Thursday, 30 January 2014

Karya Terpilih Prompt #36: Bali I'm in Love

Oleh Nathalia Diana Pitaloka
======================
Dok. Martawan
Aku menatap bayanganku di cermin. Mbok Ratni sudah memasang mahkota dan cemara, kini dia memasang bunga imitasi berwarna merah sebagai sentuhan terakhir pada rambutku.

"Sip!"

"Makasih, Mbok."

Aku segera berdiri dan berjalan menghampiri cermin yang lebih besar. Mematut penampilanku secara keseluruhan. Tubuhku terlihat cantik dibalut kain berwarna hijau dan merah. Aku pun melakukan agem kanan dan seledet kanan. Kostum tari Sekar Jagat ini memang membuat gerakanku menjadi agak kaku, tapi masih cukup nyaman, hanya perlu sedikit penyesuaian. Aku hendak melanjutkan melatih gerakan tariku, namun urung ketika mendapati Wika muncul di belakangku.

"Jegeg!"

Aku berbalik. Kini kami berdua berdiri berhadapan. Lalu hening. Wika menatapku tanpa berkedip, membuatku salah tingkah.

"Kok diem aja? Bales dong."

"Makasih."

Wika tersenyum. Duh! Harusnya aku memuji penampilannya juga. Bodoh!

"Tolong pakein dong," ucapnya sambil menyodorkan udeng berwarna ungu-emas kepadaku.

Mataku membulat melihat udeng itu, bingung. "Enggak bisa, ntar salah," kataku sambil mengembalikan udeng padanya.

"Nih, perhatiin," katanya sambil mendekat ke cermin dan melilitkan udeng di kepalanya.

Aku mengangguk-angguk, ternyata tidak sulit.

"Ntar senyum yah!" ucapnya meledekku.

Aku melotot padanya, "Ya iyalah!"

"Ntar aku mainnya di pinggir panggung, bukan di depan kamu."

"Terus kenapa?"

Wika tertawa sambil meninggalkanku.

Aku tersenyum. Ucapan Wika tadi mengantarkan ingatanku pada perjumpaan pertamaku dengannya. Saat itu adalah kali pertama kami berlatih tari diiringi gamelan. Dia datang ketika Bli Suta sedang mengomeli kami yang menari tanpa senyum. Entah apa alasan para penari lain, aku sendiri memang sedang malas senyum karena sekujur badanku terasa sakit dan perasaanku sedang sangat buruk, PMS. Dia langsung duduk dan memainkan salah satu instrumen gamelan di baris paling belakang. Senyumnya tertuju padaku, membuatku membalas senyumnya, sepanjang tarian, mengabaikan PMS-ku dan omelan Bli Suta. Namanya Putu Wika Wiguna, aku jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama.

Dua tahun kemudian...


Dok. Wayan Diptagama

Tidak seperti biasanya, pagi ini kediaman Wika terlihat ramai. Semua kerabat Wika berkumpul untuk mengantar Wika mererasan. Aku tidak mengenal mereka-kerabat Wika, namun hal ini tidak membuatku ragu untuk berjalan ke dalam mencari Wika. Tidak sulit menemukan sosoknya. Aku melambaikan tangan padanya, dan Wika pun langsung menghampiriku.

"Kamu jadi pergi?"

Aku mengangguk. "Sini aku pakein," ucapku sambil meraih udeng di tangan Wika lalu dengan lihai melilitkannya di kepalanya.

"Ganteng!" ucapku tulus sambil tersenyum.

Wika menatapku tanpa mengatakan apa pun. Aku mulai terbawa suasana. Senyumku perlahan menghilang, berganti dengan air mata yang mulai menghalangi pandanganku. Wika pun segera menuntunku ke bagian belakang rumahnya yang sepi.

"Aku sayang kamu."

Aku menggeleng.

Kedua tangan Wika meraih pipiku, jarinya menghapus cairan yang menetes di sudut mataku. "Kamu percaya reinkarnasi? Aku janji, tidak ada yang bisa memisahkan kita di kehidupan setelah ini," ucapnya lalu mengecup lembut keningku.

Aku menarik nafas panjang, lalu mengembuskannya dengan kuat. Tidak ada reinkarnasi dalam ajaran agamaku. "Aku pamit," tukasku sambil melangkah pergi sebelum air mataku benar-benar tumpah.

Keterangan:
1) Mbok = panggilan untuk kakak perempuan
2) Cemara = rambut sambung
3) Agem kanan = salah satu sikap dasar pada tari Bali (kaki kiri di depan kaki kanan, lutut ditekuk, posisi pantat ke kiri, berat badan ke kanan, tangan kanan sejajar mata, tangan kiri sejajar dada)
4) Seledet kanan = gerakan mata melirik ke samping kanan
5) Tari Sekar Jagat = salah satu tari penyambutan khas Bali
6) Jegeg = cantik
7) Udeng = ikat kepala khas Bali
8) Bli = panggilan untuk kakak laki-laki
9) Mererasan = melamar/meminang
===============
Catatan admin:
Sebenarnya tema seperti ini banyak terjadi di sekitar kita. Di prompt ini juga ada beberapa. Tapi Nathalia mengemasnya dengan manis meskipun pedih.

Sedikit yang terasa mengganggu adalah kalimat 'Dua tahun kemudian...' yang menjadi jembatan lompatan waktu. Menurutku akan lebih nyaman dengan tanda jeda (misalnya ***) dan keterangan lompatan dua tahun itu diselipkan dalam kalimat. Salam. (Latree)

3 comments:

  1. Emmm... jegeg artinya cantik, ya? Bukannya panggilan buat perempuan kayak 'Mbak'?
    Cmiiw yaaa

    ReplyDelete
  2. memang manis sekali ceritanya :)

    ReplyDelete