Friday, 10 October 2014

Self Editing - Contoh-contoh Kesalahan dan Perbaikannya



Dalam artikel beberapa waktu yang lalu, kita udah belajar mengapa kita perlu melakukan self editing pada draft naskah kita. Meski 'hanya' sebuah blogpost, akan sangat lebih baik jika kita melakukan self editing dulu sebelum mem-publish-nya. Setuju kan?

Nah, lalu, apa saja sih yang perlu diperhatikan dalam proses self editing?

1. Ejaan, Baku atau Tidak?

Tak hanya seorang editor yang harus mengetahui kata yang baku ataupun tak baku. Penulis pun mutlak tahu. Jangan malas untuk selalu mengecek KBBI online untuk melihat, apakah kata yang kita pergunakan sudah baku atau belum. Tentu saja ini tak bisa berlaku harga mati juga sih. Naskah-naskah genre remaja, kadang juga memakai kata-kata tak baku. Jadi silakan disesuaikan saja masing-masing. Saya sendiri juga sering menggunakan kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan lisan dalam tulisan di blog nonfiksi, tapi saya selalu memperhatikan ejaan di blog fiksi saya.

Berikut adalah beberapa kata baku dan tak baku yang sering saya lihat masih bertebaran di tulisan teman-teman Monday FlashFiction.
  • Mengubah, BUKAN merubah
  • Mengembus, BUKAN menghembus
  • Risiko, BUKAN resiko
  • Napas, BUKAN nafas
  • Nasihat, BUKAN nasehat
  • Praktik, BUKAN praktek
2. Pemilihan Kata (diksi)


Penulis kepingin nularin pengalamannya kepada pembaca biar mereka bisa ngedapetin sesuatu yang berguna bagi kehidupan mereka.

(...errr... yang seperti di atas itu, kalau dituliskan dalam blog pribadi masih okelah. Tapi kalau di buku? Mmmm...)

Direvisi menjadi:
Penulis ingin menularkan pengalamannya kepada pembaca agar mereka bsia mendapatkan sesuatu yang berguna bagi kehidupan mereka.

3.  Kalimat Ambigu

Kalimat Ambigu adalah kalimat yang mempunyai dua pengertian atau lebih. Coba lihat kalimat berikut:

Penulis buku baru yang diterbitkan oleh penerbit kurang bonafide kecewa dengan pembayaran royaltinya.

Kalimat di atas bisa mempunyai tiga arti:
  • Penulis baru yang bukunya diterbitkan oleh penerbit kurang bonafide kecewa dengan pembayaran royaltinya.
  • Penulis yang bukunya baru diterbitkan oleh penerbit kurang bonafide kecewa dengan pembayaran royaltinya.
  • Penulis buku dengan judul baru yang diterbitkan oleh penerbit kurang bonafide kecewa dengan pembayaran royaltinya.
4. Kalimat Terlalu Pendek

Kalimat yang terlalu pendek kadang-kadang memang efektif, tetapi penggunaan banyak kalimat yang terlalu pendek dianggap tidak menarik dalam penulisan ilmiah, Hogue (1991: 171-179).
Contoh:
Penulis perlu memikirkan target pembaca. Pangsa pembaca harus prospektif dan luas. Penerbit tertarik pangsa pembaca yang prospektif dan global.

 Direvisi misalnya menjadi:
Penulis perlu mempertimbangkan target pembaca yang prospektif dan luas agar penerbit tertarik.

5. Kalimat Terpenggal

Kalimat yang lengkap memiliki subjek, predikat, dan objek. Kalimat terpenggal adalah kalimat yang tidak lengkap.
Contoh:
Banyak akademisi dan praktisi yang berpotensi menulis buku. Mereka tidak menulis.
Karena tidak mempunyai waktu untuk menulis buku.

Direvisi misalnya menjadi:
Banyak akademisi dan praktisi berpotensi menjadi penulis, tetapi mereka tidak mempunyai waktu untuk menulis buku.

Nah, itu tadi beberapa revisi yang bisa kita lakukan terhadap tulisan.

Sekian segmen belajar berbahasa kita kali ini.

Up-coming: revisi kalimat yang terlalu panjang, kalimat tak sempurna, kalimat kurang menarik dan kalimat berlebihan.

Stay tuned!

Dari Buku Kiat Jitu Menulis & Menerbitkan Buku - Sutanto Leo 

No comments:

Post a Comment