Tuesday, 2 September 2014

Senin Berpuisi. Keping Lima : Permen Manis



Selamat Senin para perangkai kata. Sudah siap untuk ‪#‎seninberpuisi‬?

"Ingin rasanya kubisik di telingamu, wajah cinta bukan hanya bocah bermata jeli yang menawarkan PERMEN MANIS rasa stroberi sambil menari-nari."
‪#‎topikpuisi‬

Na Fatwaningrum Adianto
Sebab hidup bukan hanya seperti permen manis
Yang membuatmu meringis karena gigi terasa ngilu
Maka bertahanlah tanpa kelu
Sehingga, jika suatu masa datang
kopi yang selalu kau sukai
Kau akan teringat nikmat ngilu yang selama ini kau rasakan

Carolina Ratri
Permen Manis, datanglah kemari.
Tawarkan pahit.
Sembuhkan sebak.
Indahkan lara.
Karena kamu, adalah anakku. Obat segala ragu.
Karena bersamamu, Ibu kan selalu bisa.

Sarifudin Aladdin
Sebab aku bukan layaknya anak kecil yang lantas menjeda tangis saat kau ulurkan permen manis, aku kini seorang gadis yang tak hanya butuh janji manis setelah sari tubuhku kau sesap habis.
Sarifudin Aladdin Teruntukmu yang teramat manis, tolong jangan lagi kau menjadi alasanku untuk mencipta tangis. Teruntuk kau yang memang manis: janganlah kau perlakukan aku seperti permen manis; menelanjangiku, mengulum ujung yang bulat manis sampai habis, lantas kau buang gagangku dengan sadis.

Rinrin Indrianie
Bagimu, mungkin aku hanyalah sekadar permen manis
Yang kaudamba kaupuja saat kau mencecapnya
Untuk kemudian kau buang begitu saja saat manisnya telah habis
Maka pergilah, dan biarkan aku berduka selamanya



No comments:

Post a Comment