Dalam menulis fiksi, penting kiranya mengetahui apakah tulisan kita sudah sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau belum. Sebab tulisan yang baik adalah tulisan yang bukan hanya menarik dari segi ide cerita tapi juga menarik minat pembacanya. Salah satunya adalah dengan tulisan yang rapi. Nah, untuk di awal, kita belajar dari yang paling dasar dari penulisan yakni Huruf Kapital dan Huruf Miring. Kapan saja digunakan huruf kapital dan huruf miring? Bagaimana ketentuan penggunaannya? Cekidot.
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
pada awal kalimat. Contoh:
Dia akan
pergi ke rumahku.
Apa maksudnya?
b.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
petikan langsung. Contoh:
“Mari masuk ke dalam,” katanya.
Adik bertanya, “Kapan Ayah pulang?”
c.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, agama, dan kitab suci,
termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contoh: Allah, Kristen, Taurat,
hamba-Nya, Yang Maha Pengasih.
d.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh: Nabi Muhammad, Raden Ajeng Kartini, Pangeran
Dipenogoro, Haji Sulam.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Contoh: Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Tahun ini, ia akan pergi
naik haji.
e.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur
nama seseorang. Contoh: Sulung Lahitani Mardinata, Amir Hamzah, Ampere.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur
nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Contoh:
mesin diesel, 5 ampere.
f.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku, dan bahasa. Contoh: negara Afrika Selatan, suku
Jawa, bahasa Melayu, bangsa Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Contoh:
Gayanya keinggris-inggrisan.
g.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Contoh: bulan April,
hari Minggu, Idul Adha, Perang Dunia,
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa
sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. Contoh: Soekarno dan Hatta memproklamasikan
kemerdekaan bangsanya.
h.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
geografi. Contoh: Bukit Barisan, Kota Padang, Selat
Sunda, dll.
Huruf kapital tidak dipakai jika nama geografi tersebut tidak
menjadi unsur nama diri. Contoh: angin laut, air sungai,
pergi ke arah tenggara.
Huruf kapital juga tidak dipakai pada nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis. Contoh: jeruk bali, pisang
ambon, garam inggris, tahu sumedang.
i.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur
nama negara, lembaga pemerintahan, nama dokumen resmi, dan ketatanegaraan.
Contoh: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh: Undang-Undang Dasar,
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu
Sosial.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang
bukan nama resmi negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan,
serta nama dokumen resmi. Contoh: menurut undang-undang yang
berlaku, beberapa badan hukum.
j.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, judul karangan, kecuali
kata di,ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak di awal
kalimat. Contoh: Ia membeli buku Pelajaran Bahasa Indonesia
untuk SMP serta majalah Bobo.
k.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur
singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan seseorang. Contoh: S. Pd. (Sarjana
Pendidikan), Prof. (profesor), Tn. (tuan), Sdr. (saudara)
l.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk
hubungan kekerabatan yang dipakai dalam percakapan/penyapaan seperi bapak,
ibu, saudara, kakak, adik, dll. Contoh:
·
“Kapan Bapak berangkat?” tanyaku.
·
Surat Saudara sudah saya terima.
Tetapi huruf kapital tidak dipakai jika tidak digunakan di dalam
percakapan. Contoh:
·
Kita harus menghormati bapak dan ibu
kita.
·
Ani saudaranya si Sinta.
m.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pengganti
kata Anda. Contoh: Sudahkah Anda tahu?
Huruf
Miring
a.
Huruf miring dalam tulisan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh: surat kabar Suara Karya, buku Negarakertagama karangan
Mpu Prapanca.
b.
Huruf miring dalam tulisan dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh:
·
Huruf pertama kata abad adalah a.
·
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
·
Buatlah karangan dengan berlepas tangan.
c.
Huruf miring dalam tulisan dipakai untuk
menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya. Contoh: Nama ilmiah buah Manggis adalah Carcinia
mangostana.
Yang harus diingat, penggunaan huruf kapital adalah ketentuan dasar dalam menulis (baik fiksi atau nonfiksi). Alangkah sayangnya jika seorang penulis tidak memahami ketentuan-ketentuan dalam menulis huruf kapital atau huruf miring. Sebaiknya, ilmu yang telah didapatkan digunakan setiap saat. Misalnya, dalam mengirim sms, biasakan menggunakan huruf kapital sesuai ketentuan di atas. Oh ya, saya tunggu kritik dan sarannya atas tulisan ini. Apakah tulisan ini cukup komunikatif/mudah dimengerti bagi sahabat semua atau tidak? Selamat belajar berbahasa.
Terima kasih, bermanfaat sekali :) ternyata dalam cerita saya, masih ada EYD yg tdk digunakan, sekarang jadi tahu
ReplyDeleteMenurutku cukup komunikatif dan mudah dimengerti.
ReplyDeleteTerjawab di bagian h
ReplyDeleteBerarti kalau batik pekalongan (p-nya huruf kecil yah)
Pak, untuk poin k, tolong beri contoh penggunaannya pada salah satu nama. Dan kalau bisa beri cotnoh dengan gelar yang banyak. Terima kasih :)
ReplyDeleteCoba saya kasih contoh, ya, Mbak Isti :)
DeleteProf. Dr. Hj. Istiadzah Rohyati Zakaria, S.T., M.T.
Tn. H. Sulung Lahitani M., S.Pd., M.Pd.I.
hehhee... maaf ngarang gelar :D
oooh,,, terlalu bersemangat belajar hari ini, kayaknya komen dobel nih :) maaf maaf...
Delete@mak isti.
DeleteS.Psi. : sarjana psikologi
S.Pd.I : sarjana pendidikan islam
S.Si. : sarjana sains
S.Kom.: sarjana komputer
S.S. : sarjana sastra
S.T. : sarjana teknik
Amd. : buat lulusan D3
DR. : dokter
wah,,saya salah awalan nih... Harusnya belajar ketatabahasaan terlebih dahulu baru menulis.. Ini malah kebalik... Itupun karena Mak Carra menyarankan menuliskan dialog dengan cara benar, baru deh saya buka-buka bahasa.. hihi..
ReplyDeleteArtikelnya sangat komunikatif Mas. Saya yang masih awam tentang kebahasaan jadi langsung paham, tinggal dipraktekkan saja.
Itu "huruf miring" atau "kata yang dimiringkan"... *tepok jidat*..
Terima kasih infonya mas ^^
Waah tidak lengkap penggunaan huruf kapitalnya, semestinya ada 16 poin :(
ReplyDeleteTerima kasih, Mas, koreksinya. Nanti kami ralat. :)
Deleteterjawab sdh
ReplyDelete