Hai semua ^^
Rubrik Kebahasaan hadir lagi nih. Tapi bukan dengan Sulung, si mantan pak guru muda, rubrik ini sekarang akan diisi oleh Carra-Yang-Selalu-Kepo. :D Dan tentunya nggak bisa menyamai kualitas seorang guru bahasa Indonesia, Carra menulis di sini juga sebagai sarana belajar, sehingga dia hanya mengambil dari berbagai sumber. Jika ada yang perlu diralat, silakan saja langsung komen yah ^^
Untuk kali pertama, kita akan belajar tentang pemakaian huruf tebal. Tak seperti huruf kapital dan huruf miring, huruf tebal cenderung agak jarang pemakaiannya. Meski jarang, bukan berarti bisa dipakai tanpa aturan, yes?
Jadi, di mana saja kita bisa dan tak bisa pakai huruf tebal?
Huruf tebal merupakan huruf yang dicetak tebal atau berat. Dalam tulisan tangan atau ketikan manual (bukan komputer), huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda. Garis bawah ini harus kata demi kata. Dengan demikian, spasi antarkata tidak perlu digarisbawahi.
Dalam cetakan komputer, penulisan huruf tebal sangat mudah, cukup gunakan cetak tebal (bold) dan tidak perlu digarisbawahi.
Lalu, di bagian mana sajakah pemakaian huruf tebal ini?
1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Contoh:
Judul:
HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab:
BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab:
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
Daftar, indeks, dan lampiran:
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata; untuk itu digunakan huruf miring.
Contoh:
Akhiran -i tidak dipenggal pada ujung baris. (tidak tepat)
Saya tidak mengambil bukumu. (tidak tepat)
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah. (tidak tepat)
Ketiga kalimat di atas seharusnya ditulis dengan huruf miring:
Akhiran -i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
3. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Contoh:
kalah v 1 tidak menang ... 2 kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus ...; 4 tidak menyamai
mengalah v mengaku kalah
mengalahkan v 1 menjadikan kalah ...; 2 menaklukkan ...; 3 menganggap kalah
terkalahkan v dapat dikalahkan
Itu tadi aturan pemakaian huruf tebal.
Sampai ketemu lagi di rubrik Kebahasaan yang berikutnya! ^^
Sumber: buku Master EYD Edisi Baru Eko Sugiarto
No comments:
Post a Comment