Oleh: Rifki Jampang
Tubuhku terasa kaku. Jangankan melangkah dari tempat kuberdiri yang
semakin panas kurasa, untuk menggerakkan jemari tangan saja , aku tak
kuasa. Kedua kakiku seperti pohon besar dengan akar yang menghunjam kuat
ke dasar bumi. Sementara kedua tanganku seperti terikat dengan gaya
gravitasi yang sangat tinggi. Bibirku terkunci rapat. Tak mampu
berkata-kata, apalagi berteriak. Bahkan kedua mataku tak bisa berkedip.
Kedua bola mataku diam di tengah, tak bisa bergerak. Hanya bisa
memandang adegan demi adegan yang ditayangkan melalui sebuah layar di
hadapanku.
Gila! Dari mana semua rekaman video itu? Mengapa masih ada yang
bisa mendapatkan rekaman video semua aksi kejahatanku? Padahal sebelum
melakukan setiap aksi kejahatan, aku dan anak buahku sudah mensterilkan
lokasi dari semua CCTV. Aku juga tak membiarkan seorang pun yang sempat
melhat aksiku hidup. Aku habisi semuanya di tempat.
“Anda tak bisa lagi mengelak! Semua rekaman ini menjadi bukti kuat atas segala tindakan kejahatan yang telah Anda lakukan.”
Entah dari mana suara itu berasal. Kedua bola mataku tak bisa menemukan sosoknya. Aku hanya tertunduk. Tak bisa mengelak.
“Anda diputuskan bersalah!”
Tiba-tiba dinding di hadapanku terbuka lebar. Kulihat nyala api yang belum pernah kulihat seumur hidupku.
“Menetaplah di neraka!”
Bersamaan dengan suara itu, tubuhku terlempar ke api yang lidahnya langsung menjilat-jilat tubuhku.
-----
Cerita asli bisa dibaca di sini.
Thursday, 22 May 2014
Rifki Jampang
Home
Karya Member
Karya Terpilih
Rifki Jampang
Karya Terpilih Prompt #49: Mata yang Tak Pernah Terpejam
Karya Terpilih Prompt #49: Mata yang Tak Pernah Terpejam
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment