Oleh : Ranny Affandi
Ada hal-hal yang tidak kukatakan padamu pada pagi itu. Rasanya terlalu lekas, sementara aku sedang tidak ingin bergegas.
Ada yang lucu, menggemaskan, mencemaskan dalam menunggu. Aku tahu aku banyak tertawa dan bilang 'itu hanya bercanda', sebenarnya tidak juga.
Mungkin saat ini aku mulai bersungguh-sungguh, tak ada tanda titik koma dan kurung tutup atau titik dua dan huruf P di belakang semua perkataanku.
Sulit melepasmu atau kamu melepasku, atau sesungguhnya kita saling melepaskan pagi itu. Sesungguhnya aku sedikit sedih, sedikit kehilangan,
sedikit terkejut karena bisa merasakan semua itu. Dan kita berkali-kali mengucapkan 'selamat tinggal' tetapi tidak ada di antara kita yang beranjak pergi.
Dan aku menemukan diriku di sisimu lagi, dan kamu di sisiku lagi, dan kita menendang-nendang kaki satu sama lain di bawah meja secara sembunyi,
lalu menyelinap ke taman untuk mengucapkan 'selamat tinggal', lagi, tetapi. Kita bahkan masih tidak ingin berjarak meski hanya satu mili.
Aku pergi. Kamu pergi. Aku telah kehilanganmu pagi itu. Dan aku tau kamu berat melepasku, tapi kita tak punya pilihan. Aku sudah terbiasa melihat punggung-punggung yang menjauh,
tetapi sesering apapun tetap saja masih terasa sedih. Jadi aku tidur saja seharian itu . Karena aku tidak ingin menangis. Rasanya terlalu dramatis.
Dan esok, aku sudah siap mengucapkan selamat tinggal betapapun aku benci perpisahan yang dilakukan seorang diri.
Hari ini, kukenakan jas terbaik dan sepatu hitam mengilap. Kulangkahkan kaki pelan seakan tak ingin orang lain mendengar derap langkahku. Aku berdiri di sudut pintu, menatap lurus ke depan. Kamu begitu anggun dengan gaun putih panjang dan tudung berenda putih yang dibingkai mahkota. Kamu tersenyum menampilkan dekik di kedua pipi. Ahh, senyum yang membuatku jatuh cinta berkali-kali. Kamu mengulurkan tangan dan lelaki di depanmu menyambut seraya memasang benda kecil berwarna kuning di jari manismu.
Ada rasa pedih yang tiba-tiba muncul ke permukaan dari satu ruang terdalam. Aku tersenyum getir. Tiba-tiba kamu menoleh ke arahku. Wajahmu pias. Namun, aku berusaha tersenyum.
"Selamat tinggal," bisikku. Aku berbalik meninggalkanmu yang kini bersanding bahagia dengan sahabatku. Perbedaan adalah jurang di antara kita dan tak mungkin untuk disatukan.
Semoga kamu berbahagia, kasihku.
===========================
Kekuatan utama pada FF Ranny kali ini adalah diksinya. Ide dan twist sebenarnya biasa saja. Bahkan untuk twistnya, kurang mantab juga, karena 'perbedaan' yang menjadi penyebab tak mungkin bersatu pun entah. Tapi kalimat-kalimat yang runtut dan padu bisa membuat <i>plintiran</i> yang lembut dan manis.
Dan gambarnya, juga tidak ada keterangan diambil dari mana. Mungkin koleksi pribadi?
Silakan lihat tulisan aslinya di sini.
Thursday, 5 December 2013
Ranny Afandi
Home
Karya Member
Karya Terpilih
Latree Manohara
Ranny Afandi
Karya Terpilih Prompt #30: Sang Mantan
Karya Terpilih Prompt #30: Sang Mantan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
biarpun idenya sederhana tapi enak dibaca dari awal sampai akhir dan emosinya terasa. Pantas jadi pemenang. Selamat ya!
ReplyDeleteselamaaaats'
ReplyDeleteSelamat selamat :)
ReplyDeletebiarpun 'perbedaan' nya belum jelas, feel-nya kerasa :')
ReplyDelete