Karya Febrian Lukito
Dirimu pasti lelah setelah bekerja seharian penuh. Dihempaskannya tubuhmu itu di sofa empuk itu. Setelah memesan, wajahmu tak pernah berpaling dari langit di hadapanmu. Langit yang sedang memerah itu seakan menghipnotismu. Tak peduli dengan orang lain di sekitarmu. Kamu longgarkan ikatan dasi yang mengekang itu.
“Terima kasih,” ucapmu saat pesananmu dihantarkan. Sebotol minuman berwarna merah itu mulai berkurang seiring waktu. Namun sepanjang itu pula kamu tak berpaling, apalagi pada diriku ini Dan kini kamu sibuk dengan telepon genggammu. Entah gadis mana yang kamu ajak kencan malam ini Sudah terlalu sering aku melihatmu bersama berbagai gadis. Gadis-gadis cantik yang tak pernah kau ajak kembali ke tempat ini. Pelariankah? Kamu melambaikan tanganmu ke arah gadis berbaju merah
darah itu. Cantik, harus kuakui. Seleramu tidak pernah berkurang. Hanya yang cantik yang kau temui.
Tawa mesra dari si gadis membuatmu tersenyum. Lelah yang tadi terlihat dari matamu, pudar sudah. Perlahan kamu melingkarkan tanganmu ke pinggang gadis itu.
Dia pun menambatkan kepalanya di bahumu yang kekar itu. Menjamu senja di hadapan bersama dirinya, itulah yang kamu lakukan Sepertinya dirimu memang tahu bagaimana memanjakan seorang gadis dengan senja.
“Senja memberi keindahan pada bumi, tapi masih ada yang bisa mengalahkannya.”
Ah lagi-lagi kamu memulai rayuanmu itu. Rayuan yang seringkali kudengar. Pada puluhan gadis lainnya. Sebentar lagi pasti kamu akan melanjutkan rayuanmu itu.
“Kecantikanmu mengalahkan senja. Mataku tak dapat berpaling darimu sejak kamu menapakkan kaki di pintu itu.”
Seperti biasa, gadis ini pun luluh, tersipu malu mendengar rayuanmu. Tak lama lagi. Yah, tak
lama lagi pasti. Seperti biasanya. Setelah membayar tagihan, dirimu pun menggandeng gadis itu ke tempatmu. Dan artinya itu adalah akhir bagi si gadis, karena besok, dia takkan pernah mendengar kabar darimu lagi. Seperti gadis-gadis lainnya.
Dan aku akan menunggumu di sini kembali besok, seperti biasa. Menjamu senja di balik punggung kekarmu itu. Dari balik kacamataku ini.
“Sampai kapan kamu hanya akan mengamatiku?”
Tiba-tiba suaramu ada di sampingku, mengejutkanku. Dirimu ternyata tidak pergi bersamanya, masih di sini. Aku hanya terdiam, menatap wajah tampanmu yang kurindu itu.
“Tak sakitkah dirimu melihat aku bersama gadis demi gadis yang kuajak ke sini?”
Aku masih terdiam. Kamu mengetahui diriku di sini, mengamatimu? Pikiranku bergejolak.
“Aku letih menjamu senja yang tak kuinginkan,” lanjutmu. “Letih menjamu semua senja semu
yang sengaja aku bayar untuk memancing senja sejati. Aku ingin bersama senja yang aku
idamkan. Dirimu.”
Kamu pun duduk di sampingku. Jemari tanganmu mengisi setiap ruas jariku. Kamu mencium
punggung tanganku lembut.
“Senja, aku lelah berpura-pura menjamu senja semu. Aku ingin menikmati senja bersamamu,
sekarang dan selamanya.”
Aku pun tersipu malu menatap matamu.
Wajahmu memancarkan bias kemerahan senja. “Senja, maukah kamu memaafkanku dan kembali bersamaku merajut rumah tangga kita yang hancur setahun lalu?” tanyamu.
“Kamu pun di sini bukan tanpa alasan kan?”
Kamu memang mengenalku, walau kamu tidak menatapku langsung. Tapi kamu memang mengenalku dengan baik, Martin. Aku pun hanya menganggukkan kepalaku. Menyandarkannya ke bahu yang kurindukan selama ini. Semoga kali ini untuk selamanya.
*****
Diskusi
Yang akan kita bahas
- Judul : Apakah judulnya menarik? Apakah judulnya membuatmu tertarik membaca FF ini?
- Opening Line : Apakah opening linenya menarik? Apakah openingnya membuatmu terus membaca FF ini?
- Konflik. Sebab Konflik: Apa alasan terjadi konflik? Apakah digambarkan dengan baik? Akibat Konflik: Apakah akibat konflik? Twist ending: Apakah endingnya sudah kau prediksi sebelumnya?
- Karakter : Apakah karkaternya menarik?
- Setting : Bagaimana Settingnya?
- Apa yang baik dari FF ini? Apa yang kurang?
- Masukan atau saran
Ariga Sanjaya
- Judul menarik. Terbaca puitis.
- Kalimat pembuka biasa saja. Kesan puitis yang terbangun lewat judul kembali datar saat membaca kalimat awal. Kalimat kedua sedikit membingungkan. 'Dihempaskannya tubuhmu itu di sofa empuk itu.' Ringkaskan saja jadi - misalnya- 'Kauempaskan tubuhmu ke sofa empuk.
- Nyaris tak ada konflik. Cerita mengalir lurus tanpa gejolak. Cuma ada 'sedikit' pergulatan batin tokoh aku. Penyebab terjadinya 'masalah' juga tidak diceritakan. Kenapa mereka berpisah? Lalu bagaimana bisa tokoh Aku tidak menyadari kehadiran lelaki yang dia amati ada di sebelahnya sementara sejak awal. "Aku mengawasi lelaki itu?"
- Twist? Sekali lagi tak ada twist. Kisah-kisah yang diniatkan romantis biasanya akan berakhir manis. Dua tokoh akan bersatu (kembali).
- Ada dua karakter utama dalam cerita: Aku (Senja) dan lelaki (Martin). Aku menangkap sedikit sekali penjelasan mengenai karakter keduanya. Martin yang aku tangkap adalah seorang pekerja kantoran, tampan, senang menemui gadis-gadis cantik (dalam usahanya melupakan Senja). Tapi kenapa kesannya justru Martin ini memang seorang lelaki perayu? Akan beda halnya jika perempuan-perempuan cantik itu 'disodorkan' padanya dan dia dengan terpaksa menjamu mereka demi alasan sopan santun. Jika memang dia mencari yang seperti Senja, sebaiknya ada kalimat yang menandakan hal itu. Dan sebaiknya penulis jeli, sebab cerita harus memakai pov 2, sehingga penulis tak bisa bersikap serbatahu. Penulis tak boleh mengatakan alasan Martin tak bisa menyukai perempuan lain sebab dia masih mengharapkan Senja. Dan jika dia memang mengharapkan perempuan itu kembali, kenapa tidak menghampirinya? Mengatakan sejak awal niatnya rujuk. Bukan membiarkan Senja melihatnya bergonta-ganti perempuan. Dari kalimat Martin diketahui bahwa dia sudah tahu Senja sering mengamatinya. "Sampai kapan kamu hanya akan mengawasiku?" Senja, perempuan cantik. Masih berharap kembali pada mantan suaminya. Tapi apa yang dia lakukan? Dia bertindak seolah agen rahasia yang membuntuti si lelaki hingga puluhan kali ke mana pun pergi. Dia tidak punya kerjaan?
- Setting tempat kurasa adalah sebuah kafe atau restoran. Tak ada masalah dalam hal ini.
- Ada sedikit janggal yang ingin aku sampaikan. Disebutkan oleh penulis bahwa si lelaki melingkarkan tangannya ke pinggang di gadis. Mereka sedang duduk di sofa, kan? Umumnya orang akan merengkuh, memeluk pundak ketika duduk (di mana saja) sebab hal itu lebih mudah ketimbang memeluk pinggang. Poin yang baik dari kisah ini adalah usaha penulis cukup konsisten untuk membangun suasana romantis agar 'nyambung' dengan gambar acuan prompt. Poin yang kurang - selain poin di atas- adalah pov yang dipakai lebih terasa seperti pov 1. Narasi diceritakan lewat pandangan mata dan pikiran tokoh Senja.
Carolina Ratri
Oke. Ini pendapatku. Mungkin hampir samalah sama yang udah ditulis BangRig.
- Judul: Bagus. Puitis. Cukup bikin pengin baca ceritanya.
- Opening Line: ada kata tak baku di situ. "Diempaskannya", BUKAN "dihempaskannya". Lagipula juga kok bingung. "Dihempaskannya punggungmu". Jadi, siapa yang mengempaskan punggungmu? Itu kayak ada 2 tokoh di situ.
- Konflik. Terlalu landai. Hanya "aku" yang kemudian didekati oleh "kau". Lalu? Emosi terlalu datar, hingga pembaca nggak merasakan ada konflik apa. Mas Ryan terlalu sibuk berpuisi nampaknya No twist ending either.
- Karakter: cukup terbaca bahwa "aku" ini memendam rasa khusus, tapi belum yang sampai dadanya berdentum-dentum. Ya itu tadi, emosinya kurang.
- Setting: ga ada masalah. Lumayanlah.
- Nah, POV-nya nih. Kalau mau diedit, jangan masukkan "aku" deh. Paragraf-paragraf pertama udah oke. Langsung lanjut aja dengan "kau" terus. Iya ini jadi semacam pindah POV yah. Jangan terlalu sibuk dengan diksi. Tulis aja dulu. Diksi itu nanti bisa diatur pas self editing
Evi Sri Rezeki
Maaf ini baru baca hehe.
- Judul: sepakat sama Bang Ariga Sanjaya dan Mbak Carolina Ratri , judulnya puitis. Cukup mengundang.
- Kalimat pembukanya biasa saja. Karena ini FF, biasanya saya baca sampai habis, terlepas dari opening-nya menarik atau tidak.
- Saya kurang menangkap konfliknya. Awalnya saya pikir konflik batin seseorang yang mudah bosan, ternyata bukan. Konfliknya hampir tak terpapar, atau mungkin penulis lebih memilih jalinan cerita yang lembut. Mengenai twist, bagi saya endingnya lumayan ada twistnya hanya saja kurang nendang.
- Karakter Martin bisa saja menarik (hampir menarik) jika konsisten seperti don juan.
- Saya sepakat dengan Mbak Ra, kalau FF ini memiliki dua POV. Dan karena memiliki dua POV, sebagai pembaca saya tak lagi merasa dipaksakan sebagai tokoh 'kau' malahan merasa ditarik-tarik kedua kutub yang berlainan. Sebagai pembaca, saya merasa labil.
- Settingnya cukup.
- Hal baik: cerita cukup padat, memenuhi kriteria FF. Hal yang kurang: sebaiknya, dalam FF gunakan satu POV saja salam satu scene. Agar pembaca dapat terseret dengan sempurna ke dalam cerita. Terlalu banyak penggunaan kata 'itu'. Logika cerita seperti yang diterangkan Bang Riga.
PIC Bahas Karya
Ajen Angelina
No comments:
Post a Comment