Tuesday 15 July 2014

Yang Tak Kasat Mata

Oleh: Red Carra




Theo dengan sweater abu-abunya menggandeng tangan Naya. Sebelah tangannya lagi memegang es krim yang baru saja dibelinya. Malam ini mereka berjalan-jalan menikmati keriuhan pasar malam yang diadakan di lapangan di dekat rumah mereka.

"Naya, kamu kenapa sih bawa boneka beruang itu terus?" Theo bertanya sambil menjilati es krimnya.

"Namanya Anne, Theo!" Naya menyorongkan Anne ke hadapan Theo. “Dia punya nama. Panggil namanya dong!”

Theo tergelak sedikit. Naya menatap Theo sedemikian rupa hingga akhirnya Theo merasa risih.

“Apa sih, Nay? Ngliatinnya gitu amat?”

“Nggak apa-apa. Heran, dari mana sih kamu dapat topi jelek begitu?”

"Jelek gimana sih, Nay? Topi ini keren! Bi Imah yang memberikannya padaku kemarin. Katanya ini dulu punya anaknya."

“Bi Imah yang masak di rumahmu itu?” tanya Naya. Theo mengangguk mantap.

Naya menggigit bibirnya pelan. Ada kata yang hendak terloncat, tapi ditahannya.

"Mmmm... Theo, kamu nggak merasa ada yang aneh sejak pakai topi itu? Misalnya kepalamu sering terasa berat gitu?” tanya Naya hati-hati.

Theo berhenti menjilati es krimnya.

“Mmm... Iya sih, kadang. Tapi kalau kulepas, terus sembuh kok. Apa karena terlalu kecil untuk kupakai ya?” Tangan Theo melepas gandengannya dari tangan Naya dan menepuk-nepuk kepalanya yang ditutupi topi.

“Kayaknya mendingan kamu nggak usah pakai topi itu deh, Theo.”

“Mengapa?”

“Kalau kamu pengin pakai topi, mendingan kamu beli baru aja. Jangan pakai topi itu,” kata Naya tak menjawab pertanyaan Theo.

“Mengapa?” tanya Theo lagi.

“Karena... Mmm, topi itu dihinggapi oleh makhluk...” suara Naya terhenti.

Naya menatap makhluk itu. Anak kecil berwajah pucat dengan kepala yang terkoyak. Telinganya mengeluarkan darah. Entah bagaimana caranya, dia selalu berjongkok di kepala Theo. Setiap waktu, kalau Theo memakai topi itu. Entahlah, apa yang menyebabkannya hinggap di topi itu. Naya juga tak pernah suka pada Bi Imah. Ada yang aneh dengan perempuan tua itu.

 Tiba-tiba anak itu balas menatap Naya, kemudian menyeringai. Naya bergidik dan memalingkan muka.

“Maksud kamu apa sih, Nay?”

Naya kemudian menjelaskan apa maksudnya dengan suara yang tercekat.

***

Naya yang aneh. Masa topi kok dihinggapi makhluk halus.

Theo membolak-balikkan topi yang dipegangnya. Dia sudah sampai di rumah sehabis berjalan-jalan dengan Naya di pasar malam.

Theo mengibas-ngibaskan topinya. Lalu kembali memakainya.

Topi keren begini. Naya ada-ada aja deh! Naya tuh yang nggak bisa lihat, kalau Teddy Bear-nya terkadang berkedip matanya. Suka ngliatin aku lagi. Huh! Kemarin coba kukasih tahu, juga nggak percaya. Malah ngetawain. Boneka mana bisa berkedip, Theo? Gitu ejeknya. Huuuu, Naya, kapan sih percaya sama aku?

Remake dari prompt #53: Ice Cream and Teddy Bear milik Rizki Madfia

No comments:

Post a Comment

Followers

Socialize

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *