Ini adalah buku kumpulan cerita pendek 'tingkat
tinggi' ketiga yang pernah saya baca. Yang pertama adalah Fiksi Lotus, dan saya tidak
berani menuliskan reviewnya karena ya apalah saya ini *nanti ketauan begonya
hehehe*. Dan yang kedua adalah Kisah-Kisah
Tengah Malam yang belum
selesai saya baca. Nah, buku yang ketiga ini terpaksa harus saya tulis reviewnya karena sudah
janji sama para mimin keren Monday Flashfiction.
Buku ini merupakan kumpulan cerita pendek yang
pernah terbit pada tahun 1989. Hanya saja buku versi baru ini merupakan hasil
seleksi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan masa kini namun tetap mewakili gaya bahasa penulis. Maka
terpilihlah sembilan buah cerita pendek yang terbit bersama-sama dengan
'adik'-nya, 9 Dari Nadira setelah penulis 'berkelana' selama dua
puluh tahun.
Paris, Juni 1988
Bercerita tentang seorang gadis Asia yang baru tiba di Paris. Dia terpaksa menginap di
sebuah kamar kecil yang kotor. Pemilik penginapannya pun jorok. Namun bukan itu
yang membuat dia merasa tidak nyaman. Suara-suara aneh dari kamar Marc, yang
terletak persis di sebelah kamarnya membuat gadis itu bergidik sekaligus
penasaran.
Ada satu suasana yang terus-menerus mendesaknya
agar ia merasa asing dan sendiri. Paris
tak pernah menawarkan kehangatan dan tidak berpretensi untuk menjadi sosok yang
hangat. Entah kenapa, ia semakin merasa Marc semakin membuat Paris
menjadi kota
yang paling sunyi. (halaman 14)
Kening saya dibuat mengernyit oleh cerita
pertama dalam buku ini. Selain karena penjabaran yang detail tentang joroknya
si pemilik penginapan, juga karena saya ikut penasaran dan menebak-nebak apa
yang terjadi di kamar Marc. Baru di akhir cerita saya mulai bisa meraba-raba
apa inti dari cerita yang menurut saya sangat filosofis ini, bahwa kadang
'penjara' justru dapat membuat seseorang merasa nyaman dan bahkan menjadi
candu.
Adila
Bercerita tentang seorang anak perempuan berusia
empat belas tahun yang merasa kebebasannya terkekang oleh berbagai aturan.
Hubungan dengan ibunya pun bisa dikatakan jauh dari baik, sehingga membuat dia
sering tenggelam dalam khayalannya bersama para tokoh utama dari buku-buku
favoritnya.
Aku tak mengerti kenapa aku lahir untuk harus selalu
menjadi bayang-bayang ibuku. Semua tindakan dan pemikiran yang lahir dari
diriku selalu salah. Karena itu, aku merasa, kamar mandi ini adalah tempat yang
paling menyenangkan. (halaman 21)
Lagi-lagi tentang kebebasan. Kali ini saya tidak
perlu mengernyitkan dahi, sejak awal saya sudah dapat membayangkan akhir cerita
ini. Namun di bagian penutup cerita, saya jamin pembaca akan dibuat gemas oleh
ibu Adila.
Air Suci Sita
Bercerita tentang seorang gadis yang akan
bertemu dengan tunangannya setelah empat tahun tidak bertemu. Alih-alih
bahagia, dia justru khawatir membayangkan tunangannya akan meragukan
kesetiaannya.
Lelaki itu berwajah sepuluh, dan tak berarti seluruh wajah
itu keji. Bagaimana jika salah satu wajah itu sebenarnya lebih menunjukkan hati
sesungguhnya, dan wajah itulah yang membuatku melangkah masuk ke dalam
wilayahnya? Dan apa yang terjadi jika tunanganku melihat kaki kananku sudah
berada di dalam wilayah sang Raja Berwajah Sepuluh? (halaman 43)
Saya suka cerita ini. Selain karena menemukan
diksi yang keren, juga karena tema dari cerita ini cukup mewakili kata hati
saya. Tentang standar yang berlaku dalam masyarakat yang berbeda untuk lelaki
dan perempuan. Di akhir cerita, penulis pun membuat ending yang sungguh menyentil.
Sehelai Pakaian Hitam
Bercerita tentang seorang pria yang mempunyai
dua sisi kehidupan. Hitam dan putih. Buruk dan baik. Dia berusaha keras untuk
tidak memperlihatkan sisi hitamnya di depan masyarakat, karena label 'tokoh' yang
terlanjur melekat pada dirinya.
Mereka menyangka aku yang memiliki kekuasaan untuk
mengangkat tanganku dan menggerakkan mereka untuk melakukan sesuatu. Tapi,
sebetulnya, merekalah yang telah begitu berkuasa memerintahkan aku untuk
mengenakan pakaian putih, tanpa boleh meletakkan benang-benang hitam, tanpa
boleh ada noda. (halaman 56)
Ada dua hal yang saya tangkap dari cerita ini.
Pertama, bahwa manusia adalah manusia, bukan malaikat dan bukan setan. Kedua,
bahwa penilaian masyarakat dapat begitu besar mempengaruhi kehidupan seseorang.
Untuk Bapak
Bercerita tentang Moko, seorang anak yang sangat
mengagumi sosok ayahnya. Dia menemukan kesamaan sosok ayahnya dengan sosok
Bhisma dalam cerita Bharatayudha.
Sampai sekarang aku sendiri tak tahu, mengapa pada usia
semuda itu aku sudah meresapi esensi Bhisma. Aku tak yakin apakah saat itu aku
memahami kata-katamu. Yang kuingat sesaat, hanya sesaat, ada setitik air mata
yang menyembul di ujung matamu. (halaman 66)
Menurut saya, tema yang diangkat dalam cerita ini
sangat sederhana (atau jangan-jangan saya yang kurang paham). Tentang seseorang
yang mengabdikan hidupnya untuk masyarakat.
Keats
Bercerita tentang Tami-seorang sarjana sastra
Inggris yang berimajinasi melakukan percakapan bersama John Keats-penyair Inggris
saat berada di pesawat dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Dia menganggap kepulangannya ke Jakarta sebagai 'bencana'
karena dia mencintai Jean-musisi Eropa, sementara keluarganya menuntut dirinya
untuk menikah dengan Hidayat.
John, saya lebih suka hidup bersama orang yang mau
telanjang di muka orang lain. Sedangkan puisi-puisi Hidayat hanya mencerminkan
sepenggal dirinya. (halaman 78)
Saya juga suka cerita ini. Tema yang diambil
sangat sederhana. Tentang kebutuhan manusia untuk mencintai seseorang secara
utuh, tentang cinta yang tidak direstui. Namun karena dikemas secara berbeda,
cerita ini menjadi begitu spesial.
Ilona
Bercerita tentang seorang ayah yang mempunyai
anak gadis yang cerdas, peka, dan tanggap terhadap keadaan sekitar sejak kecil.
Namanya Ilona. Namun dia sangat terkejut ketika mendapati bahwa setelah dewasa,
Ilona tidak tertarik untuk menikah.
Saya memilih untuk berjalan sendiri, tanpa kawan. Jadi,
jika saya memilih rute yang berbeda dan tidak konvensional, saya akan
menanggungnya sendiri tanpa membuat orang lain menderita. Saya juga tak akan
memasuki kamar orang lain, karena saya telah memiliki kamar untuk saya sendiri.
(halaman 90)
Tema cerita ini juga sederhana, tentang
keteguhan pada sebuah pilihan hidup. Di akhir cerita, Ilona memberikan kejutan
untuk ayahnya. Membuat saya tersenyum saat membacanya.
Sepasang Mata Menatap Rain
Bercerita tentang Rain, anak berusia dua
setengah tahun yang sangat cerdas. Antusiasmenya untuk membeli buku tiba-tiba
hilang setelah menatap mata seorang anak jalanan di sebuah perempatan jalan.
Menurutnya, mata itu sama dengan mata pada foto esai korban perang yang baru
saja dia lihat di majalah ibunya.
Apa dia susah mencari makan? Apa di sini juga sedang
perang, Ayah? (halaman 101)
Ah, cerita ini sungguh menohok hati saya.
Pikiran Rain yang begitu polos, seharusnya membuat orang dewasa malu karena
berbagai pertimbangan dan prasangka yang selalu memenuhi pikiran mereka. Cerita
ini sarat akan pesan moral, meskipun menurut saya terasa janggal karena kalimat-kalimat
yang diutarakan Rain terlalu dewasa untuk anak seusianya.
Malam Terakhir
Bercerita tentang tiga orang mahasiswa dan satu
orang mahasiswi yang menjadi tahanan pemerintah. Setelah mengalami berbagai
macam penyiksaan, kini mereka menunggu saat-saat untuk eksekusi hukuman mati
tiba. Sementara di tempat lain, seorang gadis yang seumur dengan mereka
mempertanyakan nasib para mahasiswa tersebut yang harus dihukum mati atas
tuduhan tanpa bukti yang memadai. Sayangnya, ayah si gadis yang seorang pejabat
tinggi tidak mempedulikan pemikiran kritis anaknya itu.
Di dalam pertempuran, selalu ada kata 'kita' dan ada kata
'mereka'. Siapa saja yang menjadi unsur kata 'mereka' harus diterabas hingga ke
akar-akarnya. Semua unsur harus menjadi bagian dari 'kita'. (halaman 112)
Miris. Pergantian tokoh dan setting cerita
antara para tahanan di penjara dan seorang gadis bersama orang tuanya di rumah
mewah yang nyaman membuat saya semakin menghayati inti cerita yang disampaikan
oleh penulis.
Satu kata yang mewakili kesan saya terhadap buku
ini adalah keren! Pertama, karena tema yang diambil penulis dalam setiap
ceritanya adalah fenomena yang biasa terjadi di dalam kehidupan kita, serta
selalu mengandung pesan moral didalamnya. Kedua, karakter tokohnya yang kuat.
Saya bisa masuk ke dalam perasaan dan pemikiran setiap karakter pada
masing-masing tokoh. Ketiga, gaya
bahasanya. Sepertinya ini dipengaruhi oleh penulis-penulis favoritnya. Lihat
saja nama-nama sastrawan dan penyair (yang nama-namanya tidak familiar di
telinga saya, namun sepertinya hebat dan terkenal) yang cukup banyak bertebaran
di dalam ceritanya.
Kesimpulannya, saya jadi ingin membaca kumpulan
cerita pendek karya sastrawan Indonesia
lainnya.
Detail Buku
Judul: Malam Terakhir - Kumpulan Cerpen
Pengarang: Leila S. Chudori
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Cetakan: Pertama, November 2009
Jumlah halaman: 117 halaman
ISBN: 978-979-91-0215-7
Harga: Rp
35.000 Gratis (hadiah Quiz Monday
Flasfiction #2)
Dibaca
12-14 Juli 2013
By:
jadi penasaran pingin mbaca jugak ^_^
ReplyDelete