Monday 6 June 2016

Karya Terpilih Prompt #117 : Jangan Pergi Dariku


Image via The Astronaut[dot]com



oleh Glowing Grant


Kalian tahu bagaimana rasanya ditinggalkan sendirian selama bertahun-tahun? Tinggal dalam kesunyian… Tiada seorangpun yang ingin bersamamu untuk waktu yang lama… Dan yang terparah, ditinggalkan dalam keadaan terluka, luka yang membuat batinmu terkoyak dan tercabik-cabik. Sungguh menyakitkan rasanya!

Kuharap ada seseorang yang datang walau hanya sekadar menyapa. Namun… Jika dipikir-pikir lagi, lebih baik jika para tamu yang lewat itu tinggal untuk beberapa saat. Akan kuajak mereka bercengkerama walau hanya beberapa menit. Bukankah berbagi cerita dan pengalaman itu sangat menyenangkan?

Lalu… tibalah hari itu, hari di mana ada seseorang lewat depan rumahku. Pemuda itu mengenakan pakaian safari. Ia membawa senapan dan karung di pundaknya. Wajahnya Nampak lelah tapi tak mengurangi ketampanannya. Nampaknya ia adalah pemburu.

Pemuda itu melihat sumur di tengah hutan ini bagaikan melihat harta karun. Matanya berbinar-binar tatkala melihat sebuah ember usang di dekat sumur itu. Ember bertali panjang itu dimasukkannya ke dalam sumur untuk mengambil air. Namun sayangnya tali pengikat ember itu putus saat ember dilempar ke dalam sumur.

“Sepertinya Anda sedang kehausan, ya,” sapaku pada pemuda itu.

“Hah!” ia terlompat karena terkejut mendengar sapaanku yang tiba-tiba.

“Wah, maaf aku mengejutkan Anda. Aku kebetulan melihat Anda sedang melempar ember ke dalam sumur itu, jadi kusapa saja,” jawabku.

“Oh, iya. Kupikir bisa mengambil air yang ada di dalam sumur ini. Tapi tali pengikat embernya putus.”

“Jika Anda tidak keberatan, mari mampir ke rumahku. Rumahku tak jauh dari sini. Akan kuberikan beberapa gelas air dan sedikit penganan untuk bekal Anda di perjalanan.”

“Eh, nggak usah repot-repot.”

Detik berikutnya, pemuda itu berhasil kubujuk untuk mampir ke rumahku. Ia kupersilakan duduk di ruang tamu begitu kami tiba. Lalu, kuambilkan segelas air dan satu kendi berisi air. Tak lupa beberapa potong kue kumasukkan ke dalam plastik untuk bekal si pemuda itu nanti seperti yang sudah kujanjikan.

“Terima kasih, mbak,” kata si pemuda padaku setelah menerima air dan kue dariku.

“Sama-sama,” jawabku. “Di luar sudah gelap. Sebaiknya Anda berhati-hati di perjalanan,” lanjutku.

Pemuda itu menganggukkan kepalanya kemudian permisi pulang. Pulang… Ia pulang begitu saja setelah menerima pemberian dariku. Tak ada basa-basi menanyakan kenapa aku tinggal di sini, dengan siapa aku tinggal, atau bagaimana caranya aku mendapatkan semua barang di rumah ini. Ia pergi begitu saja.

Aku memandangi punggung pemuda yang kian menjauh itu. Ia pergi! Sungguh aku tak rela melepaskannya! Tak akan kubiarkan ia pergi begitu saja!

Aku berlari mengejar pemuda itu. Saat aku berada di dekatnya, kuraih lengannya, menahannya dengan segenap kekuatanku. Lalu, dengan satu hentakan kubalikkan badannya agar menghadap padaku.

“Aku takkan membiarkan seorangpun meninggalkanku lagi,” seruku sambil memegangi leher pemuda itu, membuatnya sesak napas lalu melemparkannya ke dalam sumur tua tadi hingga ia menghembuskan napas terakhirnya – sebuah cara yang dulu dilakukan para penjahat terhadapku, saat aku masih hidup dulu.

Beberapa menit kemudian, roh pemuda itu melayang keluar dari dalam sumur. Aku menyambut roh yang masih linglung itu dengan penuh suka cita. Dan, petualangan baruku pun dimulai…

***

Baca juga karya lainnya, ya. :)

1. Glowing Grant - Jangan Pergi Dariku
2. Zen Ashura - Perempuan yang Melayang di Atas Sumur
3. Uni Dzalika - Ambisi
4. Junior Ranger - Cerita Orangtua tentang Sumur Tua
5. Ruby Astari - Willa
6. Rifki Jampang - Senyum Ibu

No comments:

Post a Comment

Followers

Socialize

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *