Monday 1 December 2014

Senin Berpuisi. Keping #15 : Sederhana


"Aku ingin mencintaimu dengan SEDERHANA; dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu" - Aku Ingin ~ Sapardi Djoko Damono.
#‎topikpuisi #‎SeninBerpuisi
Mainkan imajinasimu, Kawans. Rangkai kata hingga esok matahari tinggi. Sila periksa juga syarat dan ketentuan. 



Cintaku sederhana
Seperti hujan mendera dedaunan
Menghapus segala duka
Ingatlah bahuku selalu ada untukmu bersandar, putriku yang jelita

Cinta tak pernah sesederhana seperti kata mereka
Ada banyak rindu yang mesti kita pupus satu-satu
Ada jarak yang mesti kita lupakan hitungannya
Ada ruang kenangan yang juga harus kita tinggalkan
Cinta tak pernah sederhana seperti kata Sapardi
Ada bahagia yang belum kita temukan di setapaknya
tak bisa aku mencintaimu seperti seorang pangeran tampan
yang mampu meniti bintang tersusun bak titian
untuk merengkuh sang rembulan
dan menghadirkannya dalam pelukan

cintaku sangat sederhana seperti syair para seniman jalanan
yang mengais rezeki tuk menyambung nafas kehidupan
namun dengan kesederhanaan itu
kita kan selamanya bersatu

Edmalia Rohmani
 
Cinta ibu pada bapakku seperti kepulan asap kopi di setiap pagi
Selalu panas
Manis
Selalu ada 
Selalu sederhana
Aku mencintaimu,
seperti jutaan sinaps yang sedang mengartikan rindu.
Sekarang kamu tahu,
cintaku tak sesederhana yang kamu tahu.
Satu...
dua...
tiga putaran...

dan kini rinduku telah bergelung nyaman bersama sanggulmu yang sederhana.

Senyummu tak pernah sesederhana yang terlihat. Ada bayang masa lalu yang tengah kau kubur dalam- dalam. Tawamu jua tak selepas merpati yang bebas dari sangkar. Ada kepingan luka yang ternyata hendak kau sembunyikan. Ah, andai saja untuk mengenalmu bisa lebih sederhana.
awalnya semua tampak sederhana
kukira hanya ada aku, kau dan cinta..
maka kuberanikan diri memimpikan bahagia

namun ketika ternyata ada dia, bahkan mereka...
kata sederhana melayang entah kemana
berganti kerumitan yang tak berujung...
Hai, Pemilik Pusaka Rindu.
Sesederhana itukah pikirmu?
Hanya sesekali tampakkan wajahmu

Membelah malam, lalu pergi lagi saat matahari mulai bertalu?
Seharusnya aku ragu pada dirimu
Tapi mengapai masih saja aku kelu?
Senyumnya merekah, menghias rona wajah kemerahan.
Hatinya ringan, bagai bulu menggandeng angin.
Matanya berbinar, memantulkan warna warni dunia
Diantara keping-keping peristiwa, dia melihat dunia dengan sederhana
Jika cinta itu sederhana, mengapa kuharus menahan rindu yang membebani jiwa.
Jika cinta itu sederhana, mengapa kuharus menahan pedih yang menghancurkan hati.
Mungkin bukan salah cinta, tapi salah caraku mencinta.

Mencintai manusia yang fana, bukan mencintai Sang Pemilik Cinta Sejati.


3 comments:

Followers

Socialize

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *