Wednesday 24 July 2013

Review Buku: Malam Terakhir



Ini adalah buku kumpulan cerita pendek 'tingkat tinggi' ketiga yang pernah saya baca. Yang pertama adalah Fiksi Lotus, dan saya tidak berani menuliskan reviewnya karena ya apalah saya ini *nanti ketauan begonya hehehe*. Dan yang kedua adalah Kisah-Kisah Tengah Malam yang belum selesai saya baca. Nah, buku yang ketiga ini terpaksa harus saya tulis reviewnya karena sudah janji sama para mimin keren Monday Flashfiction. 

Buku ini merupakan kumpulan cerita pendek yang pernah terbit pada tahun 1989. Hanya saja buku versi baru ini merupakan hasil seleksi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan masa kini namun tetap mewakili gaya bahasa penulis. Maka terpilihlah sembilan buah cerita pendek yang terbit bersama-sama dengan 'adik'-nya, 9 Dari Nadira setelah penulis 'berkelana' selama dua puluh tahun.

Paris, Juni 1988
Bercerita tentang seorang gadis Asia yang baru tiba di Paris. Dia terpaksa menginap di sebuah kamar kecil yang kotor. Pemilik penginapannya pun jorok. Namun bukan itu yang membuat dia merasa tidak nyaman. Suara-suara aneh dari kamar Marc, yang terletak persis di sebelah kamarnya membuat gadis itu bergidik sekaligus penasaran.

Ada satu suasana yang terus-menerus mendesaknya agar ia merasa asing dan sendiri. Paris tak pernah menawarkan kehangatan dan tidak berpretensi untuk menjadi sosok yang hangat. Entah kenapa, ia semakin merasa Marc semakin membuat Paris menjadi kota yang paling sunyi. (halaman 14)

Kening saya dibuat mengernyit oleh cerita pertama dalam buku ini. Selain karena penjabaran yang detail tentang joroknya si pemilik penginapan, juga karena saya ikut penasaran dan menebak-nebak apa yang terjadi di kamar Marc. Baru di akhir cerita saya mulai bisa meraba-raba apa inti dari cerita yang menurut saya sangat filosofis ini, bahwa kadang 'penjara' justru dapat membuat seseorang merasa nyaman dan bahkan menjadi candu.

Adila
Bercerita tentang seorang anak perempuan berusia empat belas tahun yang merasa kebebasannya terkekang oleh berbagai aturan. Hubungan dengan ibunya pun bisa dikatakan jauh dari baik, sehingga membuat dia sering tenggelam dalam khayalannya bersama para tokoh utama dari buku-buku favoritnya.

Aku tak mengerti kenapa aku lahir untuk harus selalu menjadi bayang-bayang ibuku. Semua tindakan dan pemikiran yang lahir dari diriku selalu salah. Karena itu, aku merasa, kamar mandi ini adalah tempat yang paling menyenangkan. (halaman 21)

Lagi-lagi tentang kebebasan. Kali ini saya tidak perlu mengernyitkan dahi, sejak awal saya sudah dapat membayangkan akhir cerita ini. Namun di bagian penutup cerita, saya jamin pembaca akan dibuat gemas oleh ibu Adila. 

Air Suci Sita
Bercerita tentang seorang gadis yang akan bertemu dengan tunangannya setelah empat tahun tidak bertemu. Alih-alih bahagia, dia justru khawatir membayangkan tunangannya akan meragukan kesetiaannya.

Lelaki itu berwajah sepuluh, dan tak berarti seluruh wajah itu keji. Bagaimana jika salah satu wajah itu sebenarnya lebih menunjukkan hati sesungguhnya, dan wajah itulah yang membuatku melangkah masuk ke dalam wilayahnya? Dan apa yang terjadi jika tunanganku melihat kaki kananku sudah berada di dalam wilayah sang Raja Berwajah Sepuluh? (halaman 43)

Saya suka cerita ini. Selain karena menemukan diksi yang keren, juga karena tema dari cerita ini cukup mewakili kata hati saya. Tentang standar yang berlaku dalam masyarakat yang berbeda untuk lelaki dan perempuan. Di akhir cerita, penulis pun membuat ending yang sungguh menyentil. 

Sehelai Pakaian Hitam
Bercerita tentang seorang pria yang mempunyai dua sisi kehidupan. Hitam dan putih. Buruk dan baik. Dia berusaha keras untuk tidak memperlihatkan sisi hitamnya di depan masyarakat, karena label 'tokoh' yang terlanjur melekat pada dirinya.

Mereka menyangka aku yang memiliki kekuasaan untuk mengangkat tanganku dan menggerakkan mereka untuk melakukan sesuatu. Tapi, sebetulnya, merekalah yang telah begitu berkuasa memerintahkan aku untuk mengenakan pakaian putih, tanpa boleh meletakkan benang-benang hitam, tanpa boleh ada noda. (halaman 56)

Ada dua hal yang saya tangkap dari cerita ini. Pertama, bahwa manusia adalah manusia, bukan malaikat dan bukan setan. Kedua, bahwa penilaian masyarakat dapat begitu besar mempengaruhi kehidupan seseorang.

Untuk Bapak
Bercerita tentang Moko, seorang anak yang sangat mengagumi sosok ayahnya. Dia menemukan kesamaan sosok ayahnya dengan sosok Bhisma dalam cerita Bharatayudha.

Sampai sekarang aku sendiri tak tahu, mengapa pada usia semuda itu aku sudah meresapi esensi Bhisma. Aku tak yakin apakah saat itu aku memahami kata-katamu. Yang kuingat sesaat, hanya sesaat, ada setitik air mata yang menyembul di ujung matamu. (halaman 66)

Menurut saya, tema yang diangkat dalam cerita ini sangat sederhana (atau jangan-jangan saya yang kurang paham). Tentang seseorang yang mengabdikan hidupnya untuk masyarakat.

Keats
Bercerita tentang Tami-seorang sarjana sastra Inggris yang berimajinasi melakukan percakapan bersama John Keats-penyair Inggris saat berada di pesawat dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Dia menganggap kepulangannya ke Jakarta sebagai 'bencana' karena dia mencintai Jean-musisi Eropa, sementara keluarganya menuntut dirinya untuk menikah dengan Hidayat.

John, saya lebih suka hidup bersama orang yang mau telanjang di muka orang lain. Sedangkan puisi-puisi Hidayat hanya mencerminkan sepenggal dirinya. (halaman 78)

Saya juga suka cerita ini. Tema yang diambil sangat sederhana. Tentang kebutuhan manusia untuk mencintai seseorang secara utuh, tentang cinta yang tidak direstui. Namun karena dikemas secara berbeda, cerita ini menjadi begitu spesial.

Ilona
Bercerita tentang seorang ayah yang mempunyai anak gadis yang cerdas, peka, dan tanggap terhadap keadaan sekitar sejak kecil. Namanya Ilona. Namun dia sangat terkejut ketika mendapati bahwa setelah dewasa, Ilona tidak tertarik untuk menikah. 

Saya memilih untuk berjalan sendiri, tanpa kawan. Jadi, jika saya memilih rute yang berbeda dan tidak konvensional, saya akan menanggungnya sendiri tanpa membuat orang lain menderita. Saya juga tak akan memasuki kamar orang lain, karena saya telah memiliki kamar untuk saya sendiri. (halaman 90)

Tema cerita ini juga sederhana, tentang keteguhan pada sebuah pilihan hidup. Di akhir cerita, Ilona memberikan kejutan untuk ayahnya. Membuat saya tersenyum saat membacanya.

Sepasang Mata Menatap Rain
Bercerita tentang Rain, anak berusia dua setengah tahun yang sangat cerdas. Antusiasmenya untuk membeli buku tiba-tiba hilang setelah menatap mata seorang anak jalanan di sebuah perempatan jalan. Menurutnya, mata itu sama dengan mata pada foto esai korban perang yang baru saja dia lihat di majalah ibunya.

Apa dia susah mencari makan? Apa di sini juga sedang perang, Ayah? (halaman 101)

Ah, cerita ini sungguh menohok hati saya. Pikiran Rain yang begitu polos, seharusnya membuat orang dewasa malu karena berbagai pertimbangan dan prasangka yang selalu memenuhi pikiran mereka. Cerita ini sarat akan pesan moral, meskipun menurut saya terasa janggal karena kalimat-kalimat yang diutarakan Rain terlalu dewasa untuk anak seusianya.

Malam Terakhir
Bercerita tentang tiga orang mahasiswa dan satu orang mahasiswi yang menjadi tahanan pemerintah. Setelah mengalami berbagai macam penyiksaan, kini mereka menunggu saat-saat untuk eksekusi hukuman mati tiba. Sementara di tempat lain, seorang gadis yang seumur dengan mereka mempertanyakan nasib para mahasiswa tersebut yang harus dihukum mati atas tuduhan tanpa bukti yang memadai. Sayangnya, ayah si gadis yang seorang pejabat tinggi tidak mempedulikan pemikiran kritis anaknya itu.

Di dalam pertempuran, selalu ada kata 'kita' dan ada kata 'mereka'. Siapa saja yang menjadi unsur kata 'mereka' harus diterabas hingga ke akar-akarnya. Semua unsur harus menjadi bagian dari 'kita'. (halaman 112)

Miris. Pergantian tokoh dan setting cerita antara para tahanan di penjara dan seorang gadis bersama orang tuanya di rumah mewah yang nyaman membuat saya semakin menghayati inti cerita yang disampaikan oleh penulis. 

Satu kata yang mewakili kesan saya terhadap buku ini adalah keren! Pertama, karena tema yang diambil penulis dalam setiap ceritanya adalah fenomena yang biasa terjadi di dalam kehidupan kita, serta selalu mengandung pesan moral didalamnya. Kedua, karakter tokohnya yang kuat. Saya bisa masuk ke dalam perasaan dan pemikiran setiap karakter pada masing-masing tokoh. Ketiga, gaya bahasanya. Sepertinya ini dipengaruhi oleh penulis-penulis favoritnya. Lihat saja nama-nama sastrawan dan penyair (yang nama-namanya tidak familiar di telinga saya, namun sepertinya hebat dan terkenal) yang cukup banyak bertebaran di dalam ceritanya. 

Kesimpulannya, saya jadi ingin membaca kumpulan cerita pendek karya sastrawan Indonesia lainnya.

Detail Buku
Judul: Malam Terakhir - Kumpulan Cerpen
Pengarang: Leila S. Chudori
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Cetakan: Pertama, November 2009
Jumlah halaman: 117 halaman
ISBN: 978-979-91-0215-7
Harga: Rp 35.000 Gratis (hadiah Quiz Monday Flasfiction #2)

Dibaca
12-14 Juli 2013 

By:

1 comment:

Followers

Socialize

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *