Grafik data perusahaan itu diletakkannya
di atas meja. “Kita bangkrut-sebangkrutnya, Mi,” Roland menghela nafas
kemudian melonggarkan dasinya.
“Yang bener, Pi?!” Laras tercengang dan
kelihatan sangat kecewa. Dahinya berkerut dan berkeringat dingin. ""Gimana
ini ya, Pi ... Mami kan pengen ikut arisan yang 20 juta perbulan bersama
ibu-ibu pejabat itu.”
“Kan bisa dibatalin, Mi, kondisi kita udah gak memungkinkan lagi untuk hal seperti itu!”
“Nggak, ah, Pi! Tengsin, dong, Mami!”
“Trus, mau nyari uang 20 juta perbulan itu ke mana? Rumah kita yang di BSD aja udah disita!”
“Mami buka bisnis parfum aja deh, Pi. Kalo sering bergaul sama istri pejabat, pangsa pasarnya kan lumayan.”
“Ya udah. Kalo Mami punya modal sendiri, Papi sih nurut aja.”
***
“Hei Jeng, kemana aja, udah lama nggak keliatan?”
“Eh Jeng Anna, nggak ke mana-mana kok cuma lagi ngurus bisnis baru aja.”
“Bisnis apa Jeng? Suami udah kaya kok istrinya masih kerja aja toh…”
“Alah Jeng, daripada shopping melulu ngabisin uang suami, mending uangnya dijadiin modal bisnis, kan hasilnya malah jadi berkali lipat,” Laras tersenyum miris, berharap teman-temannya yang hadir di acara arisan itu tidak ada yang tahu tentang kebangkrutan suaminya.
“Jeng-Jeng sekalian, ada barang limited edition dari luar negeri nih! Baru saya pake sekali, lho!” seru Laras.
“Barang apa, Jeng? Oh, parfum yah!”
“Iya nih Jeng, ada 3 buah, dari Paris. The Lalique, Clive Christian’s sama Caron’s Poivre dan semuanya bersertifikat. Saya ini kan orangnya bosenan, jadi kalo ada yang baru pasti yang lama terlupakan. Sayang kan, mending buat kalian-kalian aja.”
“Aduh Jeng, ada The Lalique yah! Ini kan parfum yang dipake Si Jelo itu. Waktu itu saya nyari tapi udah nggak ada lagi,” ucap Jeng Anna.
“Eh tau nggak Jeng, saya dengar harganya itu 25 juta loh,” ujar temannya menimpali.
“Nggak pa-pa lah Jeng, sekali-sekali ini.
Kapan lagi bisa dapet parfum mewah dengan harga miring. Mas Adam dijamin
bakalan lengket terus deh sama Jeng Anna. Kalo mau, ntar saya kasih
diskon 15 persen khusus buat Jeng Anna,” bujuk Laras. “Gimana, mau yah? Ntar kalo yang lain berminat langsung tak lepas loh…”
Jeng Anna mengamati botol cantik yang
terbuat dari kristal lalique itu dengan seksama, beberapa biji permata
berwarna bening, tertanam di badan botol. Dia membuka tutupnya dan
mengendus aroma yang melekat, lalu menyemprotkan sedikit ke pergelangan
tangan.
“Unik, yah! Aromanya juga eksotis,” ujarnya. “Hmm.. Baiklah,
ntar saya transfer uangnya setelah pulang dari sini yah.”
“Kalo punya suami konglomerat, uang segitu mah pasti nggak seberapa. Ya nggak, Jeng Anna?”
“Ah, Jeng Laras tau aja.”
Laras tersenyum puas.
“Besok aku harus
nyetok pengharum ruangan dan menambahkan pelicin pakaian lebih banyak
lagi. Sepertinya, masih ada botol parfum kosong di rumah.”
-------------------------------------
Original post ada di sini.
hihihi unik banget. bagus juga buat ide usaha hehehe
ReplyDeleteWaaaahh, kok gitu...! Hahaha.
ReplyDeleteApah? Pengharum ruangan sama pelicin pakaian??? hihihi Jeng Jeng
ReplyDeleteheu heuu emang yang gini bagus ada nilai semangat didalam nya kebangkrutan bisa jadi alasan untuk bangkit.
ReplyDeletehihihi tapi itu farfum ternyata bisa menipu ibu2 kaya itu y :D
keren
Bagusssss.... Pantas jadi pemenang
ReplyDeleteHahahhahaha satire kerenn.. :D
ReplyDeletewahhh.. ide bisnisnya oke punya :D
ReplyDeletekereatif... jadi kere makin kreatif...:D
ReplyDeletekereatif !! jadi kere makin kreatif !!! :D nice mbak
ReplyDelete