“Bukan aku yang membunuhnya!”
Teriakan dari lorong bagai labirin itu menggema. Gaungnya terdengar sampai tempatku duduk di ruang tunggu. Kakiku bergerak gelisah. Anakku, Cindy, kini sedang digiring menuju sel tahanannya. Oh, bagaimana sebagai seorang ibu aku tidak merasa gelisah?
Dia didakwa atas pembunuhan suamiku, ayahnya sendiri.
Kenapa sampai sekarang kepalaku belum meledak masih menjadi misteri.
Tak cukup kehilangan anak pertamaku pada kecelakaan sebulan silam, kini suamiku dibunuh oleh anakku yang lain. Ini mengerikan dan aku tak tahu sampai kapan bisa bertahan.
“Nyonya Adams?” Aku menoleh pada suara petugas di hadapanku.
“Cindy Adams didakwa atas pembunuhan suami Anda, Brian Adams.” Katanya dengan nada datar seakan yang ia katakan adalah hal yang membosankan. Aku hampir saja mencakar wajahnya ketika dia mengeluarkan suatu bungkusan dari balik punggungnya.
Sebuah es krim stroberi batangan yang meleleh sebagian.
“Kami menemukan ini di TKP. Apakah ada informasi yang bisa Anda berikan?”
Aku mengepalkan jemariku, menahan rasa gemetar yang tiba-tiba datang ketika melihat es berwarna merah cerah itu. “A-astaga! Cindy tidak membunuh Brian!”
Lelaki itu menatapku heran dan sebelum dia mengatakan apapun, kupegang lengannya erat. “Aku tahu ini terdengar sangat gila, tapi percayalah! Cindy tidak melakukannya!”
Aku melompat dari tempat dudukku, gemetar menguasai seluruh tubuhku dan es krim yang mengkilat itu seakan mengejekku dengan lelehannya yang mulai membasahi ujung plastik.
“Cindy tidak membunuh Brian!” Aku berteriak histeris sementara beberapa petugas sudah memegangi kiri-kanan tanganku.
“Lepaskan! Kalian tidak mengerti! Thomas! Putraku-lah yang membunuh Brian! Ya! Pasti dia! Dia menghukum kita semua!”
“Apa maksudmu, Nyonya?”
“Es krim itu! Semua anggota keluargaku alergi stroberi. Semua—kecuali Thomas. Itu pasti tandanya supaya kami tahu dia kembali!”
“Tapi Thomas Adams meninggal satu bulan lalu—”
“Tidak setelah aku dan Brian sengaja memanipulasi kecelakaannya agar mendapatkan uang asuransi dan mengurung ia yang tidak mati di basemen! Dia pasti kabur untuk balas dendam!”
cerita asli DI SINI
Catatan.
Terlepas dari celah logika yang 'lupa' ditambal, kisah ini menyajikan cerita yang baik. Pembukaan yang langsung menyodorkan sebuah misteri, kalimat-kalimat penjelasan yang sedikit demi sedikit membuka tabir, hingga kalimat pamungkas yang menerangi maksud cerita.
woooo dasar uanggg
ReplyDelete