Thursday, 20 November 2014

Sharing : Novel Terjemahan vs Novel Indonesia



Selamat Kamis, Kawans ...
Bang Min mau curhat dikit nihh. Kenapa ya, kalau baca novel terjemahan itu selalu makan waktu lebih lama ketimbang novel Indonesia? Contohnya, novel A Half of A Yellow Sun yang jumlah halamannya 11-12 sama Partikel-nya Dewi Lestari, udah berbulan-bulan sampai sekarang belum kelar juga. Padahal untuk melahap Partikel cuma perlu dua minggu saja. Mungkinkah gaya bahasa, karakter tokoh, dan lainnya ikut mempengaruhi? Atau karena cerita dalam novel terjemahan tidak terasa 'dekat' dengan kehidupan sehari-hari (orang Indonesia)?
Gimana menurut kamu?
Yuk, sharing!

Muhib Didi
Aku juga begitu. Novel terjemahan yang terakhir aku baca adalah Into The Wild-nya Jon Kraukeur

Ajen Angelina
Mungkin selera kali yah . Aku sejak SD mulai baca novel terjemahan karena Mamaku fans berat sama Agatha Christy dan Danielle Stell dan herlequin jadi sejak kecil bacaan aku yah dua orang itu sama Sidney Sheldon. Pas kuliah baru aku kenal novel romansa Indonesia dan sastra Indonesia tapi tetap aku biasanya lebih cepat baca romansa terjemahan daripada Indonesia. Jadi yah aku bilang sih tergantung kesukaan karena aku sampai sekarang lebih menikmati membaca novel terjemahan daripada novel lokal

Tara Orian
Saya memahami perasaan Bang Min karena saya juga sering begitu. Mungkin karena (bukan mau ngatain, ya) ada beberapa bagian yang penerjemahannya kurang pas. Bukan salah editor, tapi kadang dalam bahasa Inggris ada kalimat atau kata yang belum menemukan padanan di bahasa Indonesia. Contoh sederhana, 'hesitate'. Di bahasa Indonesia mungkin diterjemahkan 'berhenti sejenak' atau 'ragu-ragu' (sejauh ini dari buku-buku terjemahan yang pernah saya baca, saya baru nemu itu, kalau ada tambahan lain mohon diralat), padahal di kamus Oxford arti harfiahnya "Pause or hold back in uncertainty or unwillingness". Jadinya diterjemahkan setengah-setengah, karena kalau diterjemahkan panjang jadinya belibet. Atau malah ada yang menerjemahkan panjang (untuk satu kata) dan berasa belibet di lidah Indonesia kita. Faktor ini sudah saya coba-coba dengan membaca buku aslinya yang berbahasa Inggris, ternyata saya bisa lebih cepat tamat (butuh 2-3 hari) daripada yang bahasa Indonesia (lebih dari 1 minggu).

Rinrin Indrianie
Sepertinya tergantung 'bahasa' penerjemahannya juga ya. Aku bisa menikmati banyak novel terjemahan dengan baik-baik saja, semacam Harry Potter (yang tebel begitu itu), Da Vinci Code dan sebagainya. Tapi kalo buku-buku 'berat' emang entah kenapa susah bacanya, kayak buku-bukunya Leo Tolstoy dan yang sekarang lagi aku baca -dan belum selesai juga- bukunya Goerge Orwell 1984 itu, padahal yang nerjemahin Landung Simatupang tapi (buatku) tetep susah bacanya *nyengir*

Ahmad Abdul Mu'izz
Setuju sama Teh Rinrin Indrianie. Aku baca Faucault Pendulum karya Umberto Eco udah lama banget belum juga khatam.

Muhammad Fatoni
Kalau aku biasanya tergantung genre. Kalau novel misteri atau thriller cuma 2 mingguan, tapi kalo novel romance bisa sampai berbulan-bulan, hehe

Efi Fitriyyah
Tergantung penerjemahnya juga. Saya ga suka fiksi fantasi, tapi sejak baca novelnya Michael Scott malah suka. Novel setebal 600 halaman bisa saya tamatin 3-4 hari. Susah berhentinya. :0

Carolina Ratri
Aku baca LOTR 4 seri masing-masing seminggu. Baca Sophie Kinsella yang Shopaholic yang seri 1, 3 minggu kelar sambil misuh-misuh  selain tergantung penerjemahnya, juga tergantung genre yang kita sukai.
Da Vinci Code 5 hari kelar, dibaca tiap malem gara-gara insomnia trauma gempa

Maya Indah
Idem dengan Mak Carra.. Menurut saya tergantung genre dan penerjemahnya, Bang dan juga mood untuk membaca . Saya baca buku-bukunya yang bergenre misteri bisa kelar 2-3 hari kalau lagi mood.

Ranny Afandi
Harpot 1-2 hari kelar, buku-buku Enid Blyton juga cepet, karya Dan Brown paling banter seminggu. Daniel Steel 1-2 hari. Ada satu novel pengarang dari India *lupa nama*, cepet juga bacanya

Naah terakhir yang Mocking Jay, entah ya mungkin terjemahannya bikin saya mengernyit bacanya  sampe sekarang belum move on dari bab 3 . Bener juga kalau yang dibilang bahasa penerjemah dan genrenya itu berpengaruh.

ChocoVanilla
Kalau ceritanya bagus, dijamin cepet bahkan sampai dilembur. Macam Sidney Sheldon, Harry Potter. Tapi kalau salah beli alias ceritanya jelek ya gak bakalan selese tuh novel
Kesulitan saya cuma satu, kalau terlanjur ada jeda jadi lupa nama-nama dan tempat, terpaksa ngulang, dwehh

Refzy Fiqa Afrida
Mungkin karena kebanyakan hasil terjemahannya agak susah, jadi masih perlu mikir pas lagi baca.butuh waktu yang lama buat memahami, jadi bacanya pasti lamaaaa

Efi Fitriyyah
Eh nambah ah, Kite Runner atau To Kill A Mocking Bird saya ga bisa namatin, udah nyerah duluan. Padahal A Thousand Splendid Suns bisa saya tamatin.
Ga bisa mencerna alur cerita meski katanya Kite Runner sama To Kill a Mocking Bird novel yang bagus.

Edmalia Rohmani
Mungkin penerjemahnya kurang pas Bang. Bisa juga karena ada gap budaya. Tapi biasanya kehandalan sang penerjemah lebih mempengaruhi apalagi kalau referensi literatur penerjemah itu bagus insya Allah terjemahannya juga lebih pas. Gitu...

Nina Nur Arifah
Text book kedokteran ndak ada yang tamat kubaca. Baik asli maupun terjemahan #digetok

The Host adalah novel terjemahan yang ndak habis kubaca. Malah Casual Vacancy versi asli bisa habis juga.

Menurutku faktor pemicunya ada banyak. Bahasa editor/penerjemah, ide, alur cerita dan cara penulisan yang menarik, atau ada pilihan lain ndak buat dibaca.

Catatan: Casual Vacancy habis dibaca waktu mengasingkan diri ke Alor ehehehe #digetoklagi

Nisa Setiawan
Kalau kecepatan baca saya tergantung gaya terjemahannya, genrenya, juga stok buku yang belum dibaca, hehehe... Jaman sekolah dulu, baca Harry Potter tiap bukunya sekitar seminggu krn jumlah halamannya, tapi serinya Princess Diary (setipe teenlit), kadang nggak sampai sehari. Tapi memang gaya bahasa terjemahan dan karya asli berbahasa Indonesia ada bedanya walaupun kadang mirip.

Erlinda S W
Saya sih tergantung kualitas terjemahan. Kalo terjemahannya kerasa aneh jadi lama bacanya. Kalo kayak Harpot Eragon Maze Runner gitu bacanya ngebut karena asik dan ga ngerasa masalah sama terjemahan atau hal lainnya. Novel indonesia kalo ga asik juga bacanya jadi lama malah ga selesai. Saya justru ga masalah apakah itu "ga dekat" dengan kita. Saya kok malah penasaran.

No comments:

Post a Comment