Tuesday, 26 November 2013

Monday Flashfiction : Fusion Stage

Semakin dekat menuju pertarungan babak final, gelaran MFF Idol semakin seru. Setiap minggu para peserta yang bertahan ditantang untuk melakukan hal-hal di luar zona nyaman mereka. Untuk minggu ini tantangan Fusion Stage yang dipilih untuk ditaklukkan.

Minggu lalu dua orang Ghost Writer yaitu Sulung Lahitani Mardinata dan Jiah Al Jafara mendapat keuntungan akibat mundurnya Mel Puspita dari panggung MFF Idol,  memberi mereka berdua kesempatan berlaga di tantangan minggu ini.

Sebelum kita simak ulasan keseruan minggu ini, ada baiknya kita simak sejenak peringkat The Writers minggu lalu.

1.    Pasangan Rieya MissRochma dan Lianny Hendrawati
2.    Pasangan Nina Nur Afifah dan Mel Puspita.


Tema

Minggu ini semua peserta diwajibkan untuk merangkum esensi cerita dan kisah yang tercantum dalam buku dan film menjadi sebuah flashfiction baru yang memikat. Setiap peserta diberi satu dari lima pilihan kisah yaitu:

-  PINTU TERLARANG – Joko Anwar (film) & PULANG – Leila S. Chudori (buku)

-  GIE – Riri Riza (film) & KAMBING JANTAN – Raditya Dika (buku)

-  CLAUDIA/JASMINE – Awi Suryadi (film) & ROJAK – Fira Basuki (buku)

-  THE RAID – Gareth Evans (film) & BILANGAN FU – Ayu Utami (buku)

-  MENDADAK DANGDUT – Rudi Soedjarwo (film) & AYAT-AYAT CINTA – Habiburrahman El Shirazy (buku)

Apakah mereka cukup mampu menangkap benang merah antara film dan buku lalu menjalinnya dalam sebuah kisah baru?

Penilaian Juri

Juri Carolina Ratri secara umum tak puas dengan hasil karya TOP 5. Kesalahan terbesar masih pada EYD dan logika cerita. Juri sangat menyayangkan hal ini. Juri Latree Manohara menambahkan poin puntiran cerita dalam penilaian ketidakpuasannya. Menurutnya, puntiran yang dibuat peserta TOP 5 terkesan memaksa. Sementara juri Isti'adzah Rohyati mengatakan bahwa seharusnya para peserta sudah terbantu dengan adanya kisah dalam buku dan film, tapi sebagian besar masih kesulitan menyatukan logika. Meski begitu, juri cukup mengapresiasi ide yang peserta buat.

Minggu ini panggung MFF Idol kedatangan dua orang tamu yang sudah lama berkecimpung di dunia kepenulisan. Juri pertama adalah Ryan Pradana, seorang penggemar film yang telah menerbitkan karyanya dalam beberapa kumpulan cerpen: Muah!, Heart Script, Kejutan Sebelum Ramadhan Terbaik, dan Tu7uh. Secara keseluruhan juri tamu Ryan Pradana menilai kesalahan fatal sebagian peserta ada pada puntiran dan EYD.

Juri kedua yang diundang untuk memberi penilaian adalah Eva Sri Rahayu, seorang penikmat film dan buku serta penulis. Komentarnya mengenai kelemahan karya peserta? EYD, alur, dan logika.

Itu dia lima orang juri yang telah siap memberikan komentar dan nilai atas karya TOP 5. Seperti apa tajamnya komentar mereka? Kita simak sebentar lagi.

Nina Nur Afifah kembali meraih posisi Top Writer minggu ini melalui karya berjudul Satu Pagi Bersama Fahri. Cerita yang diangkat dari gabungan cerita Ayat-Ayat Cinta dan film Mendadak Dangdut ini memeroleh nilai tertinggi di antara peserta lainnya, 71,40 poin. Meski begitu, tak urung cerita ini mendapat beberapa kritik pedas dari juri.
Latree Manohara mengkritik penggunaan frase ‘novel populer’ yang tak ada gunanya dalam cerita. Lalu puntiran yang menyebutkan tokoh ustad mati karena AIDS terasa dangkal sebab mati karena AIDS tak segampang itu.
Carolina Ratri menyukai penggunaan kata-kata berima yang sederhana meski ceritanya sendiri agak menyesatkan pembaca. Tapi juri kurang menyukai akhir cerita yang terkesan biasa.
Juri Isti'adzah Rohyati tidak menyukai judul kisah, tapi menyukai ceritanya itu sendiri. Seru, menurutnya. Walaupun tetap saja, poin cerita ‘mati karena AIDS’ yang masih terasa janggal.

Lalu apa kata dua juri tamu kita?

Eva Sri Rahayu menyukai penggunaan diksi yang sederhana namun tepat dan renyah. Puntiran yang menarik, cerita yang memukau. Juri merasa tema gabungan yang digubah Nina Nur Afifah berhasil diketengahkan.
Juri tamu lainnya yaitu Ryan Pradana bahkan memfavoritkan kisah ini. Menurutnya puntiran kisah tak tertebak karena cerita sedari awal mengarahkan pembaca untuk menilai sosok Fahri sebagai orang yang lurus. Akhir kisah justru memorakporandakan citra Fahri yang dibangun (pengarang) sejak awal.

Cerita berikutnya yang berhasil meraih peringkat kedua sekaligus memastikan satu tempat buat pengarangnya di Final Four berjudul Prahara di Bumi Sikerei. Karya buatan Sulung Lahitani Mardinata ini menuai 70, 20 poin dari juri.
Ryan Pradana agak menyukai cerita ini sementara Eva Sri Rahayu menilai kisah ini memiliki ide yang sangat menarik, penuturan rapi dan membuat penasaran. Ditambah lagi karakter para tokoh yang kuat, nuansa mistis yang berhasil tersampaikan berkat diksi yang baik. Sayang, puntiran akhirnya tak cukup kuat.

Juri Carolina Ratri menyebut kisah ini: Keren! Berkelindan rapi antara spiritualitas dengan suasana perang ala The Raid. Pemberian istilah-istilah asing menurutnya terlalu banyak, tetapi anehnya semakin dibaca jadi semakin eksotik.
Juri Isti'adzah Rohyati nyaris sependapat dengan Carolina Ratri. Judul menarik, cerita yang rapi, penamaan tokoh yang ‘susah’ tapi keren. Hanya saja menurutnya unsur film The Raid tak terlalu kentara di sini karena didominasi esensi kisah Bilangan Fu.
Berlawanan dengan semua juri lain, juri Latree Manohara justru tak puas dengan kisah ini. Ada apa? Menurutnya inti cerita bahwa ada unsur pemerintah yang memaksakan agama pada sebuah suku kurang tepat. Mengapa tidak pakai agama tertentu yang mengklaim agama lain kafir? Selain itu pengkhianatan Kerei, salah satu tokoh cerita, tidak terbaca sehingga puntiran kisah tidak ‘nendang’.

Meski juri Latree Manohara memberi banyak kritik pedas, berkat siraman poin dari juri-juri lain membuat Sulung Lahitani Mardinata masuk dalam posisi aman minggu ini setelah minggu lalu terperosok ke kursi panas bersama Jiah Al Jafara.

Jadi, yang duduk di kursi panas minggu ini adalah Lianny Hendrawati, Rieya MissRochma dan....untuk kelima kalinya, Jiah Al Jafara. Bagaimana penampilan mereka kali ini?

Rieya MissRochma mengusung karya berjudul Kepulanganmu, Ma. Kisah ini dimaksudkan sebagai perpaduan antara Pulang dan Pintu Terlarang. Cukup untuk memuaskan juri? Sepertinya pendapat para juri terbelah menyikapi kisah ini. Carolina Ratri menganggap Rieya MissRochma berhasil memadukan dua inti cerita yang diminta. Rahasia masa lalu yang dilanjutkan oleh keinginan untuk pulang. Hampir tak ada kesalahan yang berarti. “Pembebasan” yang dipilih sebagai solusi di akhir cerita sebenarnya masih bisa diolah.
Juri Latree Manohara lain lagi. Akhiran cerita buatnya “enggak banget”. Esensi cerita novel Pulang hanya pada bagian ibu yang pulang, sementara Juri Isti'adzah Rohyati mengatakan dia seperti sedang membaca sebuah surat dan bukannnya cerita. Konflik kurang terasa, pergolakan batin si ‘aku’ tak dimunculkan.

Eva Sri Rahayu mempertanyakan seting waktu cerita ini dimana seorang ‘bulek Da’  yang ekonominya pas-pasan dikatakan memiliki telepon. Selain itu Eva juga menyoroti penggunaan “ku” dan “nya” yang harus lebih efektif.
Ryan Pradana mempertanyakan poin mengenai simbolisasi pintu terlarang sebagai perlambang cerita masa lalu yang pahit yang tidak ditampilkan dengan baik dalam flashfiction ini.

Apakah Kepulanganmu, Ma berhasil membawa Rieya MissRochma selamat minggu ini? Tunggu sebentar lagi.

Berikutnya ada Lianny Hendrawati yang membawakan kisah berjudul Oma Hilang sebagai upaya memadukan antara novel Kambing Jantan dan film Gie. Komentar juri?
Latree Manohara mengharapkan kisah ini menampilkan karakter dua pemuda yang saling bertolak belakang latar kehidupannya. Ryan Pradana malah tak mengerti kisah ini. Menurutnya kisah ini hanya menarik di awal dan kian hambar setelahnya. Isti'adzah Rohyati tidak menyukai judul cerita yang lebih cocok untuk cerita anak. Lalu perihal seting waktu yang melompat cepat terasa membingungkan. Carolina Ratri mengaku tak menemukan esensi cerita Gie dalam Oma Hilang. Hanya kekocakan ala Kambing Jantan yang mendominasi. Dialog yang ditampikan terlalu banyak sekaligus menjadikannya terasa lincah. Kesalahan EYD juga masih banyak ditemukan. Juri tamu Eva Sri Rahayu menyukai kisah ini. Perpaduan yang pas, segar sekaligus mendayu. Penggunaan POV 1 dari dua orang yang beda generasi cukup berhasil disampaikan dengan narasi dan dialog yang kentara beda jaman.

Apakah komentar beragam dari juri cukup menjadikan kisah ini dipilih oleh The Reader? Jawabannya sebentar lagi.

Terakhir ada Jiah Al Jafara yang kembali mencicipi kursi panas untuk kelima kalinya. Mengusung kisah bertajuk Perpautan Asmara sebagai penggabungan antara Rojak dan Claudia/Jasmine, Jiah Al Jafara juga menuai komentar beragam dari juri.
Eva Sri Rahayu mengapresiasi usaha penulis untuk menciptakan puntiran yang menarik meskipun gampang tertebak. Tidak ada diksi yang menarik dan masih banyak typo. Senada dengan Eva, juri Isti'adzah Rohyati menyoroti masalah typo yang terlalu banyak. Faktor kebetulan yang disematkan membuat cerita ini terasa aneh. Ditambahi dengan komentar Carolina Ratri yang mempertanyakan masa lalu kelam Yasmin tapi tak diberitahu sekelam apa, lalu tiba-tiba muncul tokoh bernama Diah sebagai pacar masa lalu Satrio yang membuahkan seorang anak bernama Malika. Juri Latree Manohara dan Ryan Pradana senada mempermasalahkan faktor EYD seperti pemakaian huruf kapital dalam percakapan yang tak terperhatikan.

Apakah Perpautan Asmara berhasil memaut hati The Reader untuk memberikan suara?

Setelah dilakukan pemungutan suara, peserta pertama yang berhasil keluar dari kursi panas adalah Rieya MissRochma yang mendulang 43% suara. Jadi, apakah Lianny Hendrawati yang menempati posisi tak nyaman ini untuk pertama kali yang mesti pulang? Atau jimat keberuntungan Jiah Al Jafara kali ini yang tak mampu menahannya pergi dari panggung MFF Idol?

Ternyata yang mesti menghentikan langkah adalah Lianny Hendrawati yang memeroleh hasil voting terendah 21%, kalah dari Jiah Al Jafara yang meraup 36% suara. Selamat bagi Jiah yang melaju menuju Final Four. Kepada Lianny Hendrawati terimakasih telah berpartisipasi dan berjuang sampai dengan tahap ini. Selamat terus melanjutkan usaha meraih mimpi.

***

Kian dekat menuju gelar bergengsi The Author, Final Four ditantang untuk menginterpretasikan sebuah puisi menjadi flashfiction yang mumpuni dan menarik hati. Bagaimana hasilnya? Kita tunggu minggu depan. Salam. 







No comments:

Post a Comment