oleh Glowing Grant
Boleh kupinjam lelakimu? Hanya hangat lidahnya. Tak lebih.
Lelakimu baik. Tutur katanya halus. Ia tak pernah marah. Juga tak pernah berkata kasar. Itu yang membuatku betah berlama-lama dengannya. Tanpa sepengetahuanmu tentunya. Seperti yang kulakukan hari ini…. Untuk yang keberapa kalinya.
“Bisa ketemu hari ini?” ketikku di ponsel. Lalu kukirim ke nomor lelakimu.
Tak lama kemudian ia membalas. “Datanglah sore nanti, jam seperti biasa. Jangan telat.”
“Oke,” balasku.
Di jam yang telah ditentukan, kami bertemu. Lelakimu mempersilakan aku duduk di sofa yang empuk, seempuk kata-kata yang keluar dari bibirnya.
“Bagaimana keadaanmu? Sudah merasa lebih baik?” tanyanya. Dengar itu! Perhatiannya itu… Wanita mana yang tak meleleh jika ditanya dengan pertanyaan itu?
Aku membalasnya dengan anggukan.
“Baiklah…. Itu bagus! Ada perkembangan lainnya? Sudah tidak kesulitan tidur lagi, kan?” tanyanya. Lagi-lagi… Ia memberikan perhatian.
“Iya… Sudah enakan sekarang. Aku merasa lebih baik dan sedikit lebih bersemangat,” jawabku. Tentu saja aku bersemangat jika bisa bertemu dengan lelakimu ini.
Kemudian pria di hadapanku ini menanyakan hal-hal lainnya. Kami mengobrol beberapa saat sampai tiba waktunya kami berpisah. Sebelum berpisah dengannya, aku meraih tangannya yang lembut untuk berjabat tangan. Kulirik sekilas ke meja kerjanya. Di sana terpampang wajahmu dan lelakimu, tertawa ceria di hari pernikahan kalian. Entah siapa kamu, aku akan terus meminjam lelakimu.
“Jangan lupa makan obatnya. Jangan terlalu banyak berpikir dan istirahatlah yang cukup, ya,” pinta lelakimu.
“Baik, dokter,” jawabku.
Kemudian seorang suster membukakan pintu untukku.
***
'Lidah yang hangat' adalah frasa kunci. Dua karya pekan ini dari dua perempuan yang giat berpartisipasi. Grant menerjemahkan frasa itu secara simbolis sementara Ruby sebaliknya, secara apa adanya. Aku memilih karya ini sebab kesederhanaannya. Tak perlu konflik, tak ada kekacauan yang mesti dibereskan. Sedikit kurang buatku adalah tak adanya penjelasan perihal siapakah 'mu' pada kata 'lelakimu'. Apakah tokoh utama mengenali 'mu'? Atau sekedar sebutan sambil lalu?
No comments:
Post a Comment