oleh Jiah Al Jafara
"Aku tak bisa hidup seperti ini! Aku punya banyak mimpi! Dari awal kamu tahu. Kenapa sekarang kamu mengekangku?"
Aku tersadar dari lamunanku ketika suara tangis memekakkan telinga di tengah panas dan kemacetan jalan raya. Seorang anak merengek karena balon di tangannya lepas dan terbang ke langit.
Kulihat balon itu melayang jauh, meninggalkan pemiliknya. Aku bertanya-tanya, di mana akhirnya balon itu berhenti? Kehabisan karbit kah atau menabrak burung hingga akhirnya pecah di udara? Apakah ketika lepas dari pemiliknya dia sedih atau justru bahagia?
"Aku tak mengekangmu, tapi bukankah kita punya mimpi yang sama? Membangun rumahtangga bahagia?"
"Kita akan bahagia kalau punya uang. Kalau aku berhasil, aku bisa membelikanmu apa saja. Apa kamu tidak ingin punya baju, perhiasan yang layak?"
Kamu menunduk saat aku mengangkat ransel dan menyampirkannya di pundak.
"Kembalilah! Kumohon! Mimpiku hanya ingin bersamamu!"
Air mataku menetes. Klakson dari belakang berbunyi nyaring. Para penumpang mengumpat memintaku segera melajukan bus.
Samar kudengar suara nyanyianmu di DVD. Kamu tengah naik daun. Kamu tak perlu tahu. Aku meninggalkanmu bukan untuk meraih citaku, tapi agar kau melanjutkan impianmu.
Cerita asli DI SINI
***
Cerita milik Jiah ini ringkas, langsung ke tujuan. Tanpa perlu berpanjang-panjang, melalui teknik kilas balik, kisah ini menerjemahkan foto prompt dengan mengena. Tentang harapan yang melambung tinggi, tentang pengorbanan demi yang disayangi.
Baca juga karya teman-teman lainnya, yaa. :)
Rin Herlina - Abel
Sariv Seva - Kang Simin Tak Percaya Tuhan
Nurkholil Setiawan - Bukan Pertanda
Liek - Balon Raffa
Hihi ternyata sampai apa yg kurasakan
ReplyDeleteuhuyyy, selamat buat Jiaah *tebar confetti*
ReplyDeleteSelamat Jiaaah. Tulisannya makin keren
ReplyDeleteYa ampun ternyata sweet...
ReplyDelete