Oleh: Riga Attararya
Sarinah memasang kacamata bergagang tebal ke wajahnya. Sejenak
mematut diri di depan cermin. Dirapikannya anak rambut yang terurai ke
luar dari ikatan rambut. Blus putih dan rok panjang warna krem melekat
sempurna.
“Hari Senin, anak-anak pasti gembira masuk sekolah lagi.” Sarinah
menyandang tas berisi buku dan melangkah perlahan ke luar kamar.
Pelajaran hari ini adalah Matematika, Sejarah, dan Bahasa Indonesia.
Sarinah tahu mungkin ia akan sedikit kelelahan. Tak mengapa, ia bisa
meminta izin pada kepala sekolah untuk beristirahat di jeda tiap
pelajaran.
Seorang lelaki mendekati Sarinah. Setelah memberi salam ia berkata, “Pelajaran hari ini dipindahkan ke taman belakang ya, Bu.”
Sarinah mengangguk. Ia sudah terbiasa mengubah tempat belajar. Tak
melulu di ruang kelas. Kadang di taman, kadang di lapangan rumput di
bawah pohon rindang. Pokoknya di mana saja asalkan anak-anak bisa
menyerap pelajaran dengan baik.
Ah, itu mereka semua. Duduk rapi di bangku panjang. Tak ada meja.
Setiap anak memegang sebuah buku catatan. Wajah mereka berseri-seri.
“Selamat pagi, anak-anak.”
Serempak mereka menjawab. “Selamat pagi, Ibu Sarinah.”
“Hari ini kita belajar Matematika dulu ya.”
Sarinah berjalan menuju sebuah papan tulis di sebelah kirinya. Ia menuliskan sebuah persamaan Matematika sederhana.
“Nah, siapa yang bisa mengerjakan ini?”
Beberapa tangan mengacung. Sarinah menunjuk salah satunya. “Bahri, ayo maju.”
Yang dipanggil Bahri segera maju mengerjakan. “Sudah, Bu.”
“Wah, kamu pintar! Dan kamu tambah tinggi ya sekarang? Silakan duduk.”
Ibu Sarinah terus mengajar dengan semangat. Wajah tuanya tampak gembira. Mengajar adalah semangat bagi hidupnya.
**********
Dari jauh Raya mengawasi mereka semua. Setitik airmata bergulir di pipinya. Ibu Kepala Panti Jompo memegang pundak Raya.
“Terimakasih, Bu.”
Wanita berwajah lembut itu tersenyum. “Demi ibumu, Raya.”
Raya mengangguk. “Tolong sampaikan rasa terimakasih saya buat
teman-teman. Mereka mau melakukan hal ini setiap minggu untuk Ibu saya.”
“Akan saya sampaikan, Raya.”
Raya berpaling pada Sarinah. Ibunya sedang memperhatikannya. Ia tersenyum.
---------------------
Original post ada di sini.
No comments:
Post a Comment