Kalau ada satu hal yang paling aku
benci di dunia ini, itu adalah namaku, Magali. Kalau ada satu hal yang paling
kusuka di dunia ini, itu adalah makanan. Padu padan makanan menjadi passion-ku.
Sebagai seorang food writer, aku selalu mencari cara untuk memadukan resep.
Harus berbeda, jangan mainstream.
Jadi betapa kagetnya aku saat ketemu Ammar. Bukan saja dia berprofesi sebagai koki seperti ayahku, tetapi dia juga memberikan suguhan yang berbeda. Di Suguhan Magali, resto yang namanya sama persis dengan namaku.
Dan saat Ammar menyajikan MacaroonTower warna-warni, dia seakan mempersembahkan nuansa warna hatinya padaku. Mampukah aku menerimanya? Maukah aku?
Jadi betapa kagetnya aku saat ketemu Ammar. Bukan saja dia berprofesi sebagai koki seperti ayahku, tetapi dia juga memberikan suguhan yang berbeda. Di Suguhan Magali, resto yang namanya sama persis dengan namaku.
Dan saat Ammar menyajikan MacaroonTower warna-warni, dia seakan mempersembahkan nuansa warna hatinya padaku. Mampukah aku menerimanya? Maukah aku?
**
Cerita
diawali dengan setting sebuah kamar kos berukuran tiga kali dua meter, perdebatan
Magali dan Beau, sepupunya dan sebuah cupcakes mungil dengan lilin angka 24 di
atasnya. Ya saat itu adalah hari ulang tahun Magali yang ke 24. Seperti
tahun-tahun sebelumnya, Magali mengucapkan ritual tahunannya,”Andai namaku
bukan Magali.”
Magali,
sebuah nama yang terdengar aneh di telinga, seaneh tingkah laku si empunya
nama. Menyebut sang ayah dengan namanya saja, Jodhi. Suka bereksperimen dengan
makanan dan tidak suka kombinasi hidangan yang umumnya ada di restoran. French Fries yang biasanya berpasangan
dengan saos tomat, dinikmati Magali dengan cara yang berbeda. French Fries itu dicocolkan ke es cream vanila sundae dan dimakan
dengan nikmatnya. Sungguh kebiasaan makan yang tidak biasa, itulah Magali.
Magali
selalu tidak habis pikir kenapa ayahnya memberikan nama yang aneh kepadanya,
meski Jodhi sudah mengatakan bahwa nama Magali dalam bahasa Prancis artinya
adalah mutiara, dan makna luas namanya adalah daughter of the sea.
Magali
dikelilingi oleh orang-orang yang unik. Sebut saja Beau ( diucapkan Booou,
dengan posisi mulut seperti melafalkan huruf U tapi mengeluarkan suara O *bisa nggak? Susah juga ngucapnya yaa he he
) si ganteng bule Prancis, sepupu Magali yang selalu berdebat dengannya. Si
Nene (ibu dari Jodhi) yang nyentrik dan Jodhi (ayahnya) sang juru masak di
kapal pesiar. Sungguh merupakan sebuah keluarga yang unik. Tetapi justru dari
sinilah buku Macaroon Love ini terasa hidup, semua karakter tokohnya terpapar
sangat kuat.
Satu
tokoh lagi yang membuat buku ini terasa hidup adalah Ammar, sang pemilik
restoran “Suguhan Magali”, sebuah restoran yang membuat Magali terkejut karena
nama restoran itu sama dengan namanya.
Saat
membaca bagian awal buku ini, kesanku biasa saja sih. Tetapi setelah membaca
lembar demi lembar selanjutnya, aku seakan tidak bisa lepas dari buku ini. Gaya
bercerita penulis yaitu Winda Krisnadefa si Emak Gaoel sangat menarik dan
segar. Begitupun alur cerita dari bab
demi bab buku ini, mengalir halus dan ringan.
Genre
romance yang biasanya menyuguhkan konflik
dan kisah percintaan antara dua manusia ini terkesan kurang. Tetapi meski
begitu, kesan romantis tetap disajikan oleh sang penulis. Bagaimana tidak
romantis, Ammar jauh-jauh menyusul Magali ke Australia cuma untuk memesan kue
ulang tahun buat Magali di cake shop
terkenal di Australia. Macaroon Tower
yang dibuat oleh maestro Macaroon, si Adriano Zumbo.
Yang
terlihat sebagai konflik dari awal sampai akhir cerita ini adalah konflik batin
dari Magali sendiri, pencarian jati diri kenapa Jodhi memberinya nama yang aneh
dan kenapa dirinya tidak mempunyai sifat seperti perempuan kebanyakan. Dan
akhirnya buku inipun diakhiri dengan manis oleh penulis, semanis perasaan
Magali yang sudah bisa berdamai dengan dunia.
Ada
sesuatu yang lebih dari sekedar kisah cinta anak manusia saja yang kudapat
setelah merampungkan membaca buku ini, bahwa tiap orang itu tidak harus
mempunyai kepribadian dan selera yang sama seperti orang kebanyakan. Justru
perbedaan itu yang membuat seseorang menjadi unik. Selain itu suguhan rasa
persaudaraan yang erat, pemahaman yang lebih luas tentang makanan dan dunia kuliner,
membuat buku ini mempunyai cita rasa yang berbeda. Ada lucunya, ada sedihnya, ada romantisnya,
ada happy nya … campur aduk semuanya.
Jarang
sekali menemukan buku romance yang
berbalut kuliner yang dikemas dengan gaya yang simple, segar dan menarik seperti
ini. Buku ini memang keren dan layak dibaca oleh para pecinta fiksi..
Judul
Buku : Macaroon Love – Cinta Berjuta Rasa
Penulis
: Winda Krisnadefa
Penyunting
: Rini Nurul Badariah
Halaman
: 264 halaman
ISBN
: 978-602-9225-83-9
Penerbit
: Qanita
aww, thank you reviewnya yaa...^_^
ReplyDeleteglad you like it...:)
Makasih juga buat buku Macaroon Love nya ya mak.. :)
ReplyDelete