Thursday, 3 December 2015

Karya Terpilih Prompt #98 : Malam Gila

live painting by Joan Zylkin

oleh Nina Nur Arifah

Kamarku pecah. Musik berdentum mengiringi lima orang yang melantai dan kesetanan. Kepala terangguk-angguk dan tergeleng-geleng bergantian. Tubuhku dan mereka berlumur peluh. Pekik tawa dan candaan kotor terderngar rusuh. Euforia membuana, namun ada balon udara yang siap meledak di masing-masing kepala. Balon udara yang berisi kegelisahan, kekecewaan, frustasi, keputusasaan, dan patah hati. Balon udara yang kami rayakan kehadirannya dengan cara seperti ini… hampir tiap hari.

Tiba-tiba kepalaku sakit bukan main. Seakan ada batu besar yang dihantamkan dari belakang. Keringatku menderas seakan ruangan ini dijatuhi hujan. Tangan dan kakiku kram. Perutku mual seperti diremas ratusan tangan.

Setan!

Rasanya aku butuh hisapan baru. Kutarik alumunium berisi shabu yang tak habis dihisap Bram. Hidung dan tanganku terampil memainkan pemantik api dan bong, kemudian menyesap shabu itu dalam-dalam. Pahit serbuk putih ini segera tergantikan dengan sebuah film layar lebar di depan mataku. Film tentang cita-cita dan mimpi yang semakin menjauh. Cerita tentang cinta yang gagal kurengkuh.

Kuteguk segelas air untuk menghilangkan rasa kering di tenggorokan.

Ah, selalu begini!

Mungkin karena gigi-geligiku tak lagi utuh. Mungkin karena ini adalah aku. Bahkan air putih pun tak mau tinggal di dalam mulutku.

Lalu jantungku menghentak bagai kerasukan. Rasanya dadaku mau meledak. Kerongkongan tercekat. Aku tak bisa bernapas.

Di atas lantai yang dingin, tubuhku meluruh.

Jantungku berdenyut semakin rancak. Ada pelukan ayah sebelum ia dibui karena korupsi dan bunuh diri. Ingatanku teracak. Ada senyum ibuku sebelum ia pergi meninggalkanku dulu.

Sebelum pandanganku menggelap, bayangan mantan kekasihku datang mengucapkan selamat tinggal.

***

Entah sudah berapa lama, tubuhku terasa ringan. Kamarku sepi. Bram dan yang lain sudah pergi. Mungkin ini sudah pagi.

Lalu ada yang menepuk pelan pundakku. Wajahnya asing.

“Man robbuka?”

Seketika aku mengejang.

Aku tak tahu jawabannya.

Cerita asli DI SINI

Selamat datang kembali, Nina! Cerita singkat yang menyajikan gambaran mengenai hidup anak manusia yang telanjur rusak : sebab pergaulan, pun keluarga yang tak seindah bayangan. Amat mudah menghidupkan visualisasi cerita di dalam kepala. Nina menghantarkan kisah dengan detil yang kaya. Di paragraf-paragraf  awal Nina mencoba bermain rima di akhir tiap kalimat. Tapi di pertengahan cerita berikutnya 'trik' ini ia tinggalkan. Mungkin karena ia takut terjebak 'rutinitas kata' yang bisa menumbuhkan jemu di benak pembaca. Bisa jadi ini pertanda inkonsistensi, bisa pula sebuah keputusan yang bijak.

Oh, ya, harusnya Isap, bukan hisap.

Baca juga cerita teman lainnya, ya. :)

1. Liek - I'm Not Stupid, Dad
2. Yani Anisha - Kembang Api ke Seratus
3. Glowing Grant - Ulangan Sejarah

No comments:

Post a Comment

Followers

Socialize

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *