W.S Rendra ~ Inilah Saatnya
Amarah dan duka
menjadi JELADRI dendam
bola-bola api tak terkendali
yang membentur diri sendiri dan memperlemah perlawanan.
Sebab seharusnya perlawanan membuahkan perbaikan, bukan sekadar penghancuran. #TopikPuisi
----
Edmalia Rohmani
Kusongsong cahya nirwana mengintai di ujung cakrawala
Tersesat dalam wanadri cinta
Tenggelam dalam jeladri asmara
Pada akhirnya aku menemu jalan pulang setelah berpuluh peluh
Kubakar habis bayangmu hingga menjadi jelaga abu
Rifki Jampang
jeladri itu bergejolak
tak henti-henti memuntahkan ombak
hingga menerjang geladak
membelah bahtera yang sedang mengembangkan layar
memisahkan sepasang jiwa yang pernah berikrar
untuk menyatukan asa dan cita yang berpendar
Ahmad Abdul Mu'izz
Sekar Maskumambang mengambang di ambang jeladri
Ikan-ikan di kepalaku mati menelan sepi.
Adakah camar-camar itu utusanmu, menggugurkan angin yang kering oleh rindu?
Mataku pejam tafakuri denting gamelan yang merajam kelam:
Tak pernah cahayakan terang.
Mechta Deera
Jeladri rasa kita yang dulu kian mengendap kini
dan kutakut makin mengerak dari hari ke hari
meninggalkan rindu tersisa kering kerontang
tanpa sesaatpun hadirmu menyirami penantianku
Ahmad Abdul Mu'izz
Untuk-Mu kami bermazmur.
Kau yang membentangkan jeladri tempat kami tenggelamkan bimbang.
Kau selamatkan kami dari tajam mata pedang,
Menguapkan tapak kisah penyerang yang berang.
Untuk-Mu kami bermazmur,
Sambil memungut helai-helai umur.
Maya Indah
Jarak di antara kita, membuatku tenggelam dalam jeladri rindu.
Apalah daya, semesta tak mengizinkan kita tuk bersatu.
Kupersembahkan sebuah lukisan di hari pernikahanmu.
Yang kutorehkan dengan darah dari nadiku.
Dian Farida Ismyama
Apa kabar, jeladri bernama kenangan?
Masihkah riakmu setenang dulu?
Ataukah makin menggebu?
Kita terjebak serupa ikan dalam perahu nelayan.
----
Selamat untuk yang lolos, dan yang terbaik. Untuk yang belum lolos silakan mencoba kembali. SEMANGAT!!!
No comments:
Post a Comment