Oleh: Nadia Pratiwi
Ketika Ibu jatuh cinta, Ibu akan memasak sambal goreng hati dan sayur
lodeh. Selalu begitu dari dulu. Kata Ibu, kedua masakan tersebut adalah
menu istimewa untuk merayakan cinta. Hari ini Ibu membeli hati sapi dan
kentang, juga kelapa parut untuk kuah lodeh. Aku tidak berani bertanya
mengapa Ibu memasak sambal goreng hati dan lodeh. Lebih tepatnya, aku
tidak kuasa mengetahui laki-laki mana yang saat ini Ibu cintai.
Ayah meninggalkan Ibu ketika adikku, Aulia masih dalam kandungan.
Kata Ayah, Ibu perempuan jalang. Bayi dalam kandungan Ibu bukan anak
Ayah. Ayah bekerja sebagai anak buah kapal dan hanya pulang beberapa
bulan sekali, sementara di rumah Ibu sedang hamil. Tapi waktu itu aku
terlalu kecil untuk menyadari arti kata jalang, maupun proses
terbentuknya bayi. Jadi, yang kutahu aku hanya memiliki Ibu seorang.
Ketika aku duduk di kelas empat, Ibu mengenalkanku pada Pak Ahmad,
wakil lurah di desa kami. Ibu dan Pak Ahmad terlihat sangat akrab.
Beliau bahkan tidak sungkan-sungkan mencium Ibu di hadapanku dan Aulia.
Berkat Pak Ahmad, aku bisa bersekolah di SMP negeri favorit di
kecamatan.
Ketika SMA, Ibu sering mendatangi sekolah. Katanya Bapak Kepala Sekolah sering memanggil beliau untuk rapat. Padahal aku tidak pandai.
Pun tidak memiliki prestasi di bidang lain. Teman-teman sekolah
lantas mengataiku anak pelacur. Kukatakan pada mereka ibuku wanita
baik-baik, dan jika banyak laki-laki mendekati Ibu, itu karena Ibu
cantik. Namun semakin aku bertambah dewasa, kusadari omongan orang-orang
sekitar semakin masuk akal.
“Assalamualaikum,” sayup-sayup suara Mas Rizky terdengar dari pintu
depan. Ibu membalas salam dan menyambut kedatangan suamiku. “Rani mana,
Bu?”
“Ada di kamarnya,” jawab Ibu. “Biasa, perempuan hamil muda memang
bawaannya pengen istirahat. Kalau Nak Rizky capek bisa istirahat di
kamar Ibu.”
“Ah, enggak, Bu ….”
“Udah, jangan ganggu Rani dulu, nanti dia uring-uringan. Yuk, ke kamar Ibu aja.”
Ibu, jangan ambil suamiku, ratapku dalam hati.
---
Cerita asli ada di sini.
Tuesday, 22 April 2014
Nadia Pratiwi
Karya Terpilih Prompt #46: Ketika Ibu Jatuh Cinta
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
wkwkkwkw...liar bangget idenya.
ReplyDelete