The Magic Thief by
Sarah Prineas – Connwaer mulai belajar dan memahami sihir
Intinya, aku adalah pencuri
ulung—diriku dan tanganku yang cekatan. Tapi aku akan menjadi murid penyihir
yang lebih baik.. – Connwaer
Judul asli: The Magic
Thief
Judul terjemahan: The
Magic Thief – Pencarian Batu Sihir
Pengarang: Sarah
Prineas
Penerbit: PT Bhuana
Ilmu Populer (BIP)
Terbit: Cetakan kedua
- Agustus, 2010
Tebal buku: 343
halaman
Format: Paperback
Genre: Fantasy,
Young-Adult, Adventure
ISBN:
978-979-074-228-4
The Magic Thief merupakan
seri pertama dari beberapa seri lainnya karangan Sarah Prineas. Buku setebal
343 halaman ini kuselesaikan dalam waktu lumayan singkat. Membaca buku ini
mengingatkanku dengan lirik lagu berikut:
Stop there and let
me correct it
I wanna live a life from a new perspective
You come along because I love your face
And I'll admire your expensive taste
And who cares divine intervention
I wanna be praised from a new perspective
But leaving now would be a good idea
So catch me up on getting out of here
I wanna live a life from a new perspective
You come along because I love your face
And I'll admire your expensive taste
And who cares divine intervention
I wanna be praised from a new perspective
But leaving now would be a good idea
So catch me up on getting out of here
Ada yang tahu? Yup, itu adalah
lagu New Perspective yang dinyanyikan oleh Panic
At The Disco. Lagu ini bisa ditafsirkan dengan beragam cara, ya. Dan aku
menafsirkannya lebih ke arah personal. Seperti perubahan diri sesorang ke arah
yang lebih baik. Dan itu sesuai dengan cerita di buku ini, tentang seorang anak
yang berubah dan mencoba membuktikan kemampuan dirinya terutama kepada guru
barunya. Apalagi lagunya yang lumayan nge-beat bikin sesuai dengan
petualangan si tokoh utama dan konflik-konflik berbau sihir di buku ini. Haha,
menurutku, lho, ya.
The Magic
Thief menarikku pertama kali melalui kovernya yang biru mencolok serta
nama pengarangnya yang cocok sekali dengan tema buku yaitu tentang sihir.
Alasanku untuk membelinya karena aku tidak mau pulang dengan tangan kosong saat
berkunjung ke toko buku. Selain itu kulihat buku ini tentang sihir, bergenre
fantasi. Tidak pernah berpikir akan jatuh cinta dengan jalinan kisahnya. Aku
pun baru membacanya setelah hampir setahun buku ini berada di TBR pile-ku.
Dan saat membacanya, buku ini
seperti mengandung sihir, seperti menghipnotisku #halah. Sulit untuk
melepaskannya sejak saat membaca halaman pertama. Rasanya menohok sekali saat
kuingat dulu aku hampir membeli seri ketiganya. Niat tersebut kuurungkan karena
berpikir “Seharusnya beli seri kedua dulu baru ketiga” serta ditambah pikiran
“Coba aja dulu seri pertamanya. Bisa jadi gak cocok sama kisahnya”. Inilah
derita membeli buku berseri yang ternyata cocok dengan selera. Derita karena
mau membaca seri lanjutannya, tapi belum punya.
The Magic Thief bercerita
tentang seorang anak bernama Connwaer. Dia seorang pencuri yang lihai dan
tinggal di jalanan. Suatu kali dia mencuri Locus Magicalicus milik
Nevery yang merupakan seorang penyihir. Seharusnya Conn mati saat memegang
tanpa izin apalagi mencuri Locus tersebut. Namun ternyata tidak. Nevery pun
mengangkat Conn menjadi muridnya dan Conn merasa senang. Namun Nevery memberi
syarat yaitu Conn harus menemukan locus magicalicusnya sendiri. Berhasilkah
Conn menjadi menemukannya? Apakah penyihir lain menerima Conn sebagai murid sihir
mengingat dia seorang pencuri dsb? Lalu bagaimana dengan tingkat sihir di kota
Wellmet yang terus menurun?
Connwaer tentu adalah karakter
utama di buku ini. Dia ditampilkan sebagai anak yang cerdik, mempunyaiskill,
memiliki prinsip yang kuat, dan mau belajar. Awalnya Nevery tidak yakin
dengannya mengingat predikat pencuri dan terlihat tidak bisa dipercaya apalagi
Conn belum mempunyai Locus Magicalisus yang merupakan benda wajib dimiliki oleh
seorang penyihir.
Di lain sisi, Nevery merupakan
salah satu penyihir yang diperhitungkan keberadaannya di kota Wellmet. Memang
dia sempat diusir karena melakukan percobaan yang cukup berbahaya dan melanggar
hukum, namun akhirnya dia kembali dipanggil oleh Duchess of Wellmet (penguasa
kota). Nevery termasuk sosok yang cukup perfeksionis, keras kepala, namun baik
hati dan menjunjung kebenaran.
Buku ini pun bercerita melalui
sudut pandang Conn dan terbagi dalam 36 bab. Di setiap akhir bab, kita
dipersilakan mengintip ke jurnal harian yang Nevery tulis. Melalui jurnal ini,
kita melihat dari sudut pandang si Penyihir. Dan itu membuat buku ini jadi lebih
menarik. Selain itu, The Magic Thief juga dilengkapi dengan
beberapa ilustrasi, peta kota Wellmet, keterangan tentang tokoh-tokohnya,
keterangan tempat, daftar aksara kuno yang digunakan (rekaan penulis) bahkan
hingga ke resep biscuit yang sering muncul di buku ini. Haha, iya, di buku ini
banyak sekali adegan makan/menyiapkan biscuit dan teh. Budaya Inggris, gitu,
sepertinya, hehe.
Overall, ini buku yang
ringan, menyenangkan dan menghibur. Genre yang ditawarkan tentunya fantasynamun The
Magic Thief bisa menawarkan varian lain dari kisah yang berbau sihir.
Selain itu buku ini juga aman untuk anak-anak. Alurnya maju seiring dengan
petualangan yang Conn lakukan di kota Wellmet maupun di kota asalnya
(Twilight). Aku sempat larut dalam jalinan kisahnya dan sulit untuk berhenti
membaca. Mungkin kalau aku bertemu dengan penulisnya, ada banyak yang mau aku
tanyakan. Mulai dari nama belakangnya yaitu “Prineas” yang menurutku unik dan
apakah ada hubungannya dengan cerita sihir yang ditulisnya ini karena menurutku
nama belakangnya semacam cocok untuk karakter di dunia sihir, haha. selain itu,
aku juga mau bertanya apa inspirasinya menulis kisah ini dan inspirasi tentang
belut kesengsaraan yang membuatku teringat dengan Dementor di seri Harry
Potter.
Yup, seperti yang kukatakan
sebelumnya, ini baru seri pertama yang kubaca. Ending-nya seperti
yang bisa diperkirakan, meski proses menuju ending itu cukup
tidak terduga. Aku ingin mengoleksi dan membaca seri lanjutannya. Aku penasaran
bagaimana perkembangan Conn belajar sihir, dan tantangan apalagi yang akan
muncul. Masih ada dua seri lagi. Semoga..semoga…semoga. Hehe, btw,
selamat membaca buku untuk teman-teman semua. :D
Rating: 2/3 (better)
Di buku ini, aku menemukan
beberapa kutipan menarik. Namun tidak banyak. Dan seperti biasa kutipan
tersebut akan kutampilkan dalam daftar di bawah ini. Silakan dinikmati, hehe.
Itu tidak masalah. Aku akan
bekerja keras, dan aku akan mengejar ketertinggalanku. (hal. 111)
“Dengar, Nevery, tidak apa-apa
bagiku kalau Keeston memanggilku anak gelandangan dan pencuri pengecut, karena
itulah diriku. Tapi dia menyerang ketika aku memanggil siapa dirinya.” (hal.
151)
Ah. Itu sangat masuk akal.
Namun, kuputuskan, aku akan mengawasi Keeston. Mungkin dia bukanlah anak yang
buruk. Kemungkinan besar aku jugaakan menyerang orang lain, kalau aku punya
master yang memukulku. (hal. 152)
--Aku tidak punya waktu, kata
bocah itu.
--Adakan waktu itu, Nak. ….
(hal. 153)
Aku merasa hampa. Kalau
seseorang memukulku, aku akan bergema. (hal. 176)
***
Assalamualaikum! Selamat siang! Jumpa lagi dengan Admin Buku
di Jumat Buku!
Maaf untuk pengumuman "Resensi Paling
Menyenangkan" yang telat hampir DUA
BULAN :( Hampura.
Sebelumnya, kita sambut dulu juri tunggal untuk periode Maret:
Mbak Vanda Kemala~ (lagi, ehe ehe…)
Mbak Vanda telah menilai seluruh resensi yang masuk, dan
yang menurut Mbak Vanda pantas menjadi "Resensi Paling Menyenangkan
Pertama" adalah The Magic Thief karya Rizki Wulandari!
Selamat Mbak Rizki!
"...tapi punya Rizki itu ada ringkasan ceritanya, jadi
ada gambaran bukunya kayak gimana."
-Mbak Vanda (Mei 2017)
Nah, siapa yang beruntung dan pantas mendapat "Resensi
Paling Menyenangkan Kedua"? Selamat untuk Mbak Grant Gloria dengan Jatuh
Cinta Diam-Diam #2-nya!
"…punya Grant ada juga, tapi mungkin karena cerpen ya,
jadi seritanya ngga menyeluruh soalnya sepotong-sepotong."
-Mbak Vanda (Mei 2017)
Pun selamat untuk Mbak Erin atas "Resensi Paling
Menyenangkan Ketiga" dengan Jalan Pendaki-nya!
Selamat untuk semuanya! Resensi lain bisa dibaca di bawah
ini~
Grant Gloria - Jatuh Cinta Diam-diam #2
Zen Ashura - Melarin
Erin Friyana - Jalan Pendaki
No comments:
Post a Comment