Sumber |
Selamat siang menjelang sore. Saatnya Kamis Sharing *\^^/*
Kamis ini, kita mau sharing apa ya? Hehehe
Oke, kamis ini kita akan sharing tentang proses penulisan. Jadi gini, teman-teman kan suka nulis fiksi, pada saat nulis fiksi terkadang (atau selalu) kita butuh data penunjang. Misalnya, saya lagi nulis flash fiction tentang pemanjat tebing. Saya butuh tahu dong tentang profesi atau minimal tebing apa saja yang biasa dipanjat. Lalu saya nyari-nyari referensi dari buku traveling, buku ensiklopedia, dan lain-lain.
Memang sebenarnya lebih praktis googling aja. Namun buku nonfiksi punya banyak keunggulan. Salah satunya dianggap data yang valid.
Yuk sharing pengalaman teman-teman membaca buku nonfiksi saat menulis fiksi. Jadi kamu lagi baca buku nonfiksi apa dalam rangka nulis fiksi apa?
Inda Fitri
Baca artikel aja miss, mau nyobak bikih fiksi tentang dimensia :)
The Host
Nah kenapa Inda Fitri lebih suka baca artikel aja dari pada baca buku tentang dimensia?
Inda Fitri
Ndak punya bukunya miss, mau beli belum punya duit, nunggu punya duit, DL nya keburu abis, jd pakek yang praktis, kalau miss mau beliin buku jg boleh miss...piss
Carolina Ratri
Iya. Aku kalo baca nonfiksi untuk nulis fiksi baru sampai ke level artikel untuk bikin cerpen, Teh. Kayak kapan itu riset tentang AIDS untuk bikin cerpen. Nemu banyak sumber. Dan akhirnya tahu obat apa yg dikasih untuk para pasien AIDS
Ng. Jadi gini, aku punya outline. Kalo mau dipanjangin jadi novel sebenernya siap. Tapi kayaknya butuh riset nonfiksi buanyak terutama sejarah penjajahan Inggris di Indonesia :)))) dan aku udah teler duluan ngeliatnya :))))) *sekian curcol*
Ade Anita
Aku juga baca nonfiksi saat ini baru sanggup baca artikelnya aja. Ada sih rencana mo bikin novel tentang sejarah lalu mulai nyicil beli buku bekas yang terkait tema. Giliran dah setumpuk bukunya eh ... keburu kena writer block. Kepending deh nulisnya
Erlinda S W
Sama kayak mbak Ade Anita. Udah ada bukunya eh mentok. Saya udah lama pengen nulis dengan latar geografis yang detail. Misal tanamannya, ketinggian tanah dari permukaan laut, dll. Dikasi buku sama teman lengkap, dari 1 tahun lalu belum selesai kebaca karena tebel dan banyak. Hehe. Sekarang lagi banyak baca artikel tapi buat nulis nonfiksi.
Isti'adzah Rohyati
Kalau aku, biasanya selain riset dengan artikel, aku lebih suka nonton film. Karena buku-buku yang aku bawa ke Suly itu terbatas, jadi ya mau nggak mau aku ngandelinnya internet. Kayak bikin FF tema sejarah minggu lalu, aku ngga baca bukunya, cuma ngandelin artikel sejarah dari berbagai bahasa juga film yang bersangkutan dengan sejarah tersebut. Biasanya film-film biografi gitu ngaruh banget.
Fardelyn Hacky
Aku sama kayak mbak Isti'adzah Rohyati. nonton film dengan latar belakang sejarah. Kalo saya sih, sebagian besar berupa drama, kayak drama dinasti-dinasti China dan Korea. selain bisa belajar sejarahnya, bisa belajar bagaimana mengolah konflik dan mengatur plot cerita. Kalo buku nonfiksi sejarah, hanya dijadikan untuk penunjang data saja. Sementara dari drama sejarah, bisa belajar dua-duanya, sejarahnya dapet, unsur-unsur fiksinya juga dapet, dan terkadang tak jarang dapat ide juga :)
Efi Fitriyyah
Aku lagi ngerjain novel (sebenernya lagi mandeg hihi), referensinya lebih suka dari artikel, googling juga, film dan ngobrol sama mereka yg deket sama dunia yang lagi saya ulik. Misal alumni mahasiswa Indonesia yang pernah kuliah di Belanda. Gambaran venue, kultur dsb bisa dapet dari dia.
Ajen Angelina
Aku lagi bikin novel tentang gangguan psikologis jadi aku baca buku gangguan dan komplex gitu hihi.. lumayan sih jadi ngalir tulisnya.
Fajr Apa Lo
Aku lagi coba nulis tentang Homoseksual. Beberapa bagian juga menyangkut Hindu. Kira-kira, Kakak-kakak ada rekomendasi nggak? Buku apa yang harus ku baca?
Tara Orian
Aku baca buku klasik nonfiksi, Rosicrucian-nya Dr John Dee untuk mempelajari tentang pengobatan zaman dulu yang menggunakan logam. Aku buat tulisan itu untuk proyek novel, yang rencananya akan dikirim untuk submisi ke luar negeri.
Junior Ranger
Pas nulis ff tentang leukemia miss. tp referensinya bukan buku sih cuma website kedokteran gitu miss.
Fitrina Akeda
Lebih suka baca jurnal, biasanya menyajikan info yang lebih singkat dan padat. Pastinya keilmuannya juga nggak diragukan.
Jiah Al Jafara
Jujur sih, baca novel lebih cepet daripada buku nonfiksi hihih, bahkan novel berbau sejarah aja kadang puyeng.
Waktu nyari profesi buat tokoh yg kutulis biasanya emang googling, nanya-nanya sama orang yang lebih ngerti. Bukunya, apa aja sih pokoknya yang ada hubungannya sama yang mau ditulis hihi
Ranny Afandi
Kalo aku lebih banyak ke artikel online hikz. Paling banyak baca tentang traveling, budaya satu daerah. Kalo buku, tentang penyakit. Pinjem buku-buku kedokteran kakak heheheh
ChocoVanilla
Hahahaha ... iya Miss (ikutan manggil miss), baca buku Sybill untuk referensi nulis novel ... ehh baca gak abis novel juga lom selesai hahaha
Jujur lebih senang cari referensi dari internet, tinggal ketik keyword langsung muncul apa yang dicari. Kalo buku mesti ngubek-ngubek dulu
Tapi referensi nonfiksi itu itu mutlak untuk menunjang keakuratan sebuah tulisan. Contoh tantangan Papua dulu. Meski Om Siapaaa Gituu pernah bilang: suatu tulisan akan hidup bila kita terlibat di dalamnya. Misal nulis tentang setting Bali, akan terasa nyata bila penulisnya mmg pernah ke Bali
Nambah, Miss. Referensi nonfiksi berbalut cerita juga lezat dibaca, lho. Kayak bukunya Daniel Mahendra. Kalo mo nulis FF bersetting perjalanan, coba deh
Dian Farida Ismyama
aku ... googling doank-_-. kecuali kalo kesehatan mungkin bisa ngandelin buku yang dipunya (sok-sok-an,haha). Eh tapi aku pernah beli bukunya Gol A Gong, demi referensi setting, tapi belum kelar baca :(
No comments:
Post a Comment