Tuesday, 30 September 2014

Review Buku: Semusim dan Semusim Lagi


Review oleh: Rinrin Indrianie


Judul Buku      :    Semusim, dan Semusim Lagi
Penulis             :    Andina Dwifatma
Penerbit           :    Gramedia Pustaka Utama
Terbit               :    2013
Tebal               :    232 halaman
ISBN               :    978-979-22-9510-8
 
Sebagai pemenang pertama Sayembara Novel DKJ tahun 2012, novel Semusim, dan Semusim Lagi milik Andina memang juara, mampu memukau pembaca bahkan sejak paragraf pertama.
Sehari setelah dinyatakan lulus SMA, aku menerima dua lembar surat. Yang pertama adalah surat dari universitas swasta tempat aku mendaftar sebagai mahasiswa jurusan Sejarah; sisanya amplop cokelat tipis persegi panjang. Di depannya tertulis “Kepada… (namaku) Di…. (kota tempatku tinggal)”. Tanpa nama pengirim. Nama dan alamatku pun tidak ditulis tangan, melainkan diketik rapi di atas sepotong kecil kertas polos. (halaman 1)
Keunikan pertama langsung terasa di kalimat-kalimat pembuka, bahwa si ‘aku’, tokoh utama dalam novel, tidak pernah menyebutkan siapa namanya. Seperti Gadis Pantai-nya Pramudya Ananta Toer, novel ini juga tetap merahasiakan si tokoh ‘aku’ hingga cerita berakhir.
Semusim, dan Semusim Lagi berkisah tentang si ‘aku’ yang berhijrah ke kota S demi menemui ayahnya yang konon sedang sakit keras. Di sana dia bertemu dengan J.J. Henry –sahabat sekaligus teman bisnis ayahnya, Muara putra J.J. Henry (lelaki yang dijatuhi cinta oleh ‘aku)’, hingga Oma Jaya sang tetangga dengan Sobronnya -si ikan mas koki- yang konon adalah reinkarnasi dari suami Oma Jaya yang usianya 25 tahun lebih muda.
Meskipun berisi narasi-narasi panjang,  pilihan diksi yang tidak biasa membuat penjelasan detail tersebut tidak membuat bosan pembaca. Misalnya saja dalam beberapa kutipan berikut, saat penulis menjelaskan berbagai tokoh lainnya yang terlibat dalam novel.
Dan mata J.J. Henri yang bersinar di balik kacamata bergagang motif tempurung kura-kura, tampak hangat dan membuatku merasa aman, hal yang tidak pernah kurasakan saat bertemu dengan orang baru. (halaman 39)
 “Yang kutahu, ayahmu sudah seperti ayah sendiri bagiku.” Belakangan kusadari mengawali kalimat dengan ‘yang kutahu’ adalah gaya bicara khas Muara. (halaman 82)
Tokoh ‘aku’ yang memang ingin kuliah di jurusan Sejarah, merupakan bonus tersendiri karena pembaca diberitahu melalui cerita dan bahasa yang mudah dicerna, beberapa sejarah yang mungkin hanya akan bisa diketahui jika membaca buku ensiklopedia.
Aku mengangguk. “Yoshida Kanemoto, tokoh peletak dasar agama shinto di Jepang, yang juga disebut Shinto Urabu, pernah bilang bahwa Jepang adalah akar-akar dan batang. China adalah dahan dan daun-daun, sedangkan India adalah bunga-bungan dan buahnya. Dari semua hukum, agama Buddha adalah bungan dan buah. Konghucu dahan dan daun-daunnya, sedangkan Shinto akar dan batang. Jadi semua ajaran asing adalah cabang-cabang dari Shinto.” (halaman 46)
… Jadi aku berbicara: pada abad ke-17, para biarawan Capuchin dari Austria mencapur kopi dan susu untuk pertama kalinya dalam perjamuan minuman tradisional untuk bangsa Turki. Untuk menghormati penemuan tersebut, dan karena warna minumannya kecokelatan mirip warna jubah para biarawan Capuchin, disebutlah minuman itu cappucino. (halaman 79)
Keunikan lainnya, meski cenderung tanpa konflik berarti, plot yang mengalir lamban dan tenang seolah mengikat pembaca, karena setiap adegan telah memiliki fungsinya sendiri, membuat pembaca terhipnotis di setiap momennya.
Terakhir, selain narasi-narasi panjang yang rupanya telah menjadi ciri khas novel ini, pembaca juga bisa menemukan kalimat-kalimat pendek penuh sarkasme yang –menurut saya- cerdas.
Tapi barangkali itu tidak penting, karena bagaimanapun caranya mati toh tetap mati. (halaman27)
Malamnya, aku bermimpi lahir kembali sebagai tahi sapi. (halaman 125)
Aku mengerang. Pasti ini jenis pusing yang sulit diusir, seperti salesman kartu kredit. (halaman 127)
Jika Anda menginginkan bacaan yang berbeda, Semusim, dan Semusim Lagi layak menjadi pilihan.

2 comments:

  1. Yes... yes.. yes...
    Baca ini jadi pengin baca bukunya. Kabar baiknya saya punya bukunya. Belum dibaca aja :D

    ReplyDelete
  2. Beberapa waktu lalu aku cari di Gramedia dah gak ada :(

    ReplyDelete