oleh Nurkholil Setiawan
“Tahukah kamu? Nenek moyang kita dulu hanya memiliki satu bulan saat umat manusia masih tinggal di bumi.”
“Tentu aku tahu. Itu diajarkan saat kita sekolah dasar. Kau sungguh meremehkanku, Graff.”
Graff tersenyum.
“Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin mengatakan bahwa kita beruntung memiliki 27 bulan yang indah di sini.”
“Ya, bulan-bulan itu sungguh indah.”
Untuk sejenak, kedua muda-mudi itu hanya terdiam memandangi bulan-bulan di langit. Sungguh, warna-warni abstrak yang ditorehkan para pelukis bulan adalah karya seni bernilai tinggi.
“Kau tahu, suatu hari aku akan jadi pelukis bulan, Rix.”
Rix tertawa.
“Apa? Apanya yang lucu?”
“Kau tak bisa menjadi pelukis bulan, Graff. Kau buta warna, kau ingat?”
***
“Kau siap?” tanya Gept.
Graff mengangguk setelah mengecek sabuk pengamannya sekali lagi.
Tak terlalu sulit menemukan Gept, salah satu pelukis bulan. Kau hanya perlu mencari data pribadinya di perpustakaan digital. Dengan mudah Graff mendapatkan alamat Gept lalu mengikutinya ke salah satu bar dan mencoba berkenalan. Setelah mentraktir dua gelas bubble beer, Graff langsung akrab dengan pria paruh baya itu.
“Oke, Nak! Kita sampai,” ujar Gept setelah mendaratkan kapsul terbang mereka ke salah satu bulan terbesar.
Mereka pun bergegas turun dan mengeluarkan peralatan melukis dari bagasi. Berkaleng-kaleng cat warna-warni dan kuas berbagai ukuran sudah dipersiapkan Gept untuk mereka melukis bulan.
“Baiklah, ambil ini, Nak!” ucap Gept seraya memberikan sekaleng cat pada Graff.
Graff tampak kebingungan.
“Apa? Mulailah! Bukankah kau bilang kau ingin melukis bulan sepertiku?”
“Ta-tapi…,” gagap Graff. “A-aku buta warna, Sir.”
Awalnya Gept tampak terkejut mendengar pengakuan Graff. Namun kemudian Gept tersenyum lebar lalu bahkan tertawa terbahak-bahak. Graff pun hanya bisa melongo hingga akhirnya tawa Gept mereda.
“Hah, tak apalah Anak muda,” ujar Gept seraya mengambil kaleng cat yang dipegang Graff, membukanya dengan kasar, lalu menumpahkan isinya begitu saja. “Kami pun selama ini hanya melempar cat sembarangan ke permukaan bulan.”
Cerita asli di SINI
***
Ceritanya sederhana. Sedikit mengecoh pikiran pembaca (dengan cara yang bagus) soal makna 'melukis bulan'. Ujung cerita bikin BangMin tersenyum simpul. :)
Simple tp emang menggelitik
ReplyDelete