Thursday 11 June 2015

Karya Terpilih Prompt #79 : Surga ke-9



oleh Fajar Utomo

“Inikah Euroworld yang kauceritakan itu?” tanyaku antusias. Mataku hijau disuguhkan pemandangan taman surga yang indah. Suara gesekan dedaunan dan gemericik air di sungai mendamaikan jiwaku. Alangkah pemandangan yang belum pernah ku lihat sebelumnya.

“Benar. Inilah dia. Ini tempatnya, surga yang telah tertulis dalam firman Tuhan di kitab suci. Di sinilah, kita bisa begitu dekat dengan Tuhan. Inilah Euroworld, surga ke-9 yang telah dijanjikan-Nya. Tidakkah kau merasakannya, Sayang?” sahutnya lemah lembut.


Aku tersenyum mendengarnya. Sedang tangannya membelai halus kepalaku sembari berkata;
“Di sini kita akan hidup bahagia, Sayang. Takkan ada lagi kejahatan. Tak ada lagi bajingan yang berdosa atas nama agama. Tak ada lagi orang-orang yang mengenyangkan perutnya sendiri. Tidak akan ada lagi mereka si tukang caci dan gunjing. Tidak ada lagi orang yang memaksakan keyakinan dan standarisasi kebenarannya pada kita. Tidak akan ada orang yang menghina kita kafir atau sesat.”


“Tidak ada lagi?”


“Tidak.”


“Lantas, di mana mereka sekarang? Bagaimana jika mereka menyusul kita ke sini?”


“Tidak mungkin. Mereka masih di dunia. Dan nanti pun, mereka akan dikirim ke neraka, ke tempat serendah-rendahnya, seperti yang sudah dijanjikan Tuhan. Jangan kau gundah akan mereka. Lupakan mereka. Lupakanlah dunia kita yang lama. Di sini kita bahagia, Sayang. Di sini kita bersahaja.”


Aku mengangguk lemah, menyenderkan kepalaku di bahunya. Lalu kami memejamkan mata sambil berkasih-kasihan. Semilir angin menghembus pelan, menambah nikmat anugerah Tuhan ini; Euroworld, surga ke-9.


“Bukankah penghuni surga punya pelayan?” tanyaku lagi.


“Tentu. Kaulihat orang di sana?” Tangannya menunjuk dua makhluk berparas indah sedang berdiri memandangi kami. Pakaiannya serba putih dan ada hiasan di salah satu kepala dari mereka. Dengan ramah, mereka melambaikan tangan pada kami.


“Siapa mereka?”


“Pelayan kita, bidadari dan bidadara.”


Mereka tersenyum pada kami. Lalu berbisik satu sama lain.


***
“Lebih baik bukan, Suster?”


“Iya, Dok. Mereka jauh lebih tenang.”


“Bagus. Memang lebih baik mereka disatukan.”


Keduanya tersenyum.





Cerita asli di SINI

Komentar : Cerita ini memiliki kepaduan dari segi ide, eksekusi, dan puntiran. Tanpa perlu memberi penjelasan berlebihan, penulis berhasil memberikan gambaran tentang dua orang anak manusia yang saling cinta dan berusaha menentang dunia. Bisa jadi mereka pencandu narkoba, bisa jadi mereka adalah penentang norma-norma. Yang jelas mereka adalah pencinta. 
Ada beberapa minor dalam cerita, tapi tak mengganggu keasyikan baca secara keseluruhan.




No comments:

Post a Comment

Followers

Socialize

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *