Thursday 20 February 2014

Karya Terpilih Prompt #38: Langit

Oleh Alhmad Alkadri.

Aku pertama kali bertemu dengannya bertahun-tahun yang lalu, di sebuah negara yang sangat dingin di Eropa. Ia adalah seorang gadis, jangkung, dengan rambut hitam legam yang terurai hingga ke bahunya. Kami hanya berbicara dua kali, sekali saat sebelum aku maju untuk presentasi (“Semoga berhasil!”) dan sekali saat pesta di akhir konferensi (“Selamat atas medalinya!”).

Ingatan mengenai dirinya terus ada dalam diriku. Aku tak percaya cinta pada pandangan pertama. Aku bahkan tak percaya adanya cinta. Tapi, ia berbeda, aku tahu itu. Mungkin wajahnya, yang cantik jelita, begitu berbeda dari wajah-wajah gadis yang biasa kulihat. Barangkali senyumnya. Tapi, kemungkinan paling besar adalah matanya: sepasang bola mata biru cemerlang, bagai langit di siang yang cerah, yang selalu membuatku merasa hanyut, jatuh ke dalamnya, dan menggenggamnya, tak ingin ‘tuk kembali lagi.

Maka, tiga hari lalu aku mengambil penerbangan pertama ke Eropa. Menempuh ribuan kilometer, aku naik kereta dari Jerman, melewati seperempat benua, hingga akhirnya tiba di kotanya. Aku mencari dan menemukan alamatnya di internet, hal yang mudah untuk dilakukan di jaman sekarang ini asalkan kau mengingat nama dan ciri-ciri orang yang kaucari – dan aku mengingat dirinya begitu jelas.

Awalnya, berdiri di depan pintu apartemennya yang lusuh, ia tak mengingatku. Akhirnya, aku menyebut nama konferensi yang kami ikuti bersama sepuluh tahun silam, dan ia langsung menganga.

“Astaga,” gumamnya, maju dan menyalamiku.

Kami berjalan-jalan, menghabiskan waktu. Bercerita mengenai kehidupan masing-masing, mengenai sekolah dan kerja, patah hati dan PHK, hal-hal yang biasa. Akhirnya, malam itu, di apartemennya, diterangi oleh sepasang lilin yang kami beli dan makanan yang ia masak dan sajikan sendiri, aku mengutarakan maksud kedatanganku. Dia tersenyum, tersipu, berkata aku merayunya. Aku tersenyum balik.

Esoknya, aku kembali ke bandara, mengambil penerbangan pertama pulang. Aku sudah puas. Hasratku, kerinduanku, telah terpenuhi. Menghenyakkan diri di sofa rumahku yang nyaman, aku membuka koperku, mengeluarkan sebuah kotak kaca berisikan sepasang mata biru cemerlang bagai langit di hari yang cerah.

Aku benar-benar merindukan matanya.
===========================

Post asli bisa dilihat di sini.

2 comments:

Followers

Socialize

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *