Monday 25 May 2015

Ide, Plot dan Turunannya


Justine Larbalestier, penulis trilogi terkenal di Amerika, ‘Magic or Madness’, pernah mendapat pertanyaan ini di twitter dari seseorang bernama Candanosa : Pernahkah Anda merasa jika ide Anda begitu hebat, lalu setelah ditelaah ulang, rupanya ide itu adalah karya seseorang yang pernah Anda baca dalam bukunya? Lalu beliau menjawabnya dalam sebuah postingan blog, yang menurut saya perlu dibagikan di MFF, karena beberapa waktu lalu sempat ramai dibicarakan mengenai gaya kepenulisan atau ide yang mirip (atau terinspirasi) dari penulis lain. Menurut Justine, terinspirasi dari buku atau penulis lain bukanlah hal asing di kalangan penulis. Itu sebuah kelebihan, bukan kekurangan.

Buku Justine, Razorhurst, tidak akan terbit jika tidak ada karya nonfiksi Larry Writer berjudul Razor, yang terbit pada masa itu. Saat ini, kebanyakan orang tidak melihat adanya masalah di sana : karya novel yang terinspirasi dari buku nonfiksi. Hal tersebut terjadi sepanjang waktu.
Bagaimana pun juga, Razorhurst tidak akan ada tanpa Harp in the South milik Ruth Park dan Foveaux-nya Kylie Tennant. Buku-buku tersebut, termasuk juga Razor di dalamnya, menginspirasi dan dalam beberapa cara, membentuk setiap kalimat yang ditulis Justine.
Pertanyaan Candanosa tadi tidak bisa dijawab dalam satu kali tweet oleh Justine, karena jawaban yang akan diberikan mengekspresikan permasalahan yang biasa dialami oleh penulis profesional. Setiap novel Justine memiliki kecenderungan terinspirasi, terpengaruhi, dan kemungkinan dibuat dari novel-novel lain.

Novel trilogi pertama Justine Larbalestier, seri Magic or Madness, terinspirasi oleh serial drama populer di mana sihir menyelesaikan semua masalah tanpa memiliki konsekuensi negatif. Hal tersebut membuatnya muak, sangat muak. Sebab itu ia menulis novel tersebut di mana sihir merupakan kutukan, alih-alih berkah, dan memiliki konsekuensi yang tidak sederhana.

Jika Justine mendapat sebuah ide, kemudian menyadari bahwa idenya mirip dengan ide orang lain, dia mulai berpikir bagaimana cara mengeksekusinya dengan berbeda. Contoh lain, Hunger Games bukanlah ide original. Kalian bisa melacak asalnya ke era gladiator, di mana konsep pertarungan orang hingga mati sebagai hiburan untuk massa. Konsep tersebut pernah digunakan dalam The Running Man juga Battle Royale sebagai dua contoh karya lain yang paling terkenal. Hunger Games bukanlah gabungan dari kedua karya tersebut, ketiganya bahkan tidak identik satu sama lain. Plot utamanya bisa diubah-ubah, jika membaca ketiga karya tersebut satu persatu, maka kita akan mengetahui cara masing-masing penulis untuk menggubah ide yang sama dengan konsep berbeda.

Banyak penulis yang membicarakan buku yang sedang mereka tulis dengan : "Ini akan jadi Jane Eyre jika genrenya thriller,” atau “Ini adalah versi YA (young adult, atau teenlit) dari Gone Girl, tapi bersetting di kerajaan fantasi yang dipimpin oleh para Pterodactyl.” Kalian langsung paham atas konsep yang mereka gunakan untuk buku tersebut. Bahkan hampir sebagian besar penulis melakukan adaptasi cerita semacam ini.
Ini bukan plagiarisme, bukan pula mencontek, atau bahkan malas. Itu bagaimana kreatifitas bekerja di segala bidang. Mereka semua terinspirasi oleh karya-karya pendahulunya.

Kebanyakan orang yang membaca kisah ‘daur ulang’ Jane Eyre atau Gone Girl mungkin tidak akan menyukai bagaimana mereka memulai kisahnya. Dua penulis dengan ide awal yang sama, bahkan dengan plot sama, akan menghasilkan buku berbeda. Itulah bagaimana fiksi bekerja. Pun demikian dengan buku nonfiksi. Justine telah membaca beberapa biografi Virginia Woolf, dan semuanya berbeda.

Mendapat ide, disertai dengan plot, bukanlah kunci untuk menulis novel. Justine telah menghadapi hal semacam ini sejuta kali dalam sehari. Tapi dia tidak menulis sejuta novel setiap harinya. Inti utama dari menulis novel adalah prosesnya, mengembuskan kehidupan pada tiap karakter dan setting dan situasi. Plot adalah hal yang mudah. Setiap penulis mencuri plot, meski ketika mereka tidak menyadari bahwa itu ide curian. Lihat saja Shakespeare. Yang membuat pengerjaan novel menjadi rumit adalah banyak bagian yang bergerak, sehingga anggapan bahwa sebuah buku yang hanya berisi ide dasar, hanya berisi plot, adalah anggapan konyol.

Lain waktu, jika kamu mendapat ide luar biasa dan menyadari jika kamu pernah membaca ide tersebut di tempat lain, tenang. Itu adalah hal biasa. Otakmu sedang dalam proses merangkai cerita. Simpan ide tersebut, pikirkan tentang bagaimana kamu akan mengeksekusi ide tersebut dengan berbeda, menceritakan cerita dengan cara yang tidak sama. Siapa tahu? Mungkin hal tersebut akan membimbingmu pada sesuatu yang luar biasa.

Justine Larbalestier
8 Agustus 2014
http://justinelarbalestier.com/blog/2014/08/08/on-ideas-and-plots-and-their-mutability/

No comments:

Post a Comment

Followers

Socialize

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *