Dalam kehidupan sehari-hari, tanda titik dan tanda koma tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Tidak hanya dalam komunikasi tulisan, tetapi juga komunikasi lisan. Sebab sejatinya komunikasi lisan menggunakan jeda sebagai pengganti titik dan koma pada komunikasi tulisan. Lalu bagaimana ketentuan penggunaan tanda titik dan tanda koma itu sebenarnya? Yuk mari...
Tanda titik dipakai dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
Di akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan. Contoh:
Kami tinggal di seberang jalan.
b.
Di belakang angka atau huruf dalam suatu
daftar. Contoh: 1. Isi Karangan
c.
Untuk memisahkan angka pada jam dan menit.
Contoh: pukul 08.00
d.
Di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhiran dengan tanda tanya dan tanda seru, serta tempat terbit dalam
daftar pustaka. Contoh:
Nurviati, Imas Eva. 1995. Bahasa Indonesia Keterampilan
Menulis. Jakarta: Diva Press.
e.
Memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh:
Kawasan itu berpenduduk 24.200 orang.
f.
Tanda titik tidak dipakai pada akhir
judul yang merupakan kepala karangan, judul tabel, dsb. Contoh: Intisari Bahasa
Indonesia, Tabel Data Penduduk Kecamatan X
g.
Tanda titik tidak dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan/kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Contoh:
·
Alam lahir tanggal 24. Agustus (salah)
·
Alam lahir tanggal 24 Agustus (betul)
h.
Tanda titik tidak dipakai di belakang
(1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Contoh:
Jalan Setiabudhi 229 (betul)
Yth. Bapak Sugondo. (salah)
Yth. Bapak Sugondo (betul)
Tanda
Koma (,)
Dipakai dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
Di antara unsur-unsur dalam suatu
perincian/pembilangan. Contoh:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Catatan:
apabila pemerian jumlahnya kurang dari dua maka tidak digunakan tanda
koma. Contoh: Saya membeli kertas dan pena.
b.
Untuk memisahkan kalimat setara yang
menggunakan kata penghubung tetapi dan melainkan. Contoh. Didi
bukan saudara saya, melainkan saudara Tari.
c.
Untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat mendahului induk kalimat. Contoh: Kalau hari hujan,
saya tidak akan datang.
Tetapi tanda koma tidak dipakai jika anak kalimat
mengiringi induk kalimat tersebut. Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari
hujan.
d.
Untuk memisahkan kata o, ya, wah, aduh,
kasihan dari kata yang lain dalam kalimat. Contoh: Hati-hati, ya,
nanti jatuh.
e.
Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain dalam kalimat. Contoh:
Kata Pak Rio, “Belilah sayur untuk nanti!” atau
“Belilah sayur untuk nanti,” kata Pak Rio.
f.
Di antara (1) nama dan alamat, (2)
bagian-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, (4) nama tempat dan wilayah yang
ditulis berurutan. Contoh:
Anindita, jalan Sudirman
Jakarta, 1 Januari 2013
Kota Padang, Sumatera Barat
g.
Memisahkan bagian nama yang dibalik pada daftar
pustaka. Contoh:
Nurviati, Imas Eva. 1995. Bahasa Indonesia Keterampilan
Menulis. Jakarta: Diva Press.
h.
Di antara nama seseorang dengan gelar yang
dimilikinya. Contoh:
Sulung Lahitani Mardinata, S.Pd. (betul)
Sulung Lahitani Mardinata,S.Pd.
(salah)
i.
Di antara rupiah dan sen atau angka
persepuluhan tanpa spasi. Contoh:
·
Rp 1.500,100
·
12,5 m
nambah pelajaran baru...
ReplyDeleteOo... aku kadang gak merhatiin penggunaan koma sebelum kata 'tetapi'.
ReplyDeletebelajar
ReplyDeleteGuru, setelah tanda petik, pakai spasi?
ReplyDeleteJujur aja, aku sering lupa..#muridtertinggal
Guru, setelah tanda petik pakai spasi?
ReplyDelete@Mbak Ari Ta: untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ya:
ReplyDeleteIbu berkata, "Tolong belikan gula!"
"Tolong belikan gula!" Kata Ibu.
Jadi kalau sebelum tanda petik, pakai spasi. Kalau sesudah, tidak pakai spasi :)
Kalau setelah tanda petik itu huruf besar atau huruf kecil yah??
ReplyDelete