Wednesday, 16 July 2014

Senin Berpuisi. Keping Empat : Menari





Hujan hilang akal. Bersama angin ia MENARI. Meliuk memutar, memuntir memamah getir. Segala beban punah sudah.

‪#‎topikpuisi ‪#‎SeninBerpuisi ‪#‎KepingEmpat

Selamat merangkai kata, wahai pujangga.

Carolina Ratri
Menarikan getir. Biar luruh bersama hujan. Biar baur bersama angin.
Tuturkan anyir dari jendela.
Dan kemudian...
Hilang!

Prisca Charity
Dalam gemericik yang santun, diarak senyum. Ia menarikan setitik rindu yang bertualang. Menjelma sesaat menjadi matahari, sebelum akhirnya kembali. Jadi hujan.

Carolina Ratri
Aku belajar melukis pelangi pada matahari. Belajar menari pada gerimis. Agar kami menjadi serasi, meski tak pernah ada yang pasti. Tapi satu yang aku mengerti, kamu selalu ada di sini.

Na Fatwaningrum Adianto
Aku akan bebas
Meski tarianku berhenti namun bukan hatiku
Meski semua ronta telah menjadi kebas
Rasakan gemulai dan kerlingnya dari sudut matamu
Senyum ini sayang, ingatlah, bahkan dalam penolakanmu yang teguh
Aku tak akan pernah runtuh
 
Ressa Eza
Alunan nada seakan bergema,
 Mengiringi mereka berputar,
 Menari di hati yang sunyi.
 Melukai perasaan yang sudah terluka.

 Rizki Wulandari Madfia
 Denting senar mengalun, lalu mata tertidur | Roh memisah, menari bersama udara |  Menari, menari sajalah | Sebab mimpi buruk masih berpesta, nun jauh di sana

Yudith S Rondonuwu
Mencintai sampai terluka. Kekuranganmu menjadi kelebihan bagiku. Kau bagaikan sang hujan dan biarlah aku menjadi angin yang selalu akan menari bersamamu.
 
 Dian Farida Ismyama
Kamu lebih memilih menari daripada berpuisi.
Lenggak-lenggok magis memutus urat saraf, mengagumkanku.
Terimalah syair cinta asmarandana.Berbalut teluh bius asmara.

  ********

Menari, menarilah bersama kata. :)

No comments:

Post a Comment