Thursday, 18 June 2015

Karya Terpilih Prompt 80 : Bertukar Beruk dengan Cigak


foto dari : Istiadzah Rohyati

oleh Ami

“Sepertinya rencana kita harus segera dimulai,” usul seorang lelaki paruh baya di ruangan itu.
Lelaki lain yang lebih muda menimpali, “Benar sekali, Pak. Kita tidak punya banyak waktu lagi.”
“Rakyat sudah mulai kritis,” ujar satu-satunya wanita di sana. “Kita tidak bisa membiarkan mereka mulai meragukan kapabilitas kita.”
Beberapa orang lain di ruangan itu mengangguk-angguk. Tampaknya, mereka semua sepakat dengan usul lelaki paruh baya, sang ketua perkumpulan yang tertua dan dituakan di antara mereka. Tidak ada jalan lain bila ingin kekuasaan mereka langgeng. Apa pun akan dilakukan, sekalipun itu harus mengorbankan rakyat.
Lelaki paruh baya itu tersenyum tipis. “Rencana ini akan melibatkan media lokal maupun nasional. Kita akan gandeng mereka untuk memberitakan keberhasilan pembangunan di beberapa daerah. Kita akan tegaskan di setiap pemberitaan bahwa kebijakan kita berpihak pada rakyat. Dengan demikian, publik akan semakin simpatik kepada kita.”
Penjelasannya terhenti saat seseorang mengacungkan tangan, memohon izin untuk bertanya.
“Ya, silakan.”
“Pak, bagaimana dengan kebijakan kita yang membiarkan investor asing masuk dengan leluasa? Sepertinya itu adalah isu sensitif yang bisa menyulut reaksi dari rakyat. Saya khawatir–”
“Saudara tidak perlu khawatir. Kita akan yakinkan mereka bahwa kedatangan investor asing akan mendatangkan kebaikan untuk kita. Mempercepat pertumbuhan industri, menciptakan lapangan kerja baru, dan lain sebagainya.” Ia berdeham sejenak. “Kita yang saya maksud adalah kita yang berada di sini, tentu saja. Rakyat mungkin mengira bahwa mereka termasuk bagian dari kita, padahal kenyataannya tidak.”
Suara tawa menggema di ruangan itu. Membahana, memekakkan telinga siapa saja yang masih memiliki nurani. Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Suasana di luar ruangan begitu gaduh oleh teriakan-teriakan.
“Siapa itu? Mengapa ada orang yang bisa masuk ke gedung ini?” tanya sang ketua. Tidak ada jawaban. Seseorang di antara mereka menelepon petugas keamanan. Tidak ada jawaban. Mereka bertanya-tanya satu sama lain. Tidak ada jawaban.
PRANG!
Pintu kaca yang membatasi ruangan itu dari area sekelilingnya pun pecah berkeping-keping. Nyali sang ketua mulai ciut, melihat barisan pemuda berjaket aneka warna mengepung tempat itu. Beberapa orang membawa spanduk dan poster berisi aneka tuntutan. Beberapa orang lainnya merangsek masuk dan menggiring anggota perkumpulan itu meninggalkan ruangan.
*****
Tak berdaya menghadapi perlawanan dari barisan pemuda, perkumpulan itu pun bubar. Kekuasaan mereka runtuh. Rezim mereka digantikan oleh rezim baru. Beberapa pemuda yang terlibat aksi kala itu terpilih untuk memimpin rakyat. Gedung perkumpulan lama yang sempat rusak akhirnya diperbaiki dan dijadikan pusat pemerintahan.
Hari ini, para pimpinan mengadakan rapat terbatas. Sang ketua rapat menatap para anggotanya sambil tersenyum semringah.
“Teman-teman, kita telah berhasil menempati ruangan ini. Kita berhasil menggantikan rezim lama yang buruk dan busuk.” Ia melipat kedua tangannya di belakang kepala. “Aku yakin kalian semua sangat lelah. Bagaimana kalau mulai hari ini kita bersenang-senang?”
cerita asli di SINI
***
Dengan memakai peribahasa yang menarik - jujur, bangMin baru kali ini dengar peribahasa ini- sebagai judul, Ami sudah berhasil memikat (calon) pembaca untuk tahu lebih jauh ceritanya. Tema oligarki disajikan dengan serius, berusaha menangkap esensi peristiwa menjelang Mei 1998. Suksesi pemerintahan yang dipelopori oleh pada pemuda. Sedikit yang mengurangi kenikmatan membaca adalah perihal begitu cepatnya perubahan situasi yang dimulai di bagian kedua kisah. Semestinya narasi bisa diatur temponya, tidak melesat terlalu cepat. Twist di akhir kisah bikin aku sebagai pembaca tersenyum miris. Yah, mungkin kalian juga. :)



1 comment:

  1. Terima kasih banyak atas masukannya :) akan saya perbaiki ke depannya insya Allah :)

    ReplyDelete

Followers

Socialize

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *