Wednesday 31 July 2013

Review Buku: The Winner Stands Alone

Novel ini bersetting Festival Film Cannes di Perancis sana, tokoh utamanya Igor, seorang miliuner Rusia, yang datang ke sana demi mendapatkan kembali cinta seorang Ewa, sang mantan istri yang kini bersuamikan Hamid Husein, seorang couturier kaya dari gurun.
Selain Ewa dan Hamid Husein, misi Igor ini bersinggungan jalan dengan Gabriela, seorang aktris yang berjuang keras mendapatkan sebuah peran dalam sebuah film, Javits seorang distributor film yang berpengaruh, Maureen sang sutradara idealis, Jasmine Tiger model cantik dari Rwanda, juga Olivia seorang gadis penjual pernak pernik di trotoar. Pertemuan mereka dengan Igor telah mengubah hidup mereka untuk selamanya.
Novel yang tebalnya hampir 500 halaman ini ceritanya berawal pada pukul 03.17 pagi, untuk kemudia tamat saat pukul 13.55 siang keesokan harinya! Waktu yang sangat singkat untuk sebuah novel yang bisa saja bersetting hingga ’10 tahun kemudian’ seperti sinetron-sinetron lebay *abaikan*. Tapi dalam waktu cukup singkat tersebut, kita diajak berkelana berpetualang untuk mengetahui banyak hal. Kehidupan para Superclass, teknik beladiri Rusia bernama Sambo, seluk beluk produksi film, hingga cara kerja racun Cianida.
Tidak hanya petualangan Igor yang mencengangkan, novel ini tapi juga mengajak pembaca mengkaji kembali tujuan dan arti hidup, bagaimana seharusnya mimpi yang kita miliki seharusnya memang diperjuangkan, atau betapa pencapaian finansial tidak pernah bisa dijadikan indikator bahagia atau tidaknya seseorang. Novel yang sangat ‘kaya’, setidaknya bagi saya, karena berhasil memaksa saya merenungkan kembali impian dan tujuan hidup saya.
Berikut saya copas-kan sebuah dongeng yang diingat oleh Ewa di salah satu episode dalam novel tersebut. Makna di balik dongeng sederhana ini -bagi saya- begitu dalam, walaupun mungkin tidak bisa kita temukan secara eksplisit.
Seekor camar sedang terbang melintasi pantai ketika matanya tertumbuk pada seekor tikus:
“Dimana sayapmu?”
Setiap binatang bicara dengan bahasa masing-masing, jadi si tikus tidak memahami pertanyaan itu, ia hanya menatap dua benda besar dan aneh yang tampak menyatu dengan tubuh makhluk tersebut.
“Pasti dia sakit” Pikir si tikus.
Si camar melihat si tikus memerhatikan sayapnya dan berpikir:
“Kasihan. Pasti binatang itu sudah diserang monster yang membuatnya tuli dan merampas sayapnya.”
Karena iba melihat tikus itu, si camar memungutnya dengan paruh dan membawa si tikus jalan-jalan di udara. “Mungkin tikus ini rindu rumah,” pikir si camar saat mereka terbang. Lalu, dengan hati-hati, si camar mengembalikan tikus itu ke tanah.
Selama berbulan-bulan berikutnya, si tikus tenggelam dalam depresi; ia teringat pengalamannya berada di tempat -tempat tinggi dan melihat dunia luas yang indah. Namun lambat laun tikus itu pun kembali terbiasa menjadi tikus lagi dan mulai percaya bahwa keajaiban yang sempat terjadi dalam hidupnya hanyalah mimpi belaka.
Nah, apakah sahabat tertarik membaca novel ini? 


Judul Buku: The Winner Stands Alone
Jenis buku: Novel
Genre: Fiksi
Penulis: Paulo Coelho
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Tebal Buku: 472 Halaman
No ISBN: 9789792248289
Reviewer: Rinrin Indrianie

3 comments:

  1. saya lupa dah pernah baca atau belum...

    ReplyDelete
  2. pinjem boleh ga mbak hehehe, emang keren pak paulo selalu merenungkan ttg hidup dan mimpi

    ReplyDelete

Followers

Socialize

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *