Selamat pagi, para pencandu kata. Tak terasa sudah sepuluh pekan berlalu sejak pertama kita bermain kata. Untuk #SeninBerpuisi kali ini kita buat sedikit berbeda.
Tantangan pekan ini adalah membuat puisi menggunakan kata-kata dari topik puisi sebelumnya yaitu MATAHARI, CEMBURU, MATA, MENARI, PERMEN MANIS, ROMANSA, KEMARIN, TIRAI, ASMARA, dan DAWAI. Semakin banyak kata yang digunakan, semakin baik.
Kalau tantangannya ditingkatkan, semestinya ada hadiah penyemangat dong ya? Tenang. Untuk satu karya terpilih ada satu buku puisi Joko Pinurbo berjudul Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung.
Selamat merangkai kata, wahai Pujangga.
Dian Farida Ismyama
Mataharipun cemburu melihat senyummu yang menari-nari di mataku.
Ini memang kisah romansa kemarin.
Namun dawai asmaranya masih melekat bak mencecap permen manis.
Romansa kita, adalah tirai masa lalu yang terlalu indah untuk dilipat.
Mechta Deera
Selamat pagi, MATAHARI...
aku CEMBURU melihat awan setia MENARI di sekelilingmu
sementara MATAku terpejam merindukan ROMANSA yang tak jua tiba
meski tlah kuseru dari KEMARIN hingga entah kapan
Ah.., ASMARA selalu saja malu-malu sembunyi di balik TIRAI sepi
sementara DAWAI hati berdentingan tak berkesudahan
menantikan kesempatan mencicipi PERMEN MANIS kehidupan...
Carolina Ratri
Halo, Matahari yang menari.
Bagaikan permen manis di antara awan
Yang seakan berderet bak tirai sejak kemarin.
Tawarkan romansa asmara yang menggebu cemburu.
Membawa mataku memejam hangat.
Nikmati dawai hari yang berdenting syahdu.
Carolina Ratri
Selamat menari, Tuan Pendenting Dawai Hati.
Jangan pikirkan cemburuku kemarin.
Karena hanya itulah permen manis untuk rayakan asmaraku
Bahkan matahari pun sadar akan romansa ini.
Tatap mataku, katakan cinta padaku.
Sibak saja tirai itu, jejakkan kaki ikuti irama.
Sampai jumpa di alam mimpi.
Edmalia Rohmani
Seperti permen yang meleleh
manisnya senyummu menyusupi jiwaku
Kemarin di bawah temaram matahari senja
Kita menari dibuai dawai asmara
Kisah romansa ini tentu akan sempurna
tanpa mata istriku yang terbakar cemburu di balik tirai saujana
Edmalia Rohmani
Bersama matahari
kemarin aku menari di atas dawai asmara
Manisnya romansa seperti permen yang merayu mata
Hingga gelap mataku karena cemburu dan kuremukkan sang surya dengan kedua tanganku
Biarlah kesunyian abadi menjadi tiraiku semenjak itu
Ahmad Abdul Mu'izz
Aku CEMBURU melihatmu MENARI dengan PERMEN MANIS di tanganmu.
Aku CEMBURU melihat tanganmu memegang DAWAI gitar dengan lagu-lagu penuh ROMANSA mengalun dari mulut indahmu.
Tak seperti KEMARIN, kini ada TIRAI penghalang antara kau dan aku.
Tak seperti KEMARIN, MATAmu tak lagi menatapku dengan elok dan penuh warna.
MATAHARI jiwaku tenggelam.
Kau bukan milikku lagi.
Kau adalah luka yang paling nyeri.
Ahmad Abdul Mu'izz
Kasih, biarkan matahari tenggelam di matamu.
Biarkan tirai kamarmu tertutup untuk sementara waktu.
Hari ini, bukanlah kemarin yang penuh lara.
Hari ini, adalah saat kita membangun romansa.
Kasih, biarkan bidadari-bidadari itu cemburu padamu.
Biarkan mereka iri dan hanya mencecap permen manis merah jambu.
Hari ini, kitalah pemilik dawai yang akan mengindahkan dunia.
Hari ini, kitalah pemilik malam yang didamba setiap pasangan penuh cinta.
Ahmad Abdul Mu'izz
Kau mengajarkanku kebahagiaan tanpa sekat tirai yang menawan.
Matamu memancarkan ketenangan dan ketulusan,
tempat matahari merayakan romansa-romansa sebelum pulang: senja.
Kemarin hanyalah sejarah yang tak boleh menghambat langkah,
karena esok adalah dawai-dawai yang tak pernah menyimpan cemburu berdarah,
hanya permen yang akan selalu memberikan manis,
jika mata kita tak larut dan hanyut dalam gerimis.
Fania Surya
Kulihat ada MATAHARI di MATAmu yang terang membahana namun meneduhkan.
Ketika itu pula, kulihat awan MENARI penuh ROMANSA dalam pandangan sejukmu.
KEMARIN dan hari ini pandanganmu sangat memikat hatiku.
Seakan-akan ada suara denting DAWAI menyerukan nada ASMARA ke seluruh jiwaku.
Aku melayang, aku terbang dikelilingi PERMEN MANIS kesukaanmu.
Lalu kusibak TIRAI penghalang antara kau dan aku serta kutepis api CEMBURU tak bertuan itu.
Rizki Wulandari Madfia
Kemarin, semesta damai tak cemburu
Langit meletupkan beribu permen manis biru
Pun angin melagukan asmara tanpa keliru
Kutatap lekat matanya dilingkupi dawai haru
Pancar romansa kian meluap menari memburu
Ya, Matahariku telah datang bersama kotak beludru
Ya, tirai sendu jemariku kini berisikan kerlip baru
Rifki Jampang
KEMARIN, ketika awan menjadi TIRAI di hadapan MATAHARI
melaui petikan DAWAI, kau ceritakan kisah ROMANSA itu kembali
tentang kita yang pernah MENARI bersama
tentang kita yang pernah berbagi PERMEN MANIS berwarna jingga
tentang jalinan ASMARA kita yang mengundang CEMBURU setiap pasang MATA
hari ini, aku tak akan lagi tergoda
cukuplah luka sekali saja
kurasa
Aul Cooper
Malam pekat beringsut meninggalkan mimpi burukku.
Alunan dawai tanpa nada tak lagi terdengar pilu.
Tirai yang kau singkap,
Asmara yang kau ungkap,
Hidupkan kembali setitik cahaya di hatiku yang gelap.
Adalah engkau yang selalu hadirkan romansa di mataku,
Rebahkan cemburu yang menari di benakku.
Itulah engkau yang slalu bersinar diawal hari, di awal tiap baris puisi ini.
Edmalia Rohmani
Masih ingatkah engkau kemarin kita bercinta di bawah matahari senja
Jingga serupa permen manis yang pernah kita hisap berdua
Hangat romansa dalam pelukan tirai dewata
Merdu diiring getar dawai asmara
Hingga langit cemburu menderu hujan gerimis
Riaknya rancak menari buat mataku menangis
Tinggal aku tergugu menemu semu bayangmu
Dian Farida Ismyama
KEMARIN, kudengar MATAHARI memanggil namamu.
Terang saja aku CEMBURU.
Ternyata MATAmu masih saja memikat banyak raga.
Seperti saat dulu kau tawarkan PERMEN MANIS berbalur ASMARA padaku.
Kala itu, jiwaku MENARI-nari di angkasa.
Jantungku berdendang bak DAWAI harpa, melagukan ROMANSA.
Tapi kini...mengapa semua tertutup TIRAI kehampaan?
Telah berpalingkah kau?
Edmalia Rohmani
Mengapa harus ada cemburu tersirat di bola matamu
Matahari menyemai cahaya romansa di tingkap tirai nirwana
Tapi entah mengapa kisah asmaraku masih menari di atas dawai nestapa
Kaupecah hingga mendebu permen manis yang sempat kukecap bersamamu
Kini haru kutermangu di tingkah gerimis merindu
***
Selamat bagi kamu yang puisinya bertinta biru. Kirimkan data berupa alamat lengkap dan nomor telepon ke kotak masuk facebook Ariga Sanjaya ya. Sebuah buku puisi siap meluncur ke tanganmu. :)
Kriteria penilaian puisi.
1. Menggunakan sebanyak mungkin kata wajib yang disediakan.
2. Puisi yang dibuat sepanjang 6-8 kalimat.
3. Ini puisi, bukan pantun. Jadi tak terikat pada rima a-b-a-b atau bentuk rima lainnya.
4. Puisi harus memiliki cerita yang ingin disampaikan, bukan sekedar rangkaian kalimat manis. Pada saat puisi dibaca, kisah yang terkandung di dalamnya bisa direka oleh benak pembaca.
5. Puisinya Bang Admin suka... hehe.
Terima kasih untuk 9 orang yang telah berpartisipasi. Kalian hebat! :)
No comments:
Post a Comment