Thursday, 9 October 2014

Karya Terpilih Prompt #64 : Tumpukan Kayu

oleh : Ajen Angelina
Joko berjalan cepat menyusuri jalan setapak yang membelah hutan. Lolongan serigala yang terdengar dari jauh menyatu dengan desiran angin yang menggoyangkan daun pohon di sekitarnya. Aku bisa merasakan seluruh bulu kuduk laki-laki itu meremang. Aku tertawa.
“Kau takut? Buat apa? Tenang saja, selama kau bersamaku, Setan takkan mendapatkan jiwamu” Dia memandangku dengan geram.
“Berhentilah mengatakan jiwa  lagipula aku belum mati. Aku masih punya raga.” Aku terbahak. Dia mendelik mendengar tawaku. “Aku yakin kau salah. Aku akan tunjukan tumpukan kayu itu sebagai bukti.” Dia berjalan cepat meninggalkan aku di belakang.  Aku kembali terbahak. Ah, dasar manusia keras kepala!
“Nah, ini dia. Ini tumpukan kayu itu. Kau tahu aku dan istriku yang membuatnya di sini. Dia tiba-tiba mengajakku piknik di hutan. Kami menyalakan api unggun di jalan setapak ini dan memanggang ayam kampung.  Kau lihat, kan? Ini buktinya aku masih hidup.”
“Coba kau sentuh kayu itu.” Joko memandangku lalu pelan-pelan menyentuh tumpukan kayu di depanku. Tangannya menembus kayu itu. Dia menjerit. Lalu ekspresi yang selalu aku lihat muncul di wajahnya. Ekspresi para arwah yang tidak percaya dia telah mati.
“Aku ingat sekarang. Lastri mengajakku ke hutan ini.  Kami membuat api di tengah jalan. Dia memanggang ayam. Setelah kumakan ayam itu aku tak ingat apa-apa.” Aku mendesah akhirnya dia mengerti.
“Ayam itu ditaruh racun,  Joko. Lastri dan Bayu kemudian melakukan hal mengerikan pada tubuhmu. Itulah mengapa kau teringat akan tempat ini.” Joko memandangku heran. Aku memindahkan kayu di depan kami. Sesuatu yang hangus terletak di dasar kayu. Kepala Joko. Joko memandangku geram.
“Aku tidak akan memaafkan kedua orang itu. Aku ingin membalas dendam.” Aku terkejut melihat ekspresi itu.
“Sayang sekali el maut, arwah ini milikku.” Lusifer sudah muncul dan memeluk Joko. Sial! Aku lengah dan tidak menyadari setan itu telah menguasai Joko. Radarku kurang peka karena sibuk menertawakan Joko.
“Ayo, Joko! Kita balas kematianmu,” bisik Lusifer sembari menyeringgai ke arahku. Aku mendesah frustasi. Hari ini sudah tiga arwah yang tak berhasil kuselematkan dari lusifer. Sial!
--------

Cerita asli bisa dibaca di sini.

Catatan Bang Admin:
Sejak awal cerita Ajen sudah menghadirkan sebuah misteri yang mengikat pembaca untuk mengetahui kelanjutan kisahnya. Di bagian tengah sebuah kejutan dihadirkan, perihal jati diri salah satu karakter. Seolah tak cukup, satu kejutan menanti di akhir. 
Tapi sedikit koreksi buat Ajen, masih ada satu-dua kata yang typo plus awal nama tanpa huruf kapital. Perhatikan juga jumlah kata agar tidak offside, ya. :)








No comments:

Post a Comment