“Ini apa, Kak?”
“Ooh…itu nota pembelian, Dik. Jauh juga kertas ini terbang, dari stasiun Gambir hingga ke sini.”
“Stasiun Gambir? Tempat naik kereta ya, Kak?”
“Iya.”
“Jadi, kertas itu artinya apa, Kak?”
“Kertas kecil ini menunjukkan pembelian 2 gelas jus.”
“Jus?”
“Iya, itu lho Dik, minuman dingin yang dari buah-buahan itu.”
“Ooh… iya Kak, aku tahu. Enak ya Kak panas-panas begini minum jus.”
Si adik menelan ludah. Si kakak ikut-ikutan menelan ludah.
“Kapan-kapan kita beli jus ya, Dik.”
“Tapi mahal ya, Kak. Tiga puluh enam ribu bisa untuk berapa kali makan.”
“Iya, Dik. Cukup mahal ya.”
“Kalau kita punya uang sebanyak itu, aku mau beli es krim Kak.”
“Aku mau beli shampo aja, Dik. Biar kita bisa keramas.”
Si adik tertawa menatap rambut kakaknya yang sudah menggimbal. Si kakak juga tertawa menertawakan adiknya yang sedang tertawa.
“Eh Dik, lampunya udah merah lagi tuh. Yuk kita ngamen lagi.”
“Siap, Kak.”
Si kertas nota kecil kembali menghilang diterbangkan angin.
***
Original Post ada di sini.
Catatan Carra:
Sebenernya nota yang diterbangkan angin begitu agak terlalu lemah untuk menjadi "sebab" kenapa sampai di tangan si bocah pengamen. Kalo seumpama, kertas itu terjatuh kebawa orang, mungkin masih lebih logis. Mungkin loh. Tapi beliau nampaknya sudah menjawab pertanyaan ini di original post-nya. Silakan saja kalau ingin tau, bisa langsung meluncur ke TKP. :D
Anyway, cara bercerita Neng Orin dengan dialog begini memang merupakan kekuatan dan ciri khas beliau. Nice! *dua jempol*
EMang ini keren bgt! :D
ReplyDeleteJustru kekuatan cerita ini ada di nota yang terbang itu.
ReplyDeleteKompor gas! :D
Kereeenn.. :D
ReplyDeleteEmang pantas juara.. :)
teh orin gtu lho
ReplyDelete