banyak anak-anak bermain di sana yang bisa kusemprot dengan air hujan bercampur lumpur untuk mengatasi kebosanan seumur hidup. Dalam hati aku terkekeh membayangkannya.
Belum sempat aku tertidur saat kudengar pintu membuka dan derap langkah masuk mendekat. Kelopak mataku terlanjur berat, maka hanya kuintip siapa yang datang.
“Kolam pemandian putri butuh hiasan gargoyle baru. Bisa kau sediakan segera?”
“Kebetulan aku sedang menyiapkan satu. Semula untuk Town Hall, tapi bisa kupermak sedikit agar pantas dipasang di La Princesse,” jawab kurcaci bertongkat sihir.
La Princesse? Aku membuka mata ternganga. Benarkah yang kudengar? Kolam pemandian putri? Ah! Ternyata nasib baik akhirnya datang juga berkunjung. Bisa kubayangkan menghabiskan hari menyaksikan para putri mandi. Belum-belum aku sudah mencium aroma wangi air pegunungan bercampur susu yang selama ini hanya pernah kudengar desas-desusnya. Jauh lebih baik daripada air hujan bercampur lumpur di Town Hall pastinya.
Liurku sampai menetes.
“Kalau begitu, segera selesaikan. Akan kutunggu dan langsung dibawa.”
Derap langkah itu kembali menjauh.
Kurcaci keperakan mendekat dan mengamatiku seksama. Komat-kamit ia merapal mantera yang lebih rumit dari sebelumnya. Kibasan tongkatnya yang berkilau menyilaukan mata.
Aku tak tahu apa yang terjadi namun jelas kini penampilanku sudah jauh lebih baik. Tak bisa kutahan senyumku mengembang. Kurasa kurcaci perak melihatnya. Ia segera mengibas tongkatnya dan sekejap saja wajahku langsung kaku membatu.
Tak apa, ucapku dalam hati. Yang penting aku akan bersemayam di kolam para putri mandi.
Entah mengapa, seakan bisa membaca pikiranku, mata kurcaci penyihir itu menyipit dan ia berjengit tak suka. Dihunusnya tongkat tepat di antara kedua mataku.
“BLINDA VISIONA!!”
Oi! Oi! Oi!
Sekejap kemudian gelap gulita.
**
Meski tidak cetar, tapi cerita ini bertutur dengan linier, lurus. Enak dibaca dan divisualisasikan. Dua atau bahkan tiga baris terakhir sebenarnya bisa dihilangkan. Pembaca pasti sudah mengerti apa yang dimaksud penulis dengan 'dihunusnya tongkat tepat di antara kedua mataku'. 
Salam.



2 comments:

  1. Waw! Ceritanya keren! Fantasi bgt!

    ReplyDelete
  2. Saya setuju! Linier, lurus. Enak dibaca dan divisualisasikan.

    ReplyDelete

Followers

Socialize

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *