Wednesday, 19 October 2016

Karya Terpilih Prompt #128 : Hubungi Romlah


oleh Wisnu Widiarta


“Bu, saya mau minta tolong.” kata Amran perlahan.
“Apa masalahmu?” tanya seorang wanita di depannya sambil mengunyah sirih.
“Saya jatuh cinta dengan teman sekantor saya. Tapi saya takut ditolak, Bu. Ibu bisa bantu saya?”
“Mudah itu. Kamu bawa fotonya?”
“Saya bawa. Ada di hp saya.” Amran menyerahkan iPhonenya kepada dukun pelet itu.

Tak berapa lama kemudian dupa di depannya sudah menyala. Bau khas yang aneh itu menyergap hidungnya.
“Maaf, Mas. Tunggu sebentar di luar ya. Bu Romlah butuh konsentrasi. Mari saya antar.” kata asistennya.

Amran menunggu di luar sambil duduk di kursi memandang ke luar. Malam sangat gelap. Jantungnya berdegup kencang.

“Mas, dipanggil Ibu ke dalam sekarang.”
Amran masuk dan langsung duduk bersila di depan Romlah.
“Nak Amran, cinta lewat pelet seperti ini akan pudar. Tiap orang berbeda-beda. Kalau mau saya bisa siapkan pelet kuat untuk mengunci hatinya.”
“Tidak perlu Bu. Seiring berjalannya waktu saya yakin bisa membuatnya jatuh cinta.” tolak Amran dengan yakin.
“Baiklah. Ini ada jamu yang harus kamu minum tepat pukul 12 malam selama satu minggu berturut-turut. Rayuanmu akan mengena di hatinya.”

Sebelum pulang, asistennya menyerahkan sebuah kartu nama sambil berkata, “Mas, jika butuh masukan apapun, hubungi Bu Romlah di nomor ini ya.”

Amran pulang. Ia lakukan semua ritual yang diperintahkan dengan patuh.
Hari Jumat berikutnya, Amran nekad mengajak Intan untuk kencan di luar.
Sejak saat itu hubungan mereka bertambah lengket. Jamunya kebetulan sudah habis. Ia merasa harus menemui dukun itu lagi.
Diambilnya kartu nama yang berisi nomor telepon sang dukun.

“Bu Romlah, saya Amran. Jamunya habis Bu. Bisa minta lagi?”
“Bisa. Datang saja ke alamat yang ada di kartu itu. Saya tunggu jam 11 malam setelah praktik ya.”
“Baik, Bu. Jam 11 malam nanti saya sudah di sana.” kata Amran sambil menutup teleponnya.

Ruang tunggu praktik sudah sepi. Amran dipersilakan masuk ke dalam oleh asistennya.
Ia melihat Bu Romlah sedang duduk di sofa mengenakan baju tipis dan seksi. Ia duduk di sebelahnya.

“Bagaimana, Mas. Jamunya tokcer atau tidak?” tanya Romlah.
“Mantap, Bu. Intan langsung bertekuk lutut. Terima kasih atas semua bantuannya.”

Keduanya berbincang-bincang tentang banyak hal. Tak terasa sudah pukul dua pagi.
Romlah semakin dekat duduknya mendekati Amran. Tiba-tiba Romlah memagut Amran.
Amran tak kuasa menolak. Ia sambut ciuman membara itu dengan tak kalah buas.
Mereka bercinta semalaman hingga kelelahan di ranjang dekat ruang praktik Romlah.
Amran seperti lupa kepada Intan. Lupa pada jamu yang ia pesan. Lupa segalanya.
Ia hanya ingat betapa seksi tubuh dukun itu dan betapa hebat dia di atas ranjang.
Paginya ia terbangun karena silau matahari. Jam menunjukkan pukul 10 di hari Sabtu yang cerah itu. Sesosok wanita yang ia kenal tersenyum kepadanya.

“Intan? Kenapa kau ada di sini?”
“Aku anak bungsu Bu Romlah, Mas. Sudah lama Ibu menjanda. Aku rela melepaskan hubungan kita demi Ibu, Mas.”

Amran lemas teringat jamu yang ia minum setiap malam. Jamu yang selalu membuatnya teringat dengan kartu nama dengan tulisan Hubungi Romlah yang dicetak tebal itu.


Cerita asli DI SINI

Cerita lainnya
1. Junior Ranger - Tragedi Teguh dan Romlah
2. Zen Ashura - Esok Tolong Hubungi Romlah 










No comments:

Post a Comment