Friday, 3 May 2013

Penulisan Kata: Kata Dasar, Kata Turunan, Bentuk Ulang, Gabungan Kata, Kata Ganti, Kata Depan, Partikel, dan Tanda Petik Tunggal

Selamat pagi, sahabat MFF yang kece-kece. Sehabis membaca tulisan-tulisan sahabat MFF untuk prompt minggu lalu dan minggu ini, saya masih melihat banyak kesalahan dalam penulisan beberapa kata. Karenanya, kali ini saya akan membahas beberapa kesalahan penulisan kata yang saya temukan di tulisan-tulisan sahabat. Apa saja, tuh? Yuk, disimak!

A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:   
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Buku itu sangat tebal.

B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:    bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, dll.

2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran, ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti/mendahuluinya.
Misalnya:    bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.

3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:    menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan.

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:    ekstrakurikuler, telepon, transmigrasi, pramuniaga, instropeksi, antarkota, mahasiswa, pascasarjana, semiprofesional, dll.

Catatan:
-Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya: non-Indonesia, pan-Afrikanisme.
-Jika kata maha sebagai unsur gabungan kata diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya: Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Pengasih.

C. Bentuk Ulang
Ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: lauk-pauk, sayur-mayur, tunggang-langgang, anak-anak, centang-perenang, dll.

D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, kambing hitam, kereta api, mata pelajaran, rumah sakit, simpang empat, dll.

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Misalnya: anak-istri saya, ibu-bapak kami, alat pandang-dengar, dll.

3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, adakalanya, beasiswa, dukacita, kasatmata, saputangan, sekalipun, sukacita, dll.

E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Ditulis serangkai dengan kata yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:   
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersusun rapi.

F. Kata Depan di, ke, dan dari
Apabila menunjuk kata tempat, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:    di dalam, di mana, ke mana, ke depan, dari sana, dari kota, dll.

Catatan:
Untuk kata-kata daripada, kepada, serta imbuhan di- yang merujuk kalimat pasif, ditulis serangkai.
Misalnya:   
Dia lebih tua daripada adiknya.
Kami percaya kepadanya.
Bawa kemari buku itu.
Dari tadi dia keluar kelas.
Kau dipanggil Ibu.
Pestanya dimeriahkan artis ternama.

H. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:   
Bacalah buku itu baik-baik.
Siapakah pacarmu itu?
Apatah gunanya bersedih hati?

2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:   
Apa pun makannya, minumnya teh kotak.
Jangankan rumah, gubuk pun aku tak punya.
Kakaknya pintar, adiknya pun pintar.

Catatan: Kelompok kata yang ditulis serangkai apabila menunjukkan hubungan pertentangan.
Misalnya:    walaupun, meskipun, sekalipun, kendatipun, sungguhpun, kalaupun.

3. Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului/mengikutinya.
Misalnya:  
Per 1 Mei tahun depan, buruh diliburkan. (mulai)
Mereka keluar kelas satu per satu. (demi)
Aku mendapat uang jajan per bulan. (tiap)

Bonus:
Berhubung kemarin-kemarin ada yang bertanya soal penulis tanda petik, sekalian saja yah?

Tanda petik tunggal ('...') digunakan untuk:
a. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Contoh: Bu Dewi berkata, "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriakan anakku, 'Bapak, Ibu pulang', dan rasa letihku lenyap seketika."

b. Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh: Tahun ini rate of inflation 'laju inflasi' cukup tinggi.

Oke, demikian untuk kelas bahasa kali ini. Ga bosan-bosannya ingetin, nih. Ilmu yang didapat mbok ya diaplikasikan. Kalau ga, ntar ilmunya hilang. Soalnya kemarin-kemarin saya masih melihat banyak yang tidak konsisten menggunakan huruf kapital, tanda titik, tanda koma. Coba deh dibiasakan sebelum mem-publish tulisan kita, diedit dan dibaca-baca lagi tulisannya. Apakah masih ada yang belum sesuai kaidah?

Sekian aja dari saya, sampai jumpa minggu depan. Tetap semangat belajar dan ingat, banggalah dengan karya sendiri. #ting

13 comments:

  1. *ambil catetan..
    terima kasih guru, sangat berguna sekali :)

    ReplyDelete
  2. Nah, tanda petik depan itu yang tadinya aku masih bingung.
    Selama ini aku suka pake kalo mau menggunakan kata2 perumpaan atau mengisyaratkan sesuatu.
    Thank u mba Carra.. ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Etapi ini bukan aku yang nulis hahahahaha... Tapi, sama2 ^_^ semoga bermanfaat ya Mak ;)

      Delete
    2. eh iya.. maaf baru meratiin :D
      makasih untuk mba Sulung Lahitani Mardinata atas penjelasannya dan mak Carra karena udah sharing postingan ini ;)

      Delete
  3. tu2p muka pake buku catetan... aq msh bermasalah dg pelajaran diatas :D
    Tq pak guru

    ReplyDelete
  4. Hmm...mari belajar lagi :) . Makasih sudah berbagi ilmu :)

    ReplyDelete
  5. terimakasih mba,pas banget lagi ada tugas ini.hehehehe :D

    ReplyDelete
  6. makasih udah berbagi ilmu :) kren jga hehehe :D mari belajarr

    ReplyDelete
  7. terima kasih sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  8. 1. Saya sangat setuju, sebelum mempublikasikan sebuah tulisan (terlebih ini teori kebahasaan), mohon dicek lagi karena ada beberapa kata yang kurang huruf, misalnya "antakota" yang seharusnya ditulis "antarkota" (di bagian "kata turunan" nomor 4). Kata "seketikan" di bagian "petik tunggal" pun mestinya "seketika".

    2. Untuk pembeda antara kata dan penjelasan, sebaiknya kata tersebut dicetak miring. Ini akan sangat membantu pembaca untuk membedakan.

    3. Penjelasan bagian "partikel" nomor 2 mohon diperbaiki redaksinya karena antara penjelasan dengan contoh tidak sesuai.

    4. Sebagai salah satu pijakan menulis, sayang sekali kalau penulisannya tidak sesuai kaidah. Penting bagi para pembaca (terutama yang akan menulis dan menggunakan teori ini nantinya) untuk melihat sumber aslinya (tulisan ini bersumber dari buku "Ejaan yang Disempurnakan").

    Mohon tulisan ini diedit lagi bila masih tetap akan dipublikasikan. Terima kasih.

    ReplyDelete
  9. Sudah diedit lagi, Bu Ikaf. Semoga sudah bener kali ini ya :))))
    Terima kasih atas koreksinya.

    ReplyDelete

Followers

Socialize

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *