Tuesday, 1 April 2014

Mencari si Putri Bintang

Oleh: Red Carra

http://mondayflashfiction.blogspot.com/2014/03/prompt-44-footpath.html

Aku berhenti di ujung jalan setapak tak jauh dari perkemahan kami. Jalan setapak berkayu dan gampang dipijak itu cukup panjang. Di kanan-kirinya tumbuh rerumputan liar, membelah ngarai yang cukup dalam. Konon, jalan setapak ini sengaja diberi kayu seperti ini karena menghormati permintaan Ratu Bintang, seorang ratu di Kerajaan Bintang yang katanya (lagi) terletak di ujung jalan setapak ini. Tak ada yang tahu apakah Kerajaan Bintang ini benar-benar ada atau hanyalah sebuah legenda masyarakat desa sini.

Aku sampai di sini untuk mencari jejak bintang, namun tidak kutemukan hingga hari ini. Ragu aku ingin melangkah, namun berat ayunan kaki kurasakan. Aku lantas berbalik arah, kembali ke tempat teman-temanku yang sedang menyalakan api unggun.

“Hei, Ara. Dari mana saja kamu? Lihat nih api unggunnya sudah nyala,” ujar Sapto. Aku mengambil tempat di samping Sapto.

“Aku habis jalan, To. Tadi aku ke jalan kayu yang di sana. Tahu kan jalan setapak yang tadi diceritakan Pak Rahmat?”

Sapto hanya diam menatapku aneh.

“Alah, paling dia masih terobsesi mencari bintang-bintang itu. Kalau mau cari bintang, di langit, Ra, bukan di tanah,” ejek Riko, temanku yang satu lagi.

Aku tersenyum simpul. Telah entah kali aku ke mari bersama mereka, dan mereka tak pernah bosan mengejekku seperti itu. Sudah biasa.

Kurebahkan badanku yang terasa hangat karena nyala api unggun. Pandangan mataku menyapu langit. Langit malam sedang cerah dan bertabur bintang. Kamu bintang yang mana, Putri? Aku bertanya pada diriku sendiri.

Masih teringat jelas dalam ingatanku malam itu ketika pertama kali aku bertemu denganmu di hutan ini. Wanita yang sangat cantik, rambut pirang, bergaun putih, dan bertelanjang kaki. Dari tubuhmu memancar sinar keperakan. Pandangan kita bertemu dan kamu tersipu malu. Belum saja aku mendekatimu, kamu sudah lari dariku sambil tertawa riang. Seolah-olah memintaku untuk menangkapmu. Aku berlari mengejarmu namun aku tak sanggup. Larimu begitu cepat. Kalau bukan karena cahaya sinar perak yang keluar dari tubuhmu, niscaya aku tak akan tahu harus lari kemana. Namun, lama-kelamaan sinarmu semakin redup pertanda kamu semakin menjauh. Sampai akhirnya aku hanya melihat sebuah titik perak kemudian menghilang. Aku pun berhenti berlari. Pengejaranku sia-sia.

Kupejamkan mata, seiring derak kayu yang termakan api unggun. Malam ini sungguh melenakan.

Aku hampir terlelap ketika mendengar suaramu berbisik di telingaku, “Jika kamu menemukan jejak bintang di tanah, sedikit lagi kamu akan menemukanku.”

Aku terbangun.

Kulihat teman-temanku sudah tertidur nyenyak. Aku segera bangkit dan bergegas menuju jalan setapak kayu itu. Entah kekuatan apa yang merasukiku, aku akhirnya melangkah menapakinya. Terus melangkah dan melangkah. Aku yakin aku akan menemukan jejak bintang itu.

Putri Bintang-ku, tunggu aku datang!

* * *

“Ara...!!!”

Suara Sapto dan Riko bergantian memantul di antara pohon-pohon hutan Bintang. Kemudian disusul oleh teriakan-teriakan lain yang keluar dari mulut orang-orang desa yang datang membantu pencarian.

“Sudah berkali-kali kubilang, tak pernah ada jalan setapak seperti itu di sini. Di dunia mana dia melihatnya? Ya Tuhan, Ara, di mana kamu?” bisik Sapto.

Ara tak pernah lagi ditemukan.








Remake dari Prompt #44: Footpath yang ditulis oleh Kimi.

No comments:

Post a Comment

Followers

Socialize

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *