Musik keroncong mengalun pelan dari
arah dapur. Bisma mengernyitkan kening. Tak seperti biasanya, Nina, istrinya
mendengarkan musik seperti ini. Pelan ia mendengar lirik lagu itu.
Duhai sayangku..
Betapa ku menginginkanmu sampai mati..
Tumben lagunya romantis. Nina sedang
menyiapkan sesuatu yang istimewakah? Batinnya. Segera ia beranjak dari
tempat tidurnya dan mencari belahan jiwanya.
Suara gaduh terdengar. Sepertinya Nina
sedang mencari-cari sesuatu. Bisma mendekat, memberikan kecupan “selamat pagi”
untuknya. Tapi Nina hanya menciumnya sekilas, lalu kembali asyik mencari-cari
di sekitar meja dapur. Tak ayal sikap Nina membuatnya sedikit heran.
“Cari apa sih, Yang?”
“Pisau.”
“Ooh.. Kaya gimana?”
“Yang gede. Yang bisa dipakai
motong-motong..!” Nina menatap tajam penuh ketegasan. Bisma sedikit bergidik
melihatnya, “Nah.. ketemu!”
Penggalan lagu kembali terdengar di
udara.
Parutkan luka
yang teramat dalam Ooh kasih..
***
Nina kenapa sih? Masa sepagi ini dia
udah cemberut gitu? Apa karena PMS? Atau karena semalam aku terlambat datang?
Atau jangan-jangan ia mulai curiga? Batinnya.
Bisma tercekat. Tak berani
membayangkan kalau Nina mengetahui ia bermain api dengan rekan sekantornya,
Sara.
Ah.. Mana mungkin Nina tahu! Elaknya.
“Mas, kamu tahu film ‘Rumah Dara’?”
teriakan Nina dan suara musik yang cukup keras membuatnya salah mendengar.
Hah? Dari mana ia tahu tentang Sara? Batinnya.
“Sara? Kenapa Sara?”
“Iih.. Kok Sara sih?! ‘Rumah Dara’!
Kamu udah pernah nonton belum? Ini soundtracknya. Katanya keren filmnya. Tapi
ya gitu. Penuh darah. Oya, siapa Sara?! Hmm??”
“Dia.. Dia te-men kan-tor-ku.” Bisma
sedikit tergagap. Lalu berusaha keras mengalihkan pembicaraan, “Kenapa tadi
‘Rumah Dara’? Kamu mau nonton? Ntar kita cari aja filmnya. Tentang apa tadi?”
“Tentang perempuan yang cemburu sama suaminya. Suaminya mencintai orang
lain. Jadi ini semacam ungkapan hatinya. Dengerin aja deh dalem kok lagunya.”
Dan Nina memutar ulang lagu itu dari music player smartphone-nya.
Duhai Sayangku..
Betapa ku menginginkanmu sampai mati..
Parutkan luka
yang teramat dalam ooh Kasiih..
Bisma mendengarkan dengan seksama,
sementara Nina memotong-motong sesuatu di dapur.
Dendangkanlah
tangis itu, Sayang..
Manis rasa…
Periih diriimuuu…
Bisma mendekat dan mengecilkan
volumenya.
“Lagunya serem, tahu! Trus gimana
akhirnya?”
“Akhir ceritanya? Si cewek
motong-motong tubuh kekasihnya. Banyak darahnya deh..”. Nina ikut bersenandung
mengikuti lirik lagunya. “Suguhkan s’gala raga dan jiwamu untukku.. Ragamu untukku…
Jantungmu untukku…”
“Ih.. Masa ada film kaya gini?” Bisma
tercekat. Wajahnya pias. Menatap Nina dan pisau dalam genggamannya bergantian.
Entah mengapa perasaannya tiba-tiba tak tenang.
“Kamu kenapa sih Mas? Kamu takut?”
“ Apasiiih… Udah ah. Jangan dengerin
lagu kaya gitu lagi.” Bisma menekan tombol OFF dan lagupun berhenti berputar.
“Tapi musiknya nagih kan? Sekali
ngedengerin pasti pengen ngulang-ngulang terus. Lagian kenapa harus takut sih?
Ini toh cuma lagu dan ‘Rumah Dara’ juga cuma film.” Bisma bergeming, kalut
membayangkan Nina akan memburunya seperti Dara memburu kekasihnya, jika ia tahu
hubungan terlarangnya dengan Sara.
Nina tersenyum kecil, “Dan itu filmnya
bukan tentang perselingkuhan kok. Itu tentang beberapa pemuda yang terjebak di
rumah seorang pembunuh berdarah dingin. Ya si Dara itu. Nggak ada hubungannya
sama cinta segitiga. Kamu kenapa sih, Mas?”
Bisma hanya mampu memandang Nina tak
bersuara.
Ah Nina, mungkin
nantinya kamu akan jadi pemburu berdarah dingin juga. Jika kamu tahu kebenarannya.
Bahwa suamimu ini telah menghamili rekan sekantornya.
***
“Atau kamu berpikir kalau aku akan
memburu Sara ya?!” Nina menyeringai, “Iya Mas. Kau pikir aku tidak tahu tentang
Sara?”
Remake dari prompt #21: Cinta Matiku oleh Na Fatwaningrum
Remake dari prompt #21: Cinta Matiku oleh Na Fatwaningrum
Ahay! Keren plotnya ... Ngalir banget kayak darah sembelihan! Klimaks emosi dan eksekusi yg sukses! ^_^
ReplyDeleteI like this :D
ReplyDeletehahahahaha iya kan? keren kan remake-nya? mangkane itu kumasukkan ke blog MFF wae, eman, bisa bwt pelajaran banget ^^
ReplyDeleteKerennnn....
ReplyDeleteBagus ^^
ReplyDeleteoalaaah ... cara bikinnya gini ... :D
ReplyDeletendak ada aturan baku ttg pe-remake-an mbak arga ^^, monggo kalo lagi senggang, dibaca-baca remake-remake sebelumnya ^^
Deletewah rombak total ini sih. sampai ngganti nama pelaku segala hehe..
ReplyDeleteaku tetep lebih suka versi aslinya. membayangkan Giar sambil menyanyi dan menggoda Bisma dengan pisau. ancaman lembut tapi dalam...
Serem ihhh....
ReplyDelete