oleh : Rifki Jampang
Menjelang Maghrib, suasana food court di ITC Depok semakin ramai. Hampir seluruh meja ditempati oleh orang-orang yang akan berbuka puasa. Tyas, Reni, dan Aliya ada di antara mereka.
“Pesananku kok belum datang sih!” ucap Tyas kesal.
“Sabar! Kamu kan memesan paling akhir,” timpal Reni.
“Soalnya sebentar lagi bedug Maghrib nih!” balas Tyas.
“Sebentar lagi pasti datang. Tenang aja!” Aliya coba menenangkan Tyas.
Tyas terdiam. Namun wajahnya tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.
Beberapa saat kemudian, adzan Maghrib berkumandang dari setiap televisi yang terpasang di beberapa titik food court.
“Tuh kan, sudah Maghrib!” kembali Tyas meluapkan emosinya.
“Tyas, cicip makananku aja untuk batalin puasa!” Rani menawarkan makanannya.
Tyas bergeming.
“Bukan batalin puasa, Ran, tapi buka puasa. Masa sudah seharian puasa harus dibatalin?” tegur Aliya.
“Iya, maksudku begitu!”
“Enggak ah, aku buka puasanya nanti aja kalau pesananku sudah datang!” Tyas menolak.
“Enggak boleh begitu, Tyas!” kembali Aliya, gadis berjilbab di antara mereka mengingatkan. “Buka puasa itu baiknya didahulukan. Kalau kamu tidak mau makanan Tyas, kamu boleh cicip makananku!”
Akhirnya Tyas mengikuti saran Aliya untuk segera berbuka puasa.
“Mbak, ini pesanannya!” seorang lelaki mengenakan kaos berlogo salah satu nama kios makanan datang sambil menyerahkan makanan dan minuman pesanan Tyas.
“Kok lama banget sih, Mas!” protes Tyas.
“Maaf, Mbak!” jawab lelaki tersebut seraya berlalu dari hadapan Tyas.
-o0o-
“Shalat yuk!” ajak Aliya.
“Ayo!” timpal Rani.
“Aku nggak dulu yah!” ucap Tyas.
“Lho, kok nggak mau?” tanya Rani.
“Bete nih, gara-gara pesananku terlambat. Kalian aja yang shalat!” jawab Tyas.
“Masa puasa tapi nggak shalat, sayang banget pahalanya lho,” sindir Aliya.
“Biarin!” ucap Tyas sewot.
“Emangnya kamu mau dianggap pakai baju tapi nggak pakai celana?”
“Maksudmu, Al?”
“Kalau diibaratkan pakaian, puasa dan shalat itu seperti baju dan celana. Orang berpuasa tapi nggak shalat, ibarat orang yang mengenakan baju tapi nggak memakai celana,” jawab Aliya. “Kamu mau seperti itu?”
“Ya nggak mau!”
“Kalau begitu, ayo shalat!”
“Iya!”
-o0o-
“Bete!” teriak Tyas ketika berada di antrian wudhu.
“Kenapa lagi, Tyas?” tanya Rani.
“Sudah pesananku telat datang, sekarang mau shalat aja antriannya panjang!”
“Sabar, Tyas, nanti kita juga akan dapat giliran,” Aliya coba menenangkan emosi Tyas.
-o0o-
“Benar kataku, kan?” ucap Aliya kepada kedua temannya ketika mereka sudah berada di dalam masjid. “Kita akhirnya dapat giliran untuk shalat maghrib.”
“Iya!” jawab Tyas. “Sekalian aja kamu jadi imam, Al!”
“Ok! Siapa takut?”
Aliya bersiap menjadi imam dan mengucapkan takbiratul ihram.
“Allahu Akbar Allahu Akbar!”
Kumandang adzan Isya terdengar dari ruang sebelah.
cerita asli DI SINI
No comments:
Post a Comment