Sunday, 12 May 2013

Review Buku: Selingan Semusim

Oleh: Carolina Ratri



Judul: Selingan Semusim
Penulis: Alaika Abdullah
Pemerhati Aksara: Anonim, Amalia Mukaroma
Disain Sampul: Stupid Monkey
Penerbit: Smart Garden Publishing & Printing
Tebal: Xiii + 198

Perang batin dalam diri Novita, antara mempertahankan rumah tangga yang sudah dibangunnya belasan tahun bersama Arief, suaminya, atau menuruti kata hati yang telah dijatuhi cinta secara telak kepada Fajar, membuatnya terombang ambing dalam mengambil keputusan. Cinta terlarang di antara keduanya membuat Novita dan Fajar terlarut tanpa bisa melawannya.

Namun campur tangan Tuhan adalah jawaban atas dosa yang dipanjatkan pada sisi baik hati Novita. Walau pahit, namun dia cukup tepat beraksi. Cukup beruntun, Tuhan telah memberikan ujian baginya. Kecelakaan hingga ketika akhirnya keluarganya tercerai berai akibat tsunami Aceh membuat Novita berkembang menjadi pribadi yang tegar. Tanpa henti dan tak kenal lelah, dia berusaha menemukan Arief dan Niken, putrinya, bagaimana pun kondisinya. Walaupun hanya harus menemukan pusaranya di kuburan massal korban tsunami.


Hingga akhirnya Fajar kembali datang, dan membantunya menemukan petunjuk di mana Niken, dan bahkan lebih jauh lagi, Novita dapat berkomunikasi dengan Niken. Namun akhirnya Fajar pun harus kembali kepada Shenny, istri sahnya. Novita dengan gagah memilih mundur dari hati Fajar. Dan lalu, hadirlah dr. Ridge, seorang dokter berkebangsaan Amerika yang sedang ditugaskan di antara para korban tsunami Aceh. Akankah ada bibit cinta di antara Novita dan Ridge?

***

Pada dasarnya, kita akan selalu ingat tragedi Aceh. Tragedi terbesar di abad ini, yang melanda Indonesia, yang menewaskan ratusan ribu nyawa. Tragedi Aceh pada akhirnya menjadi histori tak terpisahkan dari Indonesia.

Saya, terus terang, pada awalnya tertarik untuk membaca novel ini, karena ada latar belakang tragedi Aceh dalam ceritanya. Di samping, tentu saja, saya mengenal penulisnya. Baru sih kenalnya, belum lama. Saya sangat mengapresiasi keberaniannya menerbitkan novel perdana ini. Bukan langkah yang mudah, menurut saya. Saya sendiri, sampai sekarang, masih kesulitan menuliskan fiksi panjang dan dengan konflik yang kompleks. Maka, saya sangat menjura pada Mbak Alaika atas langkah beraninya ini.

Pada awal melihat cover, saya tidak melihat keistimewaan di sana. Desain cover biasa saja, sepasang tangan yang bergandengan. Agak terlalu pucat, malah kalau menurut saya. Terlalu datar untuk cerita yang mengombang-ambingkan perasaan. Tapi di balik kesederhanaannya, tersimpan makna yang tersirat yang menggambarkan isi novel ini. Jika saja eksekusinya lebih detail, pasti akan lebih baik hasilnya.

Berlanjut membaca novel, pada bab-bab awal kita akan disuguhi adegan-adegan perselingkuhan antara Novita dan Fajar. Penggambarannya sangat detail, terlalu detail di beberapa bagian malah. Tapi mungkin memang ini maksud sang Penulis. Entahlah, saya tak begitu tahu. It's ok untuk menggambarkan adegan seks antara dua insan dimabuk cinta itu. Tapi saya kira, di sini agak kebanyakan, hingga malah melupakan hal yang menjadi esensi cerita, yaitu pertentangan batin Novita.

Memang sih ada diceritakan bahwa ketika Novita sedang berkencan dengan Fajar, sisi hatinya yang baik selalu memperingatkannya tapi setan selalu saja menang. Ini sudah bagus, hanya pembaca kurang dibawa ke dalamnya, saya kira. Saya, sebagai pembaca, kurang merasakan pertentangan batin itu. Karena bagaimanapun, Novita digambarkan sebagai istri yang baik dan setia. Bagaimana dia bisa selingkuh, itu seharusnya bisa menjadi konflik batin yang sangat berat. Ini seharusnya bisa lebih diperdalam lagi.

Baru di halaman ke-112, arus alur cerita dan konflik semakin liar, dan semakin cepat. Saya mulai betah membacanya. Dimulai dari kecelakaan yang dialami Novita, perjuangan Novita untuk lepas dari Fajar, hingga akhirnya tragedi tsunami yang meluluhlantakkan bumi Aceh di tahun 2004, yang akhirnya membuatnya terpisah dari Arief dan Niken, membuat saya berkali-kali harus menitikkan air mata. Cara Mbak Alaika melukiskan perasaan Novita yang hancur lebur dan kisah hidupnya yang begitu tragis, berkali-kali membuat saya harus mengusap mata.

Fyuhhhh...

Tapi cepatnya alur pada akhir bagian novel, tetap agak mengganjal saya. Ketika Niken akhirnya bisa ditemukan, dan kemudian Shenny, istri Fajar, juga menemukan kisah terlarang antara suaminya dengan Novita hingga kemunculan dr. Ridge, semuanya terlalu cepat. Tidak sebanding dengan detail adegan seks yang digambarkan di awal novel. Padahal kisah penelusuran pencarian Niken dan Arief sendiri pun menurut saya, akan sangat kuat sekali jika diperdalam. Tentu saja dengan didampingi Fajar, diiringi gambaran betapa Fajar mencintai Novita *dengan tidak perlu beradegan seks*. Dan kemudian walaupun Arief memang tidak ditemukan, tapi setidaknya tidak dengan tiba-tiba hilang dari cerita.

Dan lalu tiba-tiba saja, ada dr. Ridge hadir. Hmmmm, bahkan pengenalan karakter dr. Ridge tidak saya rasakan sama sekali. Saya hanya tahu, dia seorang dokter. Dokter relawan, ditugaskan ke Aceh. Dia yang menemukan Novita, sedang menangis di antara tumpukan mayat korban tsunami dan lalu membawanya pulang serta memberinya tumpangan. And that's it! Dan lalu tiba-tiba saja dia makin dekat dengan Novita, ketika Novita memilih mundur dari hidup Fajar. Oh, wait! Who's dr. Ridge again? :))))

But after all, cara penceritaannya memang mengombang ambingkan perasaan. Setelah pada awal novel, kita kepanasan, akhirnya mellow menye-menye di tengah-akhir, dan akhirnya happy di akhir. Ini suatu permainan emosi yang cukup expert saya kira. Lepas dari banyaknya typo, novel ini cukup menghibur. Dan menurut saya, agak terlalu banyak dialog in english, bahkan ada yang agak-agak salah grammarnya. :D Juga ketidakkonsistenan dalam menggunakan style bahasa. Entahlah, mungkin memang disengaja sih. Itu keputusan Penulis memang.

Dan oh iya... Mbak Alaika, ada halaman yang hilang loh, di buku yang saya terima :D Gak papa sih, karena ceritanya masih nyambung. Tapi yaaa tetep annoying lah ya :))) hahahaha, mungkin lain kali bisa teliti lagi ;)




Saya memberikan 3 dari 5 bintang untuk novel ini.

9 comments:

  1. wah pake acer juga yah mak *lospokus*

    kecepatan membaca saya lagi menurun T_T ada 2 novel belum kelar dibaca sampe sekarang ini hikz..

    dialog in english yang terlalu banyak bikin saya agak gerah baca sebuah novel. Ada satu novel yang 60% itu pada english, loh napa gak sekalian aja sih yah bkin english semua T_T apa kurang cinta sama bahasa Indonesia? huhuhuh

    dan soal halaman hilang, itu salah siapa cobaaa >.<, kemaren saya juga beli novel temen blogger, ada 6 halaman kosong!! dan diterbitkan oleh penerbit sebesar Mizan *haduhhh*

    ahh semoga bisa selesain 2 novel itu dan baca novel mak Alaika ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo di stilo, ada tuh catatannya di akhir novel, kalo kita menerima buku dengan halaman yang rusak atau hilang, kita bisa kirim kembali buku itu ke mereka dan mereka akan ganti yang baru. Di gramedia kalo ada halaman yang hilang, itu termasuk pelanggaran tingkat 3 kalo ga salah...

      Hilang halaman atau halaman rusak itu sangat fatal kalo untuk sebuah buku, terutama untuk penerbit dan percetakannya. Kesalahan bukan pada penulis. :)

      Dialog in english menurutku juga sah-sah aja sih, selama memang harus begitu ceritanya. Misal, settingnya di luar sana, misalnya. Kan kalo berkomunikasi dengan orang setempat harus pake bahasa mereka... tapi ini sama sekali ga ada setting di luar negeri, kecuali bahwa disebutkan Fajar sempat belajar ke Swiss. Tapi that's it... ga ada ceritanya ketika dia di sana :D

      Yep, menurutku jadi rada nanggung, mendingan bikin in english aja sekalian :))))

      Delete
  2. masa iya ada halaman yg ilang mak?
    perlu cek punyaku deh hihih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lah itu pan fotonya ada Jiah :D dari halaman 92 tiba-tiba lompat ke halaman 95 :D

      Delete
    2. baaah udah panjang2 ngomen, ilang! -______-

      Delete
    3. kenapa mak? Udah nulis komen ya tadi? :-/

      Delete
  3. Halo Mak, firstly, thanks for d honest review yaaaa. Apapun komentar dr pembacaku, I am happy for that. I do appreciate it. :)

    Secondly, ttg halaman yg hilang, itu sungguh diluar kendaliku, hiks. Untungnya, hanya bbrp yg spt itu. Dari 200 novel yg sdh berada di tgn pembacanya, aku temukan 5 (termsk laporanmu ini Mak), yg halamannya tdk lengkap.

    Thirdly, ttg erotisme yg detail, itu juga telah disensor ketat, hanya syg, ga bs lg diperhalus krn dasar penulisan novel ini adalah menjawab tantangan dr bbrp temanku, bbrp thn lalu, utk menulis sebuah novel romantisme dewasa. Bahkan saat itu blm ada ide utk membawa Novita dan Fajar ke Aceh utk tragedi tsunami. Semua mengalir dg sendirinya. :) Jadi maafken jk karyaku TDK memuaskanmu ya, Mak. :)

    Ttg penggunaan English yg byk, itu memang ciri khas karya 2ku. Aku ga ingin terikat oleh aturan 'harusnya begini harusnya begitu'. Aku akan terus menulis dari hati dg gayaku sendiri, dg ciri khasku tersendiri. :)

    Ttg typo dan editing, aku sdg belajar dan wajarlah jk byk kesalahan. Jgn menunggu mahir/sempurna dl br mulai menulis, just learning by doing, itu kalo mnrt aku sih, Mak. :)

    Ttg Dr. Ridge, sengaja blm memunculkan penokohannya pd seri pertama ini, ntar di sequel berikutnya (pamungkas) dia akan punya porsi tersendiri.

    Anyway, I do appreciate your review, thanks a lots ya, Mak. #peluk Mak Carra erat. Muaaach.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wuihhhh.. langsung dijawab sama penulisnya hahahaha... deg2an akuh. :)))

      Makasih Mbak Alaika. Karyamu bukannya tidak memuaskanku Mbak. It's all good. Aku cuma berusaha menuliskan dengan jujur, smoga bisa jadi pertimbangan ketika nanti menulis lagi ^_^ Ini bukan pendapat seorang ahli. Tapi ini adalah tulisan dari seorang pembaca dan penggemarmu. :)

      Anyway... you rock!

      Delete
  4. Aku sudah baca novel ini cuma belum sempat nulis reviewnya Mak..
    BTW reviewnya keren menurutku.. sptnya aku perlu belajar banyak dalam nulis review dari Mak Carra :)

    ReplyDelete

Followers

Socialize

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *