Pemenang
Utama
Pemenang
Hiburan
Kisah dari Jalanan
Menulis cerita kilat atau yang lebih
populer dengan istilah flash fiction memang
bukanlah perkara mudah. Keterbatasan ruang bertutur menyebabkan struktur cerita
harus dipadatkan dengan sedemikian rupa sehingga tak ada yang terlewat, plus,
masih dapat berterima dengan logika berpikir. Pada umumnya, 31 cerita kilat
yang saya baca di sini dapat dikatakan memiliki ide-ide yang cukup segar. Latar
“jalanan” yang diusung melahirkan cerita-cerita dengan tema bervariatif. Mulai
dari cinta, kekecewaan pada hidup, sampai kisah sederhana dari keseharian.
Namun, seperti yang telah diutarakan sebelumnya, lemahnya struktur kisahan membuat
beberapa karya tamat tanpa terasa adanya tanjakan konflik. Pilihan-pilihan
kalimat yang mencoba menjabarkan penokohan tidak kuat terasa. Di samping itu,
pola alur cenderung hanya berada di satu kisahan waktu yang singkat membuat
greget masalah yang hendak diutarakan tak terasa luar biasa.
Meski demikian, tentu saja, saya tidak
bisa mengatakan bahwa karya yang telah dibuat oleh kawan-kawan buruk. Walau
sebagian masih memiliki beberapa kelemahan esensial, ekplorasi terhadap latar
“jalanan” mau tak mau harus saya berikan dua acungan jempol. Sayang sekali,
saya harus memilih tiga terbaik di antara karya kawan-kawan. Bukan hal mudah,
tetapi dengan memerhatikan kekuatan unsur-unsur penting dalam cerita, pilihan
saya jatuh pada karya @melcorner (Suicide), Ajen Angelina (Lima
Belas Tahun), dan Nurin Ainitikmalia (Macet).
@melcorner berkisah mengenai seseorang
yang memutuskan untuk bunuh diri dikarenakan tak tahu lagi harus melakukan apa
dalam hidupnya. Bapaknya sakit dan membutuhkan biaya jutaan untuk pengobatan,
ibunya telah renta. Dalam gamang, tokoh yang tengah galau ini akhirnya menarik
keputusannya untuk bunuh diri. Sayang, ketika hendak turun dari jembatan,
sebuah klakson dan teriakan pengendara mobil justru mengagetkannya dan membuat
ia terjatuh.
Adapun Ajen Angelina mengangkat latar
belakang historis yang cukup membuat darah berdesir. Memori pembaca ditarik
pada kisah huru-hara tahun 1998. Sang tokoh dalam cerita karyanya adalah korban
perkosaan pada huru-hara tersebut. Lima belas tahun kemudian, dalam kehangatan,
ia rayakan ulang tahun anaknya. Anak yang lahir dari perkosaan yang dialaminya.
Dalam kebahagiaan itu, telah ia maafkan bangsanya dan juga ayah dari anaknya.
Sungguh penjabaran tentang cinta yang sangat mengharu biru.
Terakhir adalah karya Nurin Ainitikmalia.
Berbeda dengan dua penulis sebelumnya yang berkisah dengan cukup serius. Aura
komedi justru terasa pada karya Nurin. Jika dapat dikategorikan, karya Nurin
masuk ke dalam genre tragic-comedy. Kelucuan
yang sarkas. Menertawai kepiluan yang ada di antara padatnya manusia di tengah
kemacetan jalan. Kisah yang diangkat sederhana, mengungkapkan ragam aktivitas
manusia di jalanan ibukota. Percakapan demi percakapan mengalir. Mulai dari
seorang supir bus, penumpang angkot, pemilik mobil mewah, mahasiswa, sampai
penjaja koran. Ketika kemacetan dikutuk oleh semua orang, justru bocah penjaja
koran bersorak gembira. Macet membuat kesempatan mereka untuk mengais rejeki
semakin besar.
Pertanyaan mendasar lalu hadir. Mengapa
harus tiga karya ini? Jawabannya sangat sederhana. Ketiganya mampu mengungkap
konflik dengan baik dan terlihat wajar tanpa terlihat adanya pemaksaan. Jabaran
konflik yang mereka miliki tersusun rapi berdasarkan alur dan penjelasan
tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Bahkan, dua cerita (Lima Belas Tahun dan Macet)
dengan sangat gemilang berhasil mengangkat latar “jalanan” sebagai kekuatan
cerita. Akhirnya, setelah pergulatan cukup panjang dan cukup mengerutkan dahi,
saya memilih Lima Belas Tahun karya
Ajen Angelina sebagai karya terbaik. Kekuatan tutur kalimatnya yang mampu
membuat pembaca seperti berada langsung di latar “jalanan” yang dikisahkannya
serta bagaimana ujung konflik yang berakhir dengan cukup dramatis membuat karya
yang satu ini memang layak menjadi pemenang. Selain itu, Lima Belas Tahun berhasil pula menerjemahkan poin penting dari
bersastra: Dulce et Utile, karya
sastra yang memberi hiburan (menarik untuk dibaca) dan juga memberi kegunaan
(mendidik) kepada para pembacanya. Selamat untuk para pemenang dan jangan
pernah berhenti berkarya bagi kawan-kawan yang telah mengirimkan karyanya. Mari
menulis!
(Nugraha
Sugiarta. Bandung, 20 Mei 2013)
Catatan Admin Monday FlashFiction
SELAMAT KEPADA PARA PEMENANG!!! *tebar-tebar confetti* Sebenernya kalo hadiahnya banyak, semuanya akan kita kasih hadiah, karena... hey, look what we have learned so far, guys! Masih ingat Prompt pertama kita? :))) Coba bandingkan dengan yang terakhir kita nulis.
Kita semua adalah pemenang. Semangat dan keinginan belajar yang luar biasa sudah menjadi jiwa kita di Monday FlashFiction. Semoga ga akan pernah pudar ya... AMIN!
Untuk para pemenang:
Ajen Angelina, silakan inbox Mpok Istiadzah dengan memberikan data diri untuk pengiriman hadiah yaitu nama, alamat, dan nomor hape.
Pemenang hiburan, Mbak Mel Puspita dan Mbak Nurin, ditunggu inboxnya ke Carra dengan menyebutkan nomor hape yang ingin diperpanjang aplikasi WhatsApp nya.
Ditunggu semua ya.... ^___^
Selamat, guys! Ga cuma untuk para pemenang, tapi untuk kita semua! Sampai jumpa di Quiz bulan depan!
yeahh.plok2 dari sini..selamat u pemenang :D
ReplyDeleteWow, selamat buat Ajen, Mel dan Nurin, emang keren tulisannya :)
ReplyDeleteselamat untuk pemenang...
ReplyDeletesayangnya saya member baru, jadi ga ikutan quiznya.... mudah2n bulan depan akan lebih meriah lagi ya mba... :)
selamat buat smuanya :D
ReplyDeletetabur kembang...
Selamat untuk semua pemenang
ReplyDeletewah ketinggalan, selamat semua :)
ReplyDelete