Tuesday 7 October 2014

Sharing : Proses Riset dalam Membuat Cerita




Hai...selamat siang! Yuk sharing.

Sudah baca cerita "Dewi Hidup Kathmandu" karya Sulung Lahitani Mardinata? Atau cerita "Kembali dari Kematian" bikinan (ehemmm...) Ariga Sanjaya?

Adakah persamaan antara dua cerita itu? Ada. Tapi yang jelas bukan dari segi ceritanya, melainkan proses membuatnya. Dua cerita di atas menyajikan sejumlah informasi yang harus 'diriset' terlebih dahulu. "Dewi" bercerita soal kehidupan di Kathmandu sedangkan "Kembali" menyajikan prosesi 'pembuatan' zombie di daratan Afrika sana. Proses yang menantang sekaligus menyenangkan.
Jadi, Bang Admin mau nanya, kamu pernah nggak bikin cerita yang harus melalui proses riset lebih dahulu? Cerita tentang apa? Risetnya susah nggak? Hasilnya memuaskan?

Yuk, berbagi.

Sari Widiarti
Pernah, waktu itu ada lomba menulis dongeng anak. Riset bagaimana peri itu, macam - macam peri, riset apa dan bagaimana goblin itu, kuda apa itu namanya yang dalam dongeng, unicorn ya? Cari makanannya unicorn itu apa. Eh ternyata nggak lolos karena katanya si juri, settingnya kurang imajinatif, ya begitulah #akurapopo

Ahmad Abdul Mu'izz
Pernah. Tentang tsunami di Aceh. Risetnya nggak begitu banyak, jadi nggak susah. Hasilnya? Entahlah. Yang udah baca kumcer Persembahan pada Bumi pasti tahu.

Tara Orian
Wah, saya bikin prompt MFF pun pakai riset =))))
Tapi dari sekian pengalaman riset yang paling menyenangkan adalah saat membuat tulisan bertema konspirasi iluminati. Saya riset tentang organisasi Freemason, ilmu hitam okultisme sampai simbol-simbol dan mantra pemanggilan iblis.

Risetnya lumayan susah karena nggak mudah ditemukan lewat mesin pencari. Jadi musti muter-muter keyword dulu, lantas ketemu forum komunitas freemason. Untuk masuk dan membaca postingan harus sign up. Awalnya ketar-ketir takut dicap bagian dari mereka. Lantas bikin akun sekali-pakai menggunakan alamat email sekali-buang lalu menyelesaikan riset dalam satu hari (bagian penting-pentingnya disalin tera ke notes buat dibaca ulang).

Cerita yang saya buat tentang orang yang memuja iblis untuk mendapatkan kemakmuran. Tapi cerpennya nggak menang karena dinilai terlalu beresiko untuk diterbitkan, huhuhu. #sakitnya_dimana_mana

Rinrin Indrianie
Sering baaaang, karena banyak banget yang aku nggak tahu *ups* hihihihi. Kebanyakan riset tempat-tempat yang nggak pernah aku kunjungi, atau profesi-profesi yang aku nggak kepikiran kerjaannya seperti apa, atau kebiasaan-kebiasaan tertentu yang spesifik. Nyari infonya mungkin nggak susah (karena tinggal googling atau tanya-tanya), tapi meramunya sehingga tulisan tidak terbaca sebagai berita/informasi belaka itu yang -buatku- susah banget. Hasilnya so far so good lah ya

Na Fatwaningrum Adianto
Whaaaa kerren, kalau saya agak bingung kalau disuruh riset-risetan dulu, karena itu cerita saya kebanyakan umum banget dan malah ada yang dangkal *ngaku -__-. Riset terbanyak ya waktu prompt mff yang tentang desa bersalju itu. Saya searching soal sedikit bahasa, nama-nama di sana dan nama tempatnya juga. Gitu doang

ChocoVanilla
Sering bangettt... kebanyakan riset tempat. Sekarang masih riset tentang salah satu penyakit jiwa yang sangat menarik

Isti'adzah Rohyati
Pernah yang sampai riset nanya-nanya ke informan. Kebetulan informannya sih temen sendiri, hehe. Waktu mau bikin cerpen tentang pramugara. Jadi saban hari aku tanyain temenku itu yang pramugari, mulai pendaftarannya sampai keterimanya kayak gimana, bagaimana sikonnya kalau ada pramugara/i angkatan baru. Juga kehidupan, jadwal shift terbang dan tujuan ke mana aja. Padahal itu cerpen bukan buat lomba, cuma karena kepengen dan penasaran aja. Tapi sayangnya, tetap aja masih ada bolongnya di bagian yang lain yang ternyata masih kurang riset. Bisa dibaca di blog Kompasiana aku, judulnya Rindu Sepenggal Hati.

Rizki Wulandari Madfia
Saya belum banyak menulis fiksi. Baru intens ketika bergabung di grup ini. Ada beberapa prompt yang membuat saya riset kecil-kecilan. Misalnya sewaktu membuat FF tentang Doppelganger dan tentang perjanjian dengan setan. Hmm..risetnya gak ribet, hanya menjelajah google. Hasilnya, haha, yah, lumayanlah.

Ajen Angelina
Waktu bikin novel ‘Pisau Sang Pembunuh’ saya melakukan riset sampai ke kantor polisi tanya kerjaan reskrim dan bertandang ke Doli dan temanan sama pelacur cuma pengen tahu kerjaan mereka gimana. . Ini novel crime detective tentang pembunuhan seorang pelacur di sebuah wisma pelacuran di sebuah gang pelacuran.. Aku pake setting kota wedangan kota rekayasa nggak berani pake Surabaya. Kalau mau baca ada tuh di blog aku hihi. Lagi nyusun ulang novel dengan segala riset itu dan semoga baik. (amiiin – admin)

Dian Farida Ismyama
Wah kayaknya sebagian besar kalau nulis cerpen kudu riset, he he.salah satunya cerpenku di Persembahan pada Bumi,walaupun fantasi tapi tetap pake riset sejarah, geografis danau, dll. Lagi kukembangin jadi novel lebih lagi risetnya, terutama setting, imajinatif tapi gimana caranya tetap rasional (susyeh ternyata). Pernah juga bkin cerpen settingnya di Kalimantan Timur, riset bahasanya sama temanku + akses menuju ke tempat setting + istilah-istilah di sana & nggak menang, hehe.

Ketika kalian berhasil menyelesaikan sebuah cerita dengan baik, kalian sudah menjadi juara. Menang adalah bonus. :) ~ Bang Admin





No comments:

Post a Comment

Followers

Socialize

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *