Photo koleksi pribadi RinRin Indrianie
– Stasiun Duren Kalibata, 07:15 WIB
Aku segera meloncat dari lambung kereta. Lima belas menit lagi mesin presensi kantor akan ditutup. Setengah berlari aku bergegas menuju kantor yang berjarak sekitar 300 meter dari stasiun.
Mataku sekali lagi bertubrukkan dengan sosok lelaki yang sudah tak asing. Kakek itu lagi. Bertopi hitam, bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek hitam. Dia terlihat asyik membolak-balik koran di tangannya. Kemarin sore, aku lihat dia di Stasiun Klender. Dengan bertelanjang dada dan celana yang sama, duduk membaca koran di peron stasiun arah menuju Bogor. Rasa penasaranku atas sosoknya kupendam dalam-dalam. Ada yang lebih penting. Aku tak boleh terlambat lagi hari ini.
– Stasiun Manggarai, 21:15 WIB
“Lembur sialan!” gerutuku dalam hati. Tugas yang mendadak dari kantor pusat, memaksaku pulang terlambat. Stasiun Manggarai sudah mulai sepi, Lalu lalang penumpang yang berhamburan saat berpindah peron tak terlihat lagi. Hanya tersisa berapa puluh orang yang mungkin bernasib malang sepertiku. Aku menyeberang ke peron empat. Tempat di mana kereta menuju Bekasi biasa berhenti. Kucari kursi kosong, untuk sekadar mengistirahatkan pantat dari segala penat.
Kakek itu lagi. Kakek bertopi hitam dan bertelanjang dada itu kulihat sedang membaca koran di peron tiga. Tak peduli dengan sekitar, kakek itu terus asyik dengan dunianya. Kereta yang aku nanti masih berada di Stasiun Jakarta Kota, begitu kata petugas stasiun semenit lalu. Masih cukup waktu buatku, untuk sekadar mengobati rasa penasaranku pada kakek itu.
Aku menyeberang ke peron tiga, menghampiri kakek itu.
“Permisi, Kakek sedang baca berita apa?” tegurku penuh santun.
Kakek itu bergeming. Dia tetap asyik membaca koran yang dipegangnya. Kuulangi pertanyaanku hingga tiga kali dan kuakhiri dengan tepukan halus di pundaknya.
“Kek, sedang baca berita apa?” tanyaku lagi.
Kakek itu sejenak menghentikan bacaannya, lalu menoleh perlahan. Matanya terlihat menyala saat menatapku.
“Aku sedang mencari berita kematianku,” katanya tegas.
Aku tersentak.
— Seminggu yang Lalu
Malam sudah larut. Mobilku melaju kencang di jalanan yang sudah sepi.
Tiba-tiba...
Brukk !!
Dari kaca spionku, kulihat sesosok tubuh rubuh.
--------------------
Original post ada di sini.
hiiiy seyeeeem *merindingdisko
ReplyDeleteKetahuan nih tabrak lari!
ReplyDelete