Kamar pengantin sudah siap. Aku sendiri
yang memilih dekorasinya, nuansa merah marun pada kain-kain penutup
dinding, berpadu dengan warna krem dan gold yang mewah. Sprei berenda dengan warna broken white, kutaburi helaian mahkota bunga mawar merah, sehingga wanginya memenuhi kamar.
“Biar yang lain saja yang atur semuanya, Mila,” ucap mamah beberapa waktu yang lalu.
“Tidak, Mah. Ini adalah acara Mila, dan Mila ingin mempersiapkan kamar pengantin yang terbaik.”
“Tetapi kamu tetap tidak boleh terlalu capek loh.”
“Tidak capek kok, Mah. Mila sangat bersemangat mempersiapkan pernikahan ini.”
Kini aku mengedarkan pandangan ke seisi kamar. Aku tersenyum puas. Kamar itu telah siap untuk malam pertama
bagi dua insan yang akan memadu kasih. Bayangan lelaki yang kucintai
membelaiku di antara taburan mawar, membuat hatiku bergetar.
****
Acara ijab kabul yang diadakan malam itu berjalan lancar. Aku didera kelelahan.
“Aku duluan ke kamar, Mas,” ucapku pada Mas Bayu, suamiku.
“Iya, Dik….”
Perlahan aku masuk kamar untuk membersihkan diri.
Aku memandang pantulan diriku di cermin meja rias. Lingerie berwarna peach
lembut yang kukenakan -kado dari seorang teman saat aku berulang tahun
beberapa bulan yang lalu- tak menyembunyikan apapun. Aku mengkhayalkan
percintaan yang panas dengan suamiku saat aku mengenakannya.
****
Aku terbangun karena kedinginan. Hembusan
udara dari pendingin ruangan, langsung mengenai kulitku yang berpakaian
minim. Jam dinding kamar menunjukkan beberapa menit melewati tengah
malam.
Aku berbaring menyamping dan menatap ruang kosong di atas kasur di sampingku. Air mataku tak terbendung.
“Kamu yakin, Mila?” tanya mamah saat aku masih terbaring di rumah sakit 6 bulan yang lalu.
Aku mengangguk pasti pada ibu mertuaku, yang kupanggil mamah itu. “Biar Mila yang mengatur semuanya, Mah.”
Kini dingin semakin merambati kulitku.
Aku menekuk lutut sambil menahan isak. Tanganku meraba perutku bagian
bawah. Di sana, hampa….
Setelah 15 tahun pernikahan tanpa
dikaruniai buah hati, ini adalah pertama kalinya aku melewati malam
tanpa Mas Bayu. Benakku berkelana ke lantai atas rumah mertuaku, pada
sebuah kamar yang sudah kuhias dengan indahnya. Bayangan suamiku
membelai perempuan lain di antara taburan mawar, membuat hatiku teriris.
-----------------------
Original Post ada di sini.
Sebenarnya ini konflik yang klise. Tapi cara Kaka Akin "mengemas"nya dan bagaimana membuatnya menjadi twist, menjadikannya istimewa.
Keep writing!
nyesek emangg
ReplyDeleteGubrak...layak banget jadi pemenangnya
ReplyDeleteBaca dua Kali baru ngerti ceritanya..cara bercerita yg unik. Selamat kaka akin:)
ReplyDeleteManteb! Makjleb! Maknyus ... Nganti nyungseb! Jos gandhos lah pokok'e! :-)
ReplyDeleteAih.. ternyata... :D
ReplyDeletetengkiyu, Mimin... :)
ih jleb banget... nyesek bacanya... hebat euy kaka akin.. selamat ya.. :)
ReplyDeleteceritanya mila ini rela di madu gitu yah...
ReplyDelete